*Author pov.
"Biar saya yg akan berbicara denganya".
Brakk!
Vanesha membanting pintu, suara keras yg membuat orang yg ada didalamnya menatapnya kaget. Vanesha menatap pria itu dengan matanya yg sudah memanas dan merah. Nafasnya memburu sambil mengepalkan tanganya kuat-kuat. Menatap tajam pria itu dengan tatapan menusuk.
"Anda ngapain disini?!". Ucap vanesha penuh emosi. Bagas segera menahan vanesha.
"Sha sabar dulu sha". Ucap bagas memegang kedua bahu vanesha. Agar gadis itu bisa meredakan emosinya. Namun nihil, gadis itu malah menepisnya dengan kasar.
"KELUAR!!". Usir vanesha. "maaf kalau saya durhaka. Tapi saya lagi tidak ingin melihat anda".
"Vanesha, mama yg panggil papa kamu. Mama mau ambil keputusan". Ucap mama tegas. Vanesha mengernyitkan keningnya, tapi terlihat sinis. Ia menunggu mamanya angkat suara.
"Mama... ". Ucap mamanya memberi sedikit jeda. "Mama akan titipkan kamu dan bagas tinggal bersama papa". Lanjutnya.
"Mama udah ga sayang lagi sama vanesh?". Ucap vanesha berkaca-kaca. Ia mundur perlahan.
"Bukan begitu sayang... mama cuma ga ada pilihan lain. Rumah itu kan milik papa. Dan Umur mama udah ga panjang lagi".
"Vanesha gak akan pernah mau tinggal sama papa. Lebih baik vanesh tinggal sendiri!". Ucapnya lirih dan pergi begitu saja dari sana. Air matanya sudah tak lagi bisa dibendung. mengalir begitu saja tanpa dosa.
Farrel menyusul mengejar vanesha. Langkahnya sangat cepat, membuat farrel susah menyeimbangkan.
☆☆☆☆
Vanesha berlari memasuki sebuah cafe yg tak jauh dari rumah sakit. Farrel mengikutinya dari belakang. Mereka berdua duduk dimeja saling berhadapan. Alunan musik jazz dicafe tersebut mengalun, memberikan ketenangan tersendiri. Sampai pelayan cafe datang menghampiri mereka.
"Mau pesan apa?". Tanyanya ramah.
"Eskrim vanilla saus caramel, 5 ya mbak". Ucap vanesha datar. Farrel melongo, tak habis fikir gadis ini akan menghabiskan sebanyak itu.
"Kalo mas nya?".
"Cappucino aja mbak".
Setelah itu, mbak pelayan itu pergi. Vanesha kembali bengong, pandanganya kosong kedepan. Farrel sedari tadi tatapanya tak lepas dari vanesha. Gadis itu terlihat seperti mayat hidup.
"Kamu lagi bm eskrim?".
"Ya".
"Kenapa harus es krim vanilla?".
"Rasanya enak".
"Ya aku juga tau rasanya enak. Tapi kenapa harus es krim? Kan cewek sukanya coklat kalo lagi badmood".
"Gue gak suka coklat. Tapi suka white... coklat". Ucapan vanesha memelan. Vanesha jadi teringan mamanya yg selalu memberika white chocolate ketika ia badmood.
"Kan sama-sama coklat?".
"Beda".
"Oh kamu suka yg serba vanilla?".
"Kenapa nanya mulu?". Tanya balik vanesha.
"Biar lebih kenal deket kamu lah". Cengir farrel yg hanya ditatap datar vanesha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy vs Cewek Galak
Teen Fiction☆first publish 1juni2018☆ Highest rank: #51 in teen fiction [2/08/2018]. _________________________________ 'Vanesha adriyani puspita'. Gadis yg terkenal dingin, cuek, dan berkata ketus. Dulu gadis itu adalah gadis yg periang dan ceria. Namun ia beru...