Mereka bukanlah orang yang bisa hidup seperti manusia biasa. Berlebihan memang, tapi itu adalah kebenarannya.
Mereka hidup dengan peraturan. Tak ada yang bisa mereka lakukan selain menaati peraturan itu. Bisa saja mereka melanggar, tapi mereka juga harus siap menerima konsekuensi yang mungkin akan membuat pikiran mereka semakin tertekan.Mereka tak bisa dengan seenak hatinya mau melakukan apa yang mereka inginkan. Ada batasannya, dan itu yang membuat mereka berusaha lebih keras untuk menjadi orang yang berada di level atas. Hanya sekedar untuk formalitas belaka, menaikkan nama agensi yang mungkin sudah menjadi rumah kedua mereka.
Mereka idol dengan segala pesona mereka. Idol yang tengah bersinar terang dan menggemparkan dunia. Idol yang dengan perlahan mulai menunjukkan eksistensi mereka.
Mulai dari titik terendah mereka sampai pada akhirnya mereka mampu mendengar kalimat pujian yang dihasilkan oleh kerja keras mereka.
Sungguh mereka senang! Tapi, ada satu yang mengganjal dalam hati mereka. Entah mereka juga belum paham betul apa itu.
Tapi yang pasti mereka tak pernah bisa melihat Hyung tertuanya meneteskan air mata, kecuali air mata itu keluar karena kebahagiaan.
Mereka idol terkenal Bangtan Boys.
Tak banyak yang tau, kehidupan mereka setelah kamera dimatikan. Kehidupan mereka dibalik topeng bintang mereka."Hyung jangan lakukan itu lagi!"
Seokjin menghembuskan nafasnya kasar, ia sedikit mengernyit ketika mendapati bahwa ia tengah dimarahi oleh maknae mereka.
"Aku hanya ingin membuat segelas kopi Kookie.."
"Tapi lihat apa yang terjadi? Kopi itu malah tumpah dan mengenai tanganmu Hyung!"
Seokjin tak mengerti ada apa dengan dongsaeng nya yang satu ini. Ia rasa, ketumpahan air panas bukanlah sesuatu hal yang serius bukan?
"Kau berlebihan Jeon! Aku hanya ketumpahan air panas setengah gelas, bukan tertabrak truk yang membawa satu tangki air panas yang kemudian mengguyur ku." Seokjin mendengus kesal dengan perlakuan Jungkook yang menurutnya berlebihan.
Jungkook tiba-tiba berhenti dari kegiatannya. Tangannya secara otomatis berhenti dari pekerjaannya yang tengah melilitkan perban di sekitar tangan Hyung tertua mereka, hatinya sedikit sakit mendengar perkataan Seokjin.
"Baiklah.." Jungkook selesai dengan perbannya, ia segera membereskan semua peralatan yang tercecer dilantai. Ia terlalu panik tadi, hingga tanpa sadar membuat peralatannya jatuh begitu saja. Membuatnya menjadi berantakan dan tak beraturan.
Setelah selesai membereskan kekacauan yang ia buat, Jungkook langsung berdiri dan berlalu tanpa menatap Seokjin kembali.
"..aku hanya peduli denganmu Hyung." Seokjin menatap sendu punggung itu, ia tidak ingin seperti ini. Otaknya terlalu polos untuk sekedar mencerna apa maksud dibalik perlakuan dongsaengnya bukan?
**
Yoongi, Namjoon dan Hoseok memang pandai membuat lagu. Bahkan banyak yang memuji lagu hasil karya mereka bertiga.
Namun, tak banyak yang tau bahwa sebagian dari lagu yang mereka buat ditujukan untuk seorang namja manis yang selalu ada untuk mereka.
"Sebenarnya apa yang kita lakukan ini?" Hoseok menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, meregangkan sedikit otot dilehernya. Bekerja dengan laptop seharian benar-benar membuat kesehatan otot lehernya sedikit bermasalah.
"Tentu saja membuat lagu." Ucapan acuh dari Min Yoongi berhasil membuat leader mereka terkekeh pelan.
"Dengan bayangan nya? Kita selalu membuat lagu untuknya, itu yang bisa aku simpulkan sekarang. Tapi, kenapa? Kenapa kita melakukan itu?" Hoseok yang tidak mau kalah, terus memberondong kedua member jenius itu dengan pertanyaan yang berhasil membuat mereka berhenti sejenak dari kegiatan 'mari membuat lagu' mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Purple You
Rastgele'We' itu Bangtan 'Purple' itu Cinta 'You' itu Kim Seokjin Jadi?...