"Cinta memang terlalu beresiko untuk ukuran gadis perasaan seperti ku."
-Adiba Shakila Atmarini-
🍃Di tatapnya wajah sang istri penuh dengan lelah itu akibat ulahnya sendiri. Arfan tersenyum kecil, lalu menaruh bibirnya di kening sang istri beberapa menit. Mengingat kejadian beberapa jam tadi hati Arfan berdesir kembali, dimana dia dengan sopannya meminta izin pada Adiba untuk memenuhi haknya. Terutama wajah Adiba yang merona saat Arfan membisikan sesuatu didekat telinganya. Sungguh Arfan tak pernah merasakan sesuatu semenyenangkan itu meski dia sering berkontak fisik dengan Syandra tapi dia tidak pernah merasakan perasaan murni seperti ini.
Usai mengecup kening istrinya Arfan kembali menatap wajah Adiba dengan lamat. Rasanya terlalu berat harus meninggalkan istrinya dalam keadaan seperti ini. Jika saja dia tidak mempunyai perjanjian dengan wanita ular itu malam ini Arfan pasti menghabiskan seluruh malamnya bersama sang istri, bermanja dengan istrinya dan memeluk istrinya sepanjang malam. Lagi Arfan harus terganggu oleh deringan ponsel yang nyaring.
Dengan segera Arfan meraih ponselnya ditakuti tidur Adiba terganggu.
"Segeranya aku kesana," pungkas Arfan tanpa basa basi.
Arfan mengenakan pakaiannya kembali. Sebelum benar-benar pergi Arfan menyimpan salah satu kartu atmnya dinakas dengan secarcik kertas berisikan pinnya. Setelahnya Arfan duduk di pinggiran kasur berdampingan dengan Adiba.
"Dib, maaf ya aku harus pergi dulu. Maaf aku belum bisa jadi suami seperti keingina kamu. Tapi aku akan berusaha selalu ada untuk kamu. Dan calon anak kita." Lirih Arfan seraya mengelus pelan perut Adiba, walau belum pasti akan terwujud tidaknya benih hasilnya itu.
Sedetik kemudian dia tersenyum membayangkan calon janinnya berkembang didalam perut Adiba. Arfan amat menunggu momen itu, dimana setiap harinya Arfan akan terus mengelus dan mengecup perut sang istri melihat perkembangan bayinya didalam perut sang istri.
Bersamaan dengan itu setetes air mata ikut turun berjatuhan membasahi kedua pipinya. Beri nama apa untuk air matanya, apakah air mata haru atau air mata sesak? Sangat sakit memang, seandainya Adiba tahu alasan Arfan pergi bisa disimpulkan Adiba akan meninggalkannya tanpa iba. Entah apa jadinya kehidupan Arfan tanpa kehadiran Adiba, membayangkan saja sudah mampu menggores dalam hati Arfan.
Arfan sedikit menggelengkan kepala menghenyakan fikirannya.
Sebelum pergi Arfan mengecup lama kening sang istri membelai wajah sang istri dengan penuh perasaan. "Aku mencintaimu." Akhir yang menyedihkan, Arfan pergi tanpa sepengetahuan Adiba.
Namun dibalik itu siapa sangka, Arfan terlalu percaya diri jika istrinya telah tidur dengan pulas Adiba sama sekali tidak tidur dia hanya memejamkan matanya. Bersamaan pintu kamar tertutup Adiba membuka kedua matanya menatapi pintu kamar menyisakan harum parfum suami yang menyeruak membuatnya menangis tersedu menderaikan air mata.
"Apa yang kamu sembunyikan dariku mas. Dan apa maksud dari perkataan mu itu."
Arfan selalu berkata jujur akan hal apapun namun menit tadi Adiba merasakan kecewa karena pada kenyataannya Arfan tidak sepenuhnya jujur terhadapanya. Adiba merasa dihianati. Sesak itulah fakta dari isi hati Adiba.
Dia bukan lagi seorang gadis melainkan sepenuhnya seorang istri. Apakah kata istri sidah benar disematkan dalam setatusnya? Adiba bertanya tanya pada dirinya karena jika memang dia seorang istri lalu mengapa setelah melaksanakan tugasnya Arfan memilih pergi tanpa alasan apapun.
Kembalilah suara tangis disertai senggukan mengalun pedih mengisi kamar luas dengan suasana gelap gulita itu.
Disaat Adiba sibuk meratapi kesedihannya Arfan harus menghadapi wanita ular yang kini tengah menatapnya lapar. Sungguh murah harga diri wanita didepan Arfan itu. Dia mengenakan pakaian terbilang minim disusuli make up darknya. Orang-orang akan menilainya seksi tapi Arfan tertarik saja tidak, bahkan jika dia bisa Arfan ingin membunuh wanita didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Seorang Istri (Versi Revisi)
ChickLitFollow dulu yu sebelum baca;) Dia pria yang tidak ku ketahui, dia pria yang menjadi suami ku imam hidupku. Dia pria terbaik sekaligus terjahat sepanjang hidup ku bersamanya. Dia tidak pernah melakukan kontak fisik untuk menyakitiku, dia menyakitiku...