Satu

149K 5.7K 225
                                    

"Tolong semua barang diangkat ke lantai Dua, ya pak!" ujar Gabriel Maleka, pada beberapa orang tukang yang membantu kepindahan keluarga kecil mereka siang itu.
Para tukang itu mengangguk. Kemudian mengikuti perintah sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Maleka.

Hari ini adalah hari kepindahan keluarga Maleka ke Kota besar itu. Tugas Dokter jiwa yang disandang oleh Gabriel Maleka lah yang terpaksa membawa Mereka kembali ke Kota itu.

Di ruangan yang lainnya, Adeline sedang sibuk melihat-lihat. Mondar mandir dari Satu ruang ke ruangan yang lainnya.
Rumah baru Mereka memang lebih besar dari rumah sebelumnya, yang hanya memiliki Satu lantai.

Terdengar Adeline dan Rio berebut kamar. Sama-sama memilih Satu kamar yang sama di lantai Dua.
Selang beberapa menit kemudian, terdengar tangis Rio.

"Adeline, Kau itu sudah besar! Tapi masih saja sering menangisi Rio!" seru Isti dari bawah, yang sedang merapikan dus-dus besar berisi foto-foto keluarga.

"Kakak jahat! Aku mau kamar yang ini, Mama!" pekik Rio lantang.
Isti menghela napas panjang, kemudian meletakkan beberapa pigura dan berjalan menaiki tangga, guna menghampiri keduanya.

"Adeline, Kau mengalah pada Adikmu. Kamar didekat tangga itu jauh lebih besar. Kau disana ya," bujuk Isti.

Adeline nampak tak suka, wajahnya merengut. Kemudian setelah berulangkali dengan sabar Isti membujuknya, Ia berlalu pergi setelah mencubit pipi Rio.

*

Cklek

Adeline membuka pintu kamar. Bola matanya berputar meneliti isi kamar barunya.

'Hhmm lumayan, kamar ini cukup bagus. Baiklah, hey Elmo, ini kamar baru Kita. Kau istirahat dulu ya, Kau pasti lelah, setelah ber jam-jam perjalanan tadi,'

Adeline, gadis itu meletakkan boneka Elmo kesayangannya di atas tempat tidur. Kemudian, Ia berjalan ke arah jendela. Membuka tirai, dan daun jendela lebar-lebar.

Udara sore itu menyegarkan tubuhnya yang lelah.
Sesaat, Adeline terpaku melihat ke seberang jalan. Pada sebuah rumah besar yang tak kalah mewah dengan rumah tinggalnya, bahkan sedikit lebih besar dari rumah baru miliknya.

Tapi bukan itu yang menarik perhatian Adeline. Melainkan, pada sebuah jendela yang tepat berhadapan dengan jendela kamarnya, tempat dimana Ia berdiri kini.

Jendela itu tertutup rapat, dengan gorden berwarna coklat tua yang sama-sama tertutup.

*

"Adeline, kemari!" seruan Mama membuyarkan lamunan gadis itu.

"Iya Ma!" jawab Adeline. Kemudian Ia meninggalkan kamar, setelah berbicara sebentar dengan Elmo.

Elmo bukan Boneka si Elmo yang sesungguhnya. Boneka tinggi dengan rambut ikal kecoklatan adalah sebuah boneka cantik, pemberian Mama beberapa tahun silam.

Mama bilang, boneka itu adalah boneka kesayangan Mama saat Mama masih kecil dulu, pemberian Nenek, oleh-oleh dari luar Negeri.
Si Elmo awalnya bernama Katherine, tapi Adelin tak suka dengan nama itu. Entah bagai mana ceritanya, hingga gadis itu akhirnya mengganti nama Katherine menjadi Elmo.

"Adeline, Mama mau keluar sebentar. Membeli makan untuk makan malam kita. Kau jaga Rio, ya. Dia sedang tidur dikamarnya," ujar Mama. Sambil mengenakan Cardigannya berwarna merah marun.

"Tapi janji tidak akan lama 'kan Ma?" tanya Adeline. Mama mengangguk. Kemudian meraih kunci mobil dari atas meja makan yang masih dipenuhi barang-barang dan belum sempat dirapikan.
Ya, barang-barang Mereka memang sangat banyak, tidak akan selesai merapikannya dalam Dua atau Empat hari.

Papa Adeline sudah pergi, sejak tukang selesai mengangkut barang tadi siang.

"Mau ke kantor properti, sebelum kantornya tutup," pamitnya waktu tadi.

*

"Ma, dimana Papa?" tanya Adeline, saat Ketiganya menikmati makan malam.

"Mungkin masih ada beberapa hal yang harus di urus. Setelah ini, kalian tidur ya. Mama masih harus membereskan barang-barang sambil menunggu papa pulang," jawab Mama.

Adeline mengangguk. Rio yang masih mengantuk terlihat hanya diam, sepertinya Ia tak bersemangat menikmati makanannya malam itu.

"Aku ngantuk sekali," lirih Rio sembari meletakkan sendok di atas piring. Mama menoleh padanya kemudian tersenyum.

"Ya sudah, habiskan susu mu, lalu kembalilah ke kamar," jawab Mama. Rio mengangguk. Kemudian meneguk susu dalam gelasnya hingga tandas. Anak itu menyeret mundur bangku yang didudukinya, lalu berdiri dan meninggalkan Mama serta Adeline. Sementara Adeline dan Mama masih duduk dikursi masing-masing, menikmati malam pertama dirumah baru, tanpa kehadiran Ayah.

RUMAH SEBERANG JALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang