"Waktu terlalu cepat mengawali semuanya. Cinta, masalah dan kebohongan. Waktu terlalu dini memerankan ketiganya dalam detik yang sama."
-Grissham Arfan Irawan-Kini rumah kembali sepi setelah kedua keluarga mereka pulang ke rumahnya masing-masing hanya mereka berdua yang tersisa di dalam rumah berukuran lumayan besar tersebut.
Adiba yang sibuk membereskan beberapa benda berserakan di sana sini harus terhentikan oleh deringan ponsel dari arah ruang tengah. Dengan repot Adiba mengecek ke ruangan setelah menyimpan beberapa piring yang dia punguti tadi ke wastafel.
Rupanya ponsel Arfan yang berdering itu. Adiba ambil dilayar yang sempat menyala sebab panggilan telefon menampilkan nama seseorang. Namanya sangat aneh, My Angel. Nama itulah pelaku ponsel Arfan berdering berturut-turut dan Adiba ragu antara mengangkat atau tidak. Meski dia sudah sah menjadi istri Arfan yang artinya bisa melakukan apapun selagi wajar dan tidak melanggar tetap saja Adiba tidak memiliki niatan untuk lancang mengangkat.
Dia berlari kesana kemari mencari Arfan, dia menemukan Arfan di sebuah ruangan yang kebetulan pintu ruangan tersebut tengah terbuka.
Arfan terlihat sibuk, dia sedang memasukan barang-barang tak terpakai kedalam beberapa kerdus.
"Mas," panggilnya seraya mendekati Arfan menyodorkan ponselnya ke arah Arfan, lantas Arfan menatap selidik ke benda didepannya.
Arfan berdiri terkejut dari posisi jongkoknya membuat tubuhnya membentur lemari berisikan beberapa kerdus. Adiba ikut terkejut, sebab reaksi Arfan sangat berlebihan ponsel yang dipegangnya seketika dirampas cepat.
"Maaf, Adib gak bermaksud lancang. Adib kira itu sangat penting, soalnya sudah beberapa kali hp nya bunyi," polos Adiba menerka reaksi Arfan seperti bermasalah karenanya mengambil hp Arfan begitu saja.
"Eu... eu... Adib keluar dulu." Adiba membalikan badannya gugup. Tidak ada respon sedikitpun dari Arfan, ini sangat mengganjal.
Ada apa dengan ekspresi Arfan? Dan siapa My Angel, kenapa mendapati telefon dari orang itu seketika Arfan berubah derastis menjadi dingin. Adiba tidak terlalu berpikir panjang, sebab masih banyak pekerjaan di rumah. Dia pun memutuskan untuk pergi dan melanjutkan aktivitasnya. Hanya saja dia harus tertarik ke belakang, ada satu tangan menarik tangannya membuat tubuhnya menubruk tubuh seseorang menempel erat dengan kedua tangan melingkar erat di area perutnya.
Tentu itu sangat mengejutkan, kedua mulut Adiba menganga terbuka bersamanya beberapa kerdus berjatuhan dari atas depannya.
Tubuhnya membalik paksa dengan sebelah tangan Arfan menutupi bagian kepala belakangnya. Tubuhnya bersama tubuh Arfan yang melindunginya terjatuh bersamaan. Adiba menghimpit tubuh Arfan dengan posisi Arfan yang memeluknya erat dari arah bawah.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Arfan was-was mengingat kerdus yang jatuh tadi berisikan buku-buku tebal miliknya.
Adiba masih terkesima dengan kejadian beberapa detik yang lalu. Dia tidak sadar atas posisinya, nyawa keasadarannya belum terkumpul semua. Lihatlah ekspresi wajahnya pun masih tetap sama dalam mode keterkejutan.
Arfan berusaha bangkit mengangkat tubuhnya serta tubuh Adiba.
"Ah maaf," sadar Adiba yang baru menyadari akan posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Seorang Istri (Versi Revisi)
ChickLitFollow dulu yu sebelum baca;) Dia pria yang tidak ku ketahui, dia pria yang menjadi suami ku imam hidupku. Dia pria terbaik sekaligus terjahat sepanjang hidup ku bersamanya. Dia tidak pernah melakukan kontak fisik untuk menyakitiku, dia menyakitiku...