18 : Kamu adalah Nestapa

3.8K 210 53
                                    

"Kamu adalah nestapa sekaligus panasea."
-Adiba Shakila Atmarini-

Atas perintah dosennya yang bernama Zidan kini Adiba harus berhadapan dengan dosen tersebut untuk mengambil beberapa tugas kelas mereka dan membagikannya. Adiba mengamati gerak gerik dosennya sedang menandatangani tugas kelasnya. Rasanya deg-degan karena baru pertama kalinya Adiba berhadapan langsung dengan dosen ini secara empat mata.

"Kamu kenapa?" Suara Zidan mengejutkan Adiba, lantas Adiba menggeleng gugup tak mungkin dia menjawab nervouse karena berhadapan dengan dosen yang sempat di rumorkan dekat dengan Adiba akibat sempat mengantarkannya pulang bulan lalu.

Insiden itu tidak bisa dilupakan karena insiden itu Adiba menjadi bahan gunjingan seisi kampus. Namanya menjadi tenar dan sosmednya menjadi sasaran para fans pemuja ketampanan Zidan. Membayangkan kejadian dulu Adiba bergidig ngeri, untungnya sekarang dia sudah bersuami sedikit menguntungkan.

"Ini tolong bagikan," setumpuk makalah berada didepan Adiba. Dalam hati Adiba takjub tak menyangka dia kira dosennya tidak akan membiarkannya membawa setumpuk penuh makalah itu tapi kenyataannya Zidan menyerahkan begitu saja.

Adiba menelan ludah membayangkan tubuh mungilnya membawa makalah itu.

"Saya bantu kok jangan khawatir," seolah tahu apa yang dipikirkan Adiba. Zidan segera membagi dua tumpukan makalahnya dan dia mengambil bagian paling banyak sementara Adiba hanya seperempatnya.

"Pak bagi dua saja itu berat pak," sela Adiba merasa tak enak melihat Zidan yang sudah memangku makalah itu.

Zidan tak menggubris ucapan gadis itu dia langsung nyelonong meninggalkan Adiba begitu saja. Dengan gemas antara kesal dan geregetan atas sikap Zidan bak kutub es itu Adiba menghela nafas berusaha menyabarkan diri.

"Sudah biasa. Julukannya memang dosen kutub kan. Tenang, tenang." Adiba menyusuli Zidan hingga tiba diluar.

"Astaghfirullah," hampir saja Adiba terjungkal kebelakang jika tidak sergap menahan pergerakannya sendiri bisa saja dia jatuh secara aesthetic, memalukan.

Zidan menatap aneh dengan sebelah alis yang diangkat sebelah. Rasanya Adiba ingin merobek wujud muka Zidan yang menyebalkan itu. Sudah mengejutkan tapi malah berekspresi menyebalkan. Sabar sekali lagi sabar.

"Buruan bentar lagi jam pulang," intruksi Zidan dari depannya yang sudah lumayan jauh.

"Ya Allah dosen kutub," geram Adiba menghentakan kakinya menyusul langkah Zidan yang super lebar itu.

○○○

"Yaudah gak papa kita bisa naik Angkot kok. Ya Dib," ucap Aina dikarenakan Adeli tidak bisa mengantarkan mereka pulang. Disini hanya Adelia yang membawa kendaraan karena Adelia mendadak ada urusan di kantor Ayahnya alhasil Adelia tidak bisa mengantarkan mereka pulang.

Dengan perasaan tak enak Adelia meminta maaf karena tidak bisa mengantarkan mereka.

"Udah kamu cepetan ke kantor bukannya ada meeting penting ya?" Adelia mengangguk lesu. Dia pun merentangkan kedua tangannya memeluk kedua sahabatnya silih bergantian.

"Aku pergi dulu ya. Jaga diri kalian baik-baik. Maaf hari ini gak bisa nganterin kalian," ucapnya muram, Adiba menggeleng mencubit gemas kedua pipi agak chubby milik Adelia.

Tangisan Seorang Istri (Versi Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang