*Author pov.
"Vanesha... hadeuh... ini dimana bego! Kan ga lucu tersesat disekolah orang". Vanesha merutuki dirinya sendiri. Sedari tadi ia hanya berjalan sambil mengomel sendiri karena kesal. Dan akhirnya ia tidak tau ini dimana.
Ia menengok kanan, kiri, belakang, atas.SEPI. bulu kuduknya menjadi merinding. Bagaimana kalau sekolah ini banyak hantunya? Atau penunggu yg sering mengganggu? Atau suara yg mengerikan? TIDAAKK!!. stop negative thinking vanesha! Lo harus positif thinking!. Batin vanesha.
Tiba-tiba ada yg menepuk pundak vanesha dari belakang. Membuat vanesha memekik keras.
"KYAAAAA.....!! plis jangan gangguin gue!! Kalo ga gue bacain ayat kursi!! Atau gue bawain ustad!!". Vanesha ribut sendiri tanpa menoleh kebelakang. Mulutnya komat-kamit membaca ayat kursi yg tidak ada ujungnya. Sebenarnya ia tidak hafal. Jadi muter-muter terus bacanya.
"Heh bitch! Ngapain lo disini?!". Sewot orang itu. Vanesha mengerutkan kening. Suara sewot itu nampak tak asing baginya. Ia memutar tubuhnya sambil menyengir lebar.
"Hehehe... gue kira ada setan. Eh ternyata ada ratu setan". Audy membelalakkan matanya.
"Maksud lo apa hah!!". Tantang audy mendorong tubuh vanesha kuat. Vanesha menahan tangan Audy yg terus mendorongnya. Vanesha tidak membalasnya, ia terus menahan tangan audy yg sesekali menyakar tanganya. Terlihat beberapa goresan panjang yg mengalirkan darah segar di tangan vanesha.
"Audy berhenti!! Gue ga mau punya urusan sama lo!!". Vanesha menahan tangan audy kuat-kuat.
"Jangan ganggu gue, bitch!!". Murka vanesha. Vanesha menghentakkan tangan audy. Audy terhuyung jatuh kebelakang. Vanesha mengernyitkan keningnya. Padahal ia hanya melepaskan tangan audy pelan, kok reaksi nya lebay?. pikir vanesha.
"VANESHA!". teriak seseorang dibelakangnya. Tubuh vanesha menegang. Audy diam-diam menyunggingkan senyum liciknya.
"Lo apain audy?". Ucap orang itu yg menghampirinya. Tatapanya tidak ada ramahnya pada vanesha.
"Aduhh... far, kaki aku sakit banget... aww!". Meringis audy sambil memegang pergelangan kakinya. Vanesha tau itu hanya akting.
Farrel meghampiri audy. Ia berjongkok dan mengecek pergelangan kaki audy.
"Kaki lo terkilir nih. Lebam". Ucap farrel yg melihat kaki audy lebam.
Vanesha mengerutkan keningnya. Ia dijebak oleh cewek brengsek itu lagi. Ia tau itu hanya polesan shadow make up milik audy yg berwarna merah di padukan biru dan menjadi ungu. Seperti luka lebam.
'Jadi cewek sialan itu sudah mempersiapkanya dari awal? Kok gue ga sadar ya? Padahal gue cuma ngelepas tangan dia pelan. Ngelepas ya. Kok berasa kyak gue banting?'. Batin vanesha.
"Lo kenapa niat nyelakain Audy?". Tanya farrel datar.
"....". Vanesha bungkam. Hatinya terasa sakit diperlakukan farrel seperti ini. Apalagi saat farrel memanggilnya dengan sebutan gue-lo.
"Itu far, cewek lo ga suka gue kasih botol minum yg tadi. Makanya gue jadi dilabrak sekarang. Padahal niat gue baik". Rasain lo, kayaknya farrel kemakan omongan gue. Seru nih. Lanjut audy dalam hati. Vanesha tau itu hanya drama. Audy memang ratu drama. Sial.
"Bener gitu?". Tanya farrel menatap datar ke vanesha. "Sifat lo tuh egois tau gak! Cuma karena hal sepele, lo lukain orang! Cewek munafik kayak lo gak perlu gue sukai! GUE-NYESEL-SUKA-SAMA-LO!!". bentak farrel dengan nadanya meninggi.
"Hiks! Eng... engga-".
"Bohong! Ngaku aja lo! Gausah banyak drama!". Tuding audy.
"Kak Vanesha!". Teriak lisa dari jauh. Lisa dan gibran berlari mendekat.
"Kak vanesh kenapa nangis? Ada apa ini? Kak farrel ini ada apa?". Tanya lisa panik. Sedangkan vanesha mati-matian menahan tangisnya. Tetapi tetap saja air mata ini mengalir membasahi pipinya.
"Tanya dia aja". Ucap farrel datar. "Lo gue anter pulang". Lanjutnya lalu membantu audy berdiri. Farrel merangkul audy, membantu cewek licik itu berjalan.
Gibran yg melihatnya mengerutkan keningnya. Ada apa dengan dia?. Tanyanya dalam hati.
"Tangan kak vanesh kenapa?". Lisa mengambil tangan vanesha yg dari tadi ia sembunyikan. Takut tadi farrel melihatnya. Darah itu masih mengalir. Lisa cepat-cepat mengambil tisu dan mengelap tangan vanesha. Gibran melihat itu dalam diam.
"Gue gapapa. Gue harus cepet-cepet kesekolah nih". Ucap vanesha melihat jam putih yg melingkar dipergelangan tanganya. Jam 09.50. Ia jadi kelabakan. Belum sempat ia pulang ganti baju dengan seragam.
"Biar gibran aja yg anter kak". Ucap lisa. Vanesha menatap gibran. Gibran mengangguk mengiyakan.
"Kayaknya gausah deh lis. Gue naik taksi aja".
"Tapi kak".
"Bye lisa... makasih buat hari ini. Thank's ya gib, lis". Pamit vanesha dan langsung berlari keluar.
Vanesha menyetop salah satu taksi yg ingin melewatinya. Taksi itu berhenti, vanesha buru-buru memasukinya.
"Pak bisa antar saya alamat ini ga pak".
"Oke neng".
☆☆☆☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy vs Cewek Galak
Novela Juvenil☆first publish 1juni2018☆ Highest rank: #51 in teen fiction [2/08/2018]. _________________________________ 'Vanesha adriyani puspita'. Gadis yg terkenal dingin, cuek, dan berkata ketus. Dulu gadis itu adalah gadis yg periang dan ceria. Namun ia beru...