*Author pov.
Farrel menatap ngeri wahana berbentuk roda berputar didepan nya. Ia masih saja trauma dengan yang tadi. Sedangkan vanesha menatapnya dengan binar bahagia. Ia sangat berharap penuh pada farrel. Agar cowok itu menyetujuinya menaiki wahana yg satu ini.
Wahana yang bernama bianglala itu terus berputar, sehinga membuat farrel pusing. Tubuhnya semakin menegang saat roda itu berhenti berputar. Menanda bahwa selanjutnya ia akan memasukinya. Kini giliran ia harus siap mental, walaupun sebenarnya wahana itu sangatlah menyenangkan. Tapi ia sangat was-was dengan apa yg akan ia lakukan.
"Ayo far, buruan. Itu udah berenti, giliran kita masuk." Ucap vanesha sangat bersemangat.
"Gabisa yang lain aja sha?"
"Enggak lah! Kan udah capek-capek ngantri tadi." Terdengar ada helaan nafas pasrah dari farrel.
Mereka berdua pun naik bersama. Dan duduk saling berhadapan. Ketika bianglala mulai dijalankan, farrel sempat tersentak sedikit. Tapi kemudian ia sangat menikmatinya. Begitupun dengan vanesha. Keduanya saling mengulum senyum senang, walau pandangan mereka menyisir pemandangan yg ada dibawah.
"Habis ini mau kemana?" Ucap farrel membuka suara. Pandangan mereka bertemu. Vanesha nampak berfikir sejenak, dengan mengetuk-ngetukan jari telunjuknya didagu.
Tanpa sepengetahuan vanesha, farrel tersenyum tipis padanya. Sangat tipis, sehingga gadis itu sama sekali tak menyadarinya. Farrel nampak gemas dengan sikap vanesha yg terlihat sangat lucu dimatanya. Ingin sekali ia mencubit kedua pipi gadis itu, namun ia urungkan karena gadis itu bukan siapa-siapa nya. Ia sama sekali belum mengingat sesuatu hal sedikitpun.
"Habis ini gue mau coba semua wahananya. Terus gue mau ke pantai nya. Habis itu ke toko aksesoris disekitar sini. Nah, karena gue cantik, nanti gue traktir makan di restauran. Lalu kita ke mall. Belanja ini- itu. Nyobain jajanan dan dessert. Trus beli eskrim. Nonton film. Main game dimall. Endingnya, kita liat sunsat di rooftop mall. Tamat!"
Vanesha mengucapkannya dengan polos, sambil menjentrikan jemarinya satu-satu. Farrel sampai melongo mendengar ocehan vanesha yg kelewat panjangnya, sebelas-duabelas sama burung beo. Setelah itu mereka memuaskan mata untuk memandang kota dari atas, sambil melempar pembicaraan ringan.
☆☆☆☆
Farrel menyetujui saja apa yg gadis itu katakan tadi. Mulai dari mencoba semua wahananya, jalan-jalan di pantai, ke toko aksesoris, makan, ke mall, belanja ini-itu, jajan banyak, nonton, main game, dan terakhir ke rooftop mall untuk melihat sunsat. Itu cukup membuat farrel ngos-ngosan saking capeknya.
Dan herannya lagi gadis itu sama sekali tidak capek sedikit pun. Malah terlihat semakin berenergi. Bagaimana tidak? Gadis itu menyuruh farrel membawakan belanjaannya dengan tanpa dosa. Dasar cewek, kalau soal belanja aja paling semangat, batin farrel.
Farrel berjalan mendekati vanesha yg sedang berdiri dipembatas rooftop. Ia meletakkan papper bag begitu saja disampingnya. Dan matanya tertuju pada pandangan didepan nya. Langit yg sangat dominan dengan warna jingga itu, sukses membuat kedua sudut bibir farrel terangkat. Keletihannya sedikit berkurang saat itu.
"Indah ya? Ciptaan tuhan emang gak ada tandingannya."
Farrel melirik vanesha sekilas. Gadis itu sedang mengukir senyum manisnya diparas wajahnya yang cantik, ditambah dengan pantulan cahaya matahari yg menjingga. Membuat gadis itu terlihat hangat.
Setelah mengucapkan tadi, vanesha merasakan ditatap lekat oleh farrel. Ia memberanikan diri untuk menoleh. Pandangan mereka bertemu.
"Ciptaan tuhan memang indah. Kayak diri lo."
Farrel menatap vanesha lekat. Ucapan farrel sontak mendapat respon cepat. Dengan sekejap, vanesha merasakan wajahnya memanas, dan jantungnya terasa berdetak lebih kencang. Ia buru-buru menyembunyikan wajahnya ke lain arah. Ia benar-benar merasa gugup.
"Tau gak kenapa gue ngajak lo jalan-jalan berdua?" Ucap vanesha tanpa melihat farrel. Ia masih merasa gugup.
"Kenapa? Kurang piknik ya mbak?" Sontak vanesha menoleh dan memukul lengan farrel refleks.
Farrel merasakan ada yang aneh dengan pukulan vanesha. Bukan karena rasanya sakit, bukan. Tapi karena ada sesuatu disana. Kenangan yg sepertinya dulu sudah sering terjadi. Namun ia menepis ingatannya saat itu juga, dan ia mulai tersadarkan kembali.
"Gue ngajak lo jalan karena hari ini hari ulang tahun gue. Gue mau ngabisin waktu bersama seseorang yg menurut gue spesial."
"Hari ini lo ultah? Kok ga bilang? Waduh! Sorry gue belum nyiapin kado buat lo." Farrel menggaruk tengkuknya yg tidak gatal. Ia merasa sedikit bersalah.
"Gapapa. Ngabisin seharian bareng lo, itu lebih dari cukup."
"Oh kalau gitu gue izin pergi bentar ya, ada yg mau gue kasih ke elo." Ucap farrel langsung melenggang pergi tanpa menunggu jawaban dari vanesha. Vanesha ingin mencegatnya, namun terlambat.
"Far, tunggu dulu..." ucap vanesha yg tak diubris farrel. Cowok itu sudah menghilang dari balik pintu rooftop.
Ditatapnya langit yg sudah mulai menggelap, vanesha menghela nafasnya sedikit kasar. Ia mulai merasakan kesendirian, kesunyian, dan kesepian. Ditinggalkan lagi tanpa arti, dengan kesedihan yg menyelimuti. Walaupun semua itu sudah biasa dilakukan oleh seorang vanesha, namun tak mengubah kemungkinan bahwa rasa sesak itu kembali.
☆☆☆☆
Jangan lupa VOMENT nya yaw!!
Berlanjut part selanjutnya
Ceritanya masih bersambung.
Semoga ga pernah bosen ya,
Dan maaf kalau up nya lama. Bahkan ngaret, wkwk
Bantu dishare ketemen-temen kalian yah! Bye...See you💕
Lusi wulandari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy vs Cewek Galak
Teen Fiction☆first publish 1juni2018☆ Highest rank: #51 in teen fiction [2/08/2018]. _________________________________ 'Vanesha adriyani puspita'. Gadis yg terkenal dingin, cuek, dan berkata ketus. Dulu gadis itu adalah gadis yg periang dan ceria. Namun ia beru...