Rahasia pribadi tersimpan rapat dalam ruangan kamar ini.
Rungan ini tidaklah bersih, tidak rapi, beberapa busana terserak di lantai serta kasur, bau pahit anggur menyeruak dalam indera penciuman, setelah itu ada satu yang membuat Sakura terdiam membisu.
Ruangan itu tidak seperti kamar pada umumnya, tetapi tampak seperti Bar.
Puluhan botol anggur berbagai macam variasi tertata rapi dibalik lemari kaca. Terdapat meja dan kursi khusus tempat santai untuk menikmati anggur, lalu diatas meja tersedia es batu dalam wadah yang berbentuk seperti ember kecil.
Jadi ini yang Naruto rahasiakan?
Tampak beberapa botol kosong berserakan di bawah tempat tidur, namun si peminum tidak kelihatan sejak pintu terbuka. Tapi sepertinya itu botol yang sudah lama habis.
Sakura tersadar, lalu cepat-cepat ia melangkah masuk untuk mencari Naruto. Ia tahu pasti dimana saat ini Naruto mengurung diri selain dalam kamar.
Beruntung pintu kamar mandi tidak di kunci, sehingga memudahkan Sakura membukanya.
Cklek.
Ketika pintu di buka, akhirnya Sakura berhasil menemukan keberadaan Naruto di dalam kamar mandi ini.
Pria itu terlihat kacau sembari menggenggam leher botol anggur yang menyisakan isinya kurang dari setengah. Dia duduk bersandar di dinding kokoh dengan kepala tertunduk lemah.
Rambut pendek itu acak-acakan, kemeja putih yang dikenakan lusuh tak terbentuk dengan terbukanya beberapa kancing dibagian dada.
"Naruto..." Sakura memanggil sang Suami. Melihat keadaan Naruto membuat hatinya ngilu, bahkan lebih sakit daripada tidak dipercayai oleh mantan calon Suaminya dulu. Sasuke.
Kepala pirang itu bergerak lalu menoleh ke arah Sakura, kala itu juga mempertemukan kontak mereka. Tidak ada cahaya kehidupan di dalam
shappire indah itu, melainkan kesuraman yang tersisa.
Sakura menggigit bibir sekeras-kerasnya. Naruto menjadi seperti ini karena perbuatan dirinya yang memaksa untuk bertemu mereka, dan berakhir kacau seperti sekarang.
Tak harusnya mereka menginjakan kaki di Mansion itu.
Naruto berdiri ketika mendapati kehadiran Sakura disini. Ia melangkahkan kaki untuk menghampirinya, dan selama melangkah gigitan keras terhadap bibir cukup membantunya terhindar dari tangisan.
"Sakura..." Air mata yang tak dapat lagi dibendung tampak menetes disudut mata Naruto.
Gerph.
Perempuan itu pasrah menerima pelukan erat. Sang Suami memeluk dirinya hingga membuat kakinya terjinjit. Untuk menyadarkan bahwa dia tak sendiri, Sakura pun membalas pelukan itu. Ia mencengkeram rambut pendek Naruto sembari menggigit bibir dengan kuat. Inilah cara ia bertahan agar terlihat kuat, padahal sebenarnya ia sangat lemah.
"Maafkan aku." Sakura berbisik pelan.
Pelukan Naruto erat sekali, dan ini baru pertama terjadi setelah sekian lama menikah. Untuk pertama kali Naruto memeluk seorang wanita dalam hidupnya.
Sakura tahu Naruto menangis, tetapi ada saja cara pria itu menutup diri agar tidak terlihat cengeng. Wajah sembab itu bersembunyi dalam lekukan lehernya, seolah-olah leher tersebut adalah tempat yang tepat untuk meredam tangis.
Inilah sisi lemah yang Gaara maksud. Rapuhnya Naruto yang hanya diketahui oleh Sakura seorang, dan hanya Sakura sendiri yang bisa melihatnya.
Sekalipun Sabaku Gaara, belum pernah sejarahnya seorang Naruto Namikaze memperlihatkan sisi lemah kepada siapapun. Sakura orang pertama yang melihat kelemahan terbesar dalam dirinya.
Pada akhirnya Naruto kalah. Selain lemah dihadapan Sakura ia juga menangis. Terisak-isak dengan punggung bergetar karena hati yang tidak mampu lagi menanggung semua ini.
Sekarang Naruto sadar, hanya Sakura yang ia miliki mulai dari detik ini hingga seterusnya. Ia tak ingin sampai kehilangan Sakura, apapun caranya akan ia pertahankan agar Istrinya itu tidak pergi.
"...terimakasih." Tersisa isak bekas tangis dalam nada Naruto.
Sakura menyudahi pelukan panjang mereka, lantas menangkup sisi wajah sang Suami untuk menatap mata redupnya. "Aku ada disini bersamamu." Ucapanya dengan suara lembut lalu mengecup kening Naruto.
Sedih dan bahagia yang saat ini Naruto rasakan. Beruntung ia menikahi Sakura, seorang wanita yang sudi menemani dirinya hingga saat ini.
Awal hubungan mereka terjalin dari pertanggung jawaban, lalu berjalan tanpa rasa, tanpa cinta maupun kasih sayang, beberapa alasan yang bisa saja membuat Sakura pergi, namun kenyatannya tidak seperti itu.
Mulai dari pernikahan hingga sekarang Sakura masih setia menemani dirinya. Naruto sangat bersyukur atas keteguhan Sakura dalam menjalani hubungan bersama dirinya.
Sebagai bentuk rasa bahagia, kembali pelukan erat dilakukan. Kali ini Naruto mendekap Sakura dengan perasaan yang mengalir, seolah mereka dapat merasakan hati satu sama lain.
Kepedihan Naruto dapat Sakura rasakan, dan itu membuat hatinya perih seperti tercabik-cabik.
Tuhan mengirim Sakura bukan untuk Sasuke melainkan Naruto. Wanita itu adalah teman, pendamping setia serta Istri untuk menemani Naruto yang telah lama hidup dalam kesunyian.
Selalu ada cara yang dilakukan oleh Tuhan untuk menyatukan mereka.
Sejak awal Sakura tak pernah membenci Naruto, biarpun dia dalang dari kehancuran hubungan yang telah lama ia bina bersama Sasuke. Tidak ada kebencian yang terpendam dalam hati, justru kebencian itu terlahir untuk Sasuke.
Sakura tak pernah menyesali apa yang sudah terjadi, karena ia sadar selau ada hikmah dari setiap kejadian. Tuhan punya rencana tersendiri, ialah memberi tugas penting kepadanya untuk menjaga Naruto.
Inilah takdir Sakura yang sesungguhnya. Menjadi pendamping Naruto sampai kapanpun, sesuai dengan janji yang pernah mereka ucapkan dihadapan kitab suci.
Janji itu akan terus dilaksanakan sampai kapapun.
x X x
Gelapnya malam tak berarti memudarkan cahaya dalam sosok perempuan blonde itu, justru sebaliknya. Sosoknya yang ramping sempurna menjadi sorotan dari beberapa mata, khususnya kaum hawa.
Wanita mana saja sangat mendambakan tubuh indah seperti dia.
Sembari menarik sebuah koper besar, perempuan itu menyusuri luasnya bandara dengan kaki yang berbalut boot heels hitam yang membungkus hingga mata kaki, sementara bagian atas mengenakan mantel ungu setengah tiang yang pas dengan ukuran body.
Rambut panjang dengan warna kuning keemasan itu di gerai sempurna, lantas iris aquamarine
nan indah miliknya tengah bersembunyi dibalik gelapnya kacamata hitam.
Penampilan sempurna untuk seorang wanita secantik Putri di kayangan.
Wanita pirang itu menghentikan langkah begitu tiba di halaman Bandara Dibalik kacamata hitam tersebut, iris biru kepucatan miliknya menyapu setiap tempat dengan jeli.
Asing. Hal yang dia rasakan di tempat ini.
"Huft..." Terdengar helaan nafas. Ia merogoh saku mantel untuk mengambil ponsel.
Perlu menggunakan GPS untuk menemukan alamat yang dituju. Inilah kecanggihan jaman sekarang, hanya bermodal ponsel, baterai, kuota lalu sinyal full setelah itu semua masalah beres.
Di kota sebesar ini terletak ratusan tower, khususnya di bandara. Tak perlu repot-repot mencari tempat untuk mendapatkan sinyal, sementara di tempat wanita itu sendiri tersedia satu tower.
Ponsel berlogo apple bekas gigitan itu menunjukan arah tujuan yang sedang diminati, membuat bibir seksi sang wanita mengulas segaris senyum tipis.
"I'm coming for you, my beloved Naruto."
Sekian lama menetap di New York kini tibalah saatnya ia kembali ke Jepang. Bertemu dengan keluarga, teman-teman, dan yang paling dirindukan ialah seseorang yang istimewa dalam hati.
Dua tahun sudah berlalu tanpa terasa, akhirnya tugas penting demi masa depan yang ada di luar negara terlesesaikan dalam waktu yang tidak singkat.
Satu tujuan yang paling utama setelah kembali ke Jepang. Ialah demi Naruto Namikaze. Tak bisa dipungkiri lagi sebagaimana rindunya ia terhadap sang pujaan hati.
Cuma hati yang bisa menjelaskan mengenai kerinduan tersebut.
Tangan kurus itu melambai-lambai di udara. "Taxi!" Panggilannya berhasil mendapatkan salah satu mobil kuning, dan memarkirkan mobil tersebut dengan manis dihadapannya.
Pemilik rambut blonde itu membuka pintu taksi, lantas masuk lebih dulu sebelum supir. Perlu memasukan koper dan beberapa sisa barang lainnya ke dalam bagasi agar mendapat ruang luas untuk penumpang.
Perempuan itu tak mengatakan apa-apa bairpun supir taksi telah menempati tempat duduknya, namun ia hanya perlu memperlihatkan layar ponsel kepadanya.
Cara si penumpang yang baru kembali dari luar negara menunjukan alamat yang akan di tuju.
Supir taksi dengan rambut hitam itu menggangguk tanda mengerti, membuat si penumpang tersenyum puas.
"Waiting me, my love."
x X x
Kecupan demi kecupan menyerang area wajah Sakura, entah itu itu di kening, pucuk hidung, pipi atau bibir. Naruto menjelahi wajah Sakura dengan bibir eksotis miliknya, serta mendindih tubuh mungil sang Istri dari atas.
Perasaan yang sama kembali Sakura rasakan, lantas dengan segera ia membekap mulut. Menahan diri dari lenguhan yang akan membuatnya malu sendiri.
Naruto memang pandai membuat tubuh Sakura bergejolak dan berkali-kali menghantarnya pada puncak kenikmatan hingga sakura terkulai lemah. Tenaganya telah terkuras habis untuk pengalaman pertamanya, namun setelah malam ini masih akan berlanjut hingga besok, besok lagi hingga besok seterusnya.
Dari sinilah semuanya di mulai.
Kepala pirang itu ambruk diatas dada polos Sakura, bersama nafas yang berhembus tidak beraturan empunya tubuh kurus itu membelai kepala tersebut sambil tersenyum dengan wajahnya yang memerah pekat.
Tubuh berbalut otot diatas rata-rata itu menggeliat kecil, setelah itu mengangkat kepala untuk menatap wajah manis sang Istri. "Sakura..." Panggilnya.
"Nani?" Direspons dengan suara lembut.
Naruto menelusupkan kedua tangan di bawah pinggang Sakura. "Jangan pernah tinggalkan aku." Ia memeluknya erat sekali. "...selalu temani aku." Pintanya lagi.
Sakura tersenyum haru. Sisi lemah Naruto telah ia ketahui, dan hanya dirinya seorang yang tahu. Bahkan Gaara yang sudah lama mengenal Naruto sebelum dirinya tidak pasti tahu semuanya.
Tak perlu menjawab, hanya melalui sikap telah menjanjikan bahwa mereka akan selalu bersama.
Sakura mendekap Naruto dengan erat, sesuatu yang lebih dari cukup menjadi jawaban atas permintaan tadi. Tak perlu menuai kata-kata panjang lebar dan berlebihan.
Setelah berhenti sejenak, kini sudah waktunya kegiatan mereka berlanjut ke babak berikutnya.
Kali ini tidak ada kisah menahan diri. Erangan, desahan serta lenguhan, semua itu diharuksan lolos dari satu bibir yang sama. Bibir ranum yang menjadi kesukaan Naruto ketika melumatnya. Ia kecanduan dalam seketika.
Selalu dan selalu ingin menjelajahi sekujur tubuh Sakura menggunakan bibir serta lidah, sekalipun jari-jari kaki. Sakura bagaikan narkotika yang membuat Naruto candu berkepanjangan.
Bila sudah begini, akan sangat sulit berada jauh dari pasangan, terutama Naruto. Demikianlah- biarkan mereka selalu lengket seperti magnet.
"Kau bohong Naruto. Kau bohong. Ada cinta di matamu dan aku bisa melihatnya."
Disela penyatuan mereka, masih sempat-sempatnya Sakura membantin. Ia terpana berat ketika mendapat tatapan cinta dari shappire
yang sejak lama redup.
Naruto telah berbohong dengan mengatakan tidak pernah punya cinta, buktinya Sakura melihat sendiri kehadiran cinta di mata biru yang indah itu.
"Kau masih punya cinta, Anata."
Sakura tidak bisa lagi menahan diri, terlebih saat mendapat hujaman yang semakin dalam. Naruto sengaja membuat dirinya melambung tanpa daya seperti ini.
Kening mereka saling bertaut. Dengan nafas yang berpacu Naruto telah mendaratkan kecupan manis pada ujung hidung Sakura, dan setelah itu melanjutkan kembali aksinya brutalnya.
Kali ini sedikit lebih keras dari sebelumnya agar nikmat yang dirasakan oleh Sakura tidak lenyap secepat mungkin. Naruto ingin membuat Sakura benar-benar puas di bawah kendalinya.
x X x
Seseorang yang sedang bersembunyi dibalik keramaian tak sekalipun mengalihkan atensi dari sasaran. Sejeli mungkin ia terus mengamati pergerakan orang disana.
"Terus awasi dia."
Peringatan itu berasal dari panggilan telepon yang di dengarkan melalui headset bluetooth.
"Baik pak." Jawab si mata-mata.
Belakangan ini ada gerak-gerik mencurigakan dari seorang pengusaha, setelah berhasil diselidiki ternyata mereka membuat sebuah konspirasi untuk melenyapkan nyawa seseorang.
Pembunuhan berencana akan dijatuhi hukuman mati, namun tampaknya sebagian dari mereka sama sekali tidak takut dengan undang-undang tersebut.
Hanya dengan uang semua aman terkendali.
"Bagaimana?"
"Target kita memasuki sebuah Toko."
Yahiko mendekatkan bibir pada penghubung suara agar sang Komandan dapat mendengarkan semua penjelasan darinya.
"Jangan sampai kehilangan target. Untuk membuktikan kerja sama mereka kita butuh waktu, makanya terus ikuti dia."
"Siap, laksanakan Pak."
Jawaban tegas itu membuat sang komandan yang ada diseberang sana menghela nafas lega.
"Aku mengandalkanmu, Yahiko."
Lelaki berambut jabrik dengan warna orange
mencolok itu tersenyum kecil. "Serahkan tugas ini kepada saya." Jawabnya yakin terhadap diri sendiri.
Kenaikan pangkat menantikan Yahiko apabila misi kali ini berhasil diselesaikan, masalahnya nyawa seseorang yang akan menjadi taruhan.
Dengan adanya sedikit bukti cukup membantu mereka untuk membekuk pelaku membunuhan, namun belum bisa sekarang. Meka butuh waktu demi menjebloskan si pembunuh bayaran ke dalam jeruji besi.
Ini aksi antara si pelenyap dan penyelamat.
x X x
Kelopak putih itu masih setia terbuka, memperlihatkan sepasang emerald indah yang dimiliki olehnya. Ini pagi yang melelahkan baginya setelah berbagi pengalaman bersama sang Suami dalam desahan yang menjadi melodi sebagai pengiring persatuan mereka.
Kini wanita itu tengah melamun sembari memeluk tubuh telanjang Naruto dari samping. Ia berpikir mengenai yang baru terjadi hari ini, dimana seorang pria pelit akan ekspresi dan kalimat menampakan sisi lemah yang selama ini disembunyikan melalui muka datar.
Sakura melihatnya. Naruto menangis sebagaimana seseorang yang rapuh seperti gumpalan pasir. Sekali digenggam tanpa tenaga langsung remuk lalu menjadi serpihan-serpihan halus.
Siapa bilang Naruto kuat? Sakura tahu latar belakangnya secara menyeluruh. Naruto hanyalah seseorang yang lemah dan tak berdaya, sebab itu ia dihadirkan ke dunia ini untuk mendampingi pria yang kini telah sah menjadi Suaminya sejak beberapa bulan lalu.
Menjadi menompang yang kokoh untuk pertahanan Naruto.
Sakura teringat kejadian kemarin malam, dimana keributan Minato dan Kushina ia dengarkan- juga saksikan sendiri.
Pantas Naruto marah, itu karena ketidaksudian Kushina membukakan pintu hati untuk Minato, sementara Minato sendiri tidak mampu menahan diri. Nafsu bejat mengalahkan Ayah pirang itu.
Perempuan merah muda itu bangun dengan cepat. Ia duduk ditepian tempat tidur selama sesaat, kemudian meminjam kemeja milik Naruto tadi untuk dikenakan agar melindungi tubuh telanjangnya.
Ulah Naruto meninggalkan beberapa bercak di kulit mulus Sakura, namun beruntung dia beri tanda khusus itu dibagian dalam. Paling tidak bukan di leher melainkan dada, perut serta paha.
Sakura meninggalkan kamar Naruto untuk kembali ke kamar sendiri. Tidak, bukan untuk memisahkan diri, tetapi mencari busana yang akan dikenakan untuk pagi ini.
Mata Sakura terbuka lebih cepat sejak dini tadi, dan bertahan hingga pagi hari. Hanya tinggal Naruto seorang yang masih terlelap dalam rasa lelah, sekaligus menghilangkan efek alkohol yang diminum semalam.
Naruto mabuk, tapi tidak terlalu parah. Bisa saja dia melupakan kejadian semalam, untuk mengingatnya perlu berpikir keras.
Niat Sakura untuk langsung mengenakan baju terhenti. Secara kebetulan ia mematut diri melalui pantulan cermin, seketika itu pula memperlihatkan beberapa bercak merah yang tertinggal di kulit.
Mirip seperti sebuah tanda.
Senyum tipis terukir di bibir mungil Sakura. Ada semburat merah yang muncul di kedua pipinya, tanda bahagia bercampur malu.
Semua kissmark itu adalah tanda. Cara Naruto menandai bahwa Sakura miliknya seorang. Terlihat unik, namun inilah kenyataannya. Hati Sakura yang meyakinkan untuk berpikir seperti itu.
Hingga detik ini kecupan itu masih terasa, terutama di bibir. Sakura menyentuh daging lembut miliknya, lalu mengusapnya. Ciuman Naruto masih terasa jelas, kala itu juga membuat ia kembali mengingat moment indah yang baru berlalu beberapa jam tadi.
Dalam tugas memanjakan pasangan, Naruto berlaku lembut dan penuh perasaan. Dia bisa membuat Sakura terbang tinggi merasakan nikmatnya duniawi.
Sisa semalam belum terlupakan hingga detik ini. Salalu terbayang-bayang dalam benak Sakura, dan itu membuatnya ingin melakukannya lagi.
Betapa Sakura sangat menginginkan Naruto. Ia rindu dengan sentuhan-sentuhan memabukan lagi, tapi sayang ini bukan waktunya memikirkan bulan madu.
Masalah mereka harus terselesaikan hari ini juga.
Rasa bahagia sempat membuat Sakura lupa dengan tujuan utama, lantas ketika teringat kembali ia tak membuang-buang waktu lagi.
Segera mengenakan busana yang layak khusus untuk di luar, setelah itu Sakura lapisi lagi dengan mantel. Cuaca pagi pasti dingin, karena ada keperluan penting maka ia rela tidak menggunakan dekapan sebagai penghangat.
Untuk hari ini Sakura tak memerlukan dekapan Naruto, sebab sesuatu yang sangat penting sedang menunggunya di pagi ini juga. Kalau soal Naruto, ia bisa mendekapnya kapapun, dimanapun dan sesuka hati. Naruto tidak akan menolak, justru sebaliknya.
Dari sinilah hubungan mereka sebagai Suami dan Istri dijalani dengan bersungguh-sungguh.
"Selamat tinggal masa lalu..."
x X x
BLAM.
Disinilah Sakura sekarang. Memutuskan untuk kembali ke kediaman Namikaze, ia telah meninggalkan rumah serta sang Suami yang masih terlelap.
Sebelum melangkah menyempatkan diri menarik nafas panjang, lalu dihembuskan untuk melegakan perasaan. Sekian dari pemanasan, lantas Sakura melangkahkan kaki.
Gerbang itu tidak terkunci, semakin memudahkan Sakura untuk masuk ke dalamnya.
Mungkin dengan cara ini mereka sudi berdamai, lagipula Sakura melakukan ini hanya karena Naruto. Demi sang Suami ia rela melakukan apa saja asalkan dia bahagia.
Beberapa kali menekan bel, selang beberapa menit orang di dalam membuka pintu. Datang di pagi-pagi sekali bukanlah keputusan salah, justru tepat. Yang jelas mereka berdua masih di rumah.
"Sakura-Chan?" Terang saja kedatangan Sakura membuat Kushina terkejut. Bukan 'kah ini masih terlalu pagi untuk datang?
Sakura tidak berkata apa-apa, namun menyelonong masuk begitu saja lalu meraih tangan Kushina. Ia gandeng wanita setengah baya itu dan membawanya ke dalam.
"Sakura-Chan, ada apa?"
Perilaku aneh Sakura menimbulkan pertanyaan demi pertanyaan dalam benak Kushina. Mereka tergesa, seperti ada sesuatu yang sangat penting.
Niat kedatangan Sakura bukan untuk hal lain. Ia hanya membutuhkan mereka untuk membuat Naruto senang, biarpun kesenangan yang cuma bertahan selama sesaat.
Jika mereka tidak punya kesadaran, maka sebagai seorang manusia Sakura yang akan menyadarkan mereka dari kesalahan-kesalahan fatal.
Naruto membutuhkan perhatian dari kedua orang tua, jika hanya mendapat kasih sayang dari seorang Istri itu tidaklah cukup.
Orang tua dan Istri berbeda, disanalah letak kesadaran Sakura.
Awalnya sempat celingukan mencari keberadaan Minato, hingga akhirnya laki-laki jabrik itu berhasil di temukan ketika melintasi dapur. Dia terlihat sedang duduk sambil menikmati sarapan.
"Sakura-Chan, apa yang terjadi?"
Pertanyaan terus dilontarkan, namun kegigihan Sakura dalam membungkam mulut membuat Kushina pasrah. Baiklah, dengan begini ia hanya perlu mengikuti permainan sang menantu.
Suapan Minato tersela. "Oh, Sakura..." Sapanya. Rasa heran tak membuang jauh, namun Minato mencoba bersikap santai agar tak menyinggung perasaan Istri Naruto. "Kebetulan kau datang, ayo kita sarapan bersama."
Tetap saja bibir mungil itu tidak sudi menuai sepatah katapun. Hal ini membuat Minato semakin larut dalam kebingungan, ia lalu berdiri dihadapan kedua kaum hawa itu.
Menyingkirinya Minato telah memberi kesempatan. Sakura menarik tangan Kushina, kemudian mendirikan sang Ibu disebelah Minato. Mensejajarkan mereka dihadapannya.
DUK.
Sepasang Suami dan Istri itu dibuat terkejut bersamaan oleh tindakan Sakura.
Sembari menggigit bibir kuat-kuat, Sakura mengepalkan tangan untuk melampiaskan perasaan yang tersakiti. Ini perasaan Naruto yang ia bawa secara paksa, agar mereka tahu sebagaimana terlukanya Naruto dalam mendambakan perhatian.
"K-kumohon..." Wanita muda itu berlutut dihadapan mereka.TO BE CONTINUE...