3: Married with him

5.4K 217 17
                                    

"Tidak ada cinta yang ku terima. Tidak ada bahagia yang disuguhkan. Semuanya hanya fatamorgana, pahit dan kekejaman menjadi dominasi dalam perjalanan hidupku yang baru."

-Adiba Shakila Atamrini-

Terakhir pemakaian cadar, wajah Adiba yang cantik nan mempesona harus ditutupi setengah oleh sebuah kain yang sering disebut cadar. Sesuai keinginannya, jika dirinya akan mengenakan cadar. Dan cadarnya akan dibuka setelah suaminya yang membuka sendiri.

Adiba dituntun pelan menuju tempat akad pernikahannya. Dia di tuntun oleh sahabatnya, Aina, Zahra dan Kirana ikut dibaris belakang.

Adiba mulai tidak tenang, dia mulai gugup nan bimbang setelah melihat banyak orang yang menghadiri acara pernikahannya itu. Dari arah tangga, Adiba sudah bisa melihat keberadaan calon suaminya.

Arfan duduk dengan raut wajah yang tajam, dari ekspresinya tidak sedikitpun terlihat menerima akan pernikahan. Apakah Arfan sendiri terpaksa menjalani perjodohannya? Lalu mengapa Arfan mau menerima perjodohannya jika memang dia terpaksa. Adiba bertanya-tanya, hingga dirinya mendarat sempurna ditempat resepsi pernikahannya.

Banyak mata yang melihatnya kagum, termasuk Arfan sendiri. Lontaran pujian Adiba terima dari berbagai pihak, orang-orang tidak henti-hentinya membisikan Adiba.

Arfan sempat saling tatap menatap namun Arfan memutuskan sendiri tatapannya. Adiba diperintahkan untuk duduk disamping Arfan, dengan gugup Adiba mendudukan dirinya di kursi di samping kiri Arfan.

Keringat mengguyuri kedua tangannya yang terbalut sarung tangan tipis itu. Adiba tidak tenang, perasaannya sangat campur aduk. Dari arah samping kirinya Aina menyuportinya. Tak henti-hentinya Aina membisikan sesuatu agar Adiba tenang.

"Aku gugup Na," bisik Adiba.

"Tidak akan lama kok Dib. Kamu pasti bisa," suport Aina setelah tangannya menggenggam erat tangan Adiba memberikan ketenangan walau mungkin tidak bisa bertahan lama.

Adiba mengangguk ragu saja, Arfan sempat melirik Adiba lama tapi Adiba tidak menyadarinya.

Gofar sudah berada didepan Arfan, ijab kobul pun akan segera dimulai.
Sebelum ijab kabul dimulai Arfan dituntun terlebih dahulu untuk mengucapkan dua kalimat syahadatnya. Arfan seorang nasrani, untuk itu Arfan diperintahkan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dahulu sebelum dirinya mengucapkan ijab kabul.

Adiba sendiri tidak tahu mengenai status suaminya yang beragama nasrani tersebut. Adiba terkejut mendengarnya, bibir Arfan yang mengucapkan syahadat lancar-lancar saja. Hanya saja ada satu hal yang Adiba takutkan. Dia takut suaminya tidak bisa membimbingnya kejalan yang diridhai-Nya. Dia takut Arfan tak mempu menjadi imam seperti kriterianya. Mengingat Arfan seorang mu'alaf, Arfan seorang muslim yang baru. Pengetahuan akan agama pasti sangat minim. Adiba berdebar tak karuan, bukan debaran cinta melainkan debaran ketakutan.

"Kenapa Ibu dan Ayah tidak memberitahukan aku jika dia seorang non muslim?" dirinya bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Adiba berusaha menggapai mata Aisyah untuk membalas tatapan pertanyaannya, berharap Aisyah mau menjelaskan segalanya. Namun harus terpotong oleh suara penghulu yang mengintruksikan dalam keberlangsungan pengucapan Ijab.

Tangan Gofar di jabatkan bersama tangan Arfan membalas menjabat erat. Gofar mulai menarik nafasnya.

"Bismillahirrohmanirrohim Saya nikahkan dan kawinkan Kau, Grissham Arfan Irawan bin Arkam Irawan dengan putriku, Ananda Adiba Sahkila Atmarini binti H. Ahmad Gofar dengan mas kawin cincin berlian dan seperangkat alat sholat dibayar Tunai."

Tangisan Seorang Istri (Versi Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang