Sebelas

40.5K 2.8K 67
                                    

Adeline tak keluar kamar sejak kepulangan Rossi. Ia duduk menghadap jendela kamarnya dengan tegang. Ia akan menunggu sesuatu terjadi, bahkan sampai pagi bila perlu!
Sebab Adeline yakin benar, jika pemilik harmonika itu adalah gadis dirumah seberang jalan itu!

"Sudah Mama katakan, kau jangan nakal, Rio!" sayup, Adeline mendengar suara Mama mengomel. Tak lama, terdengar pula suara Rio menangis histeris.
Adleine buru-buru keluar dari kamarnya. Dan ia hampir menjerit, melihat Rio tengah dipukuli oleh Mama.

"Mama! Apa yang kau lakukan?!" pekik Adeline. Mama menghentikan ayunan tangannya. Dan mendorong Rio hingga anak itu jatuh tersungkur.
Adeline buru-buru meraih tubuh Rio. Ia memeluk Adiknya yang masih menjerit histeris.

"Aku tak percaya Mama melakukan ini! Ada apa, Ma? Mengapa sejak pindah ke kota ini sikap Mama jadi sering kasar?!" Adeline menangis. Tangannya masih mengusap-usap kepala Rio.

"Mama tidak akan melakukan itu jika adikmu ini tidak bandel, Adeline!" balas Mama.

"Memangnya apa yang Rio lakukan hingga Mama semurka ini?!" teriak Adeline. Mama mendesah, ia tak menjawab. Kemudian meninggalkan kedua anaknya yang menangis.

BRUGGG

Mama membanting pintu kamar Rio.

"Ayo Rio, kau tidur dengan kakak malam ini!" Adeline menggendong tubuh Rio yang masih terisak. Dia mendekap tubuh Adeline erat sekali.

"Kakak aku takut, jangan tinggalin aku... Huhuhu..." Rio masih mengoceh sambil memeluk leher Adeline.

Adelin terus mencoba menenangkan adik satu-satunya itu, meski Adelin sering sekali mengerjai Rio, tapi ia sayang pada Rio. Ia tak rela siapapun menyakiti adiknya itu, termasuk mama sekalipun!

*

Adeline mengunci pintu kamarnya. Ia tak ingin tiba-tiba mama masuk kemudian memarahi keduanya.

Adeline menidurkan tubuh Rio, kemudian mengusap airmata dan ingusnya dengan tisyu. Lama sekali ia menatap wajah malang Rio, mengusap-usap kepalanya hingga pria kecil itu terlelap.

Beberapa saat kemudian Rio sudah terlelap, meski masih terdengar sesekali isak dalam napasnya.
Adeline mengusap matanya yang basah sekali lagi. Ia menyelimuti tubuh Rio, kemudian mengecup keningnya.

'Mama ... Ada apa denganmu? Akhir-akhir ini semua terasa begitu aneh...'

Adeline duduk terpekur memeluk kedua lututnya hingga tak terasa malam beranjak kian larut.

Adeline tersentak dari lamunan panjangnya. Ia mendengar suara itu!
Suara harmonika milik gadis di seberang jalan itu.

Adel beranjak, mengintai dari balik tirai.
Ia melihat gadis itu di bawah temaram cahaya lampu. Seperti beberapa hari yang lalu, gadis itu nampak begitu sungguh-sungguh menghayati permainannya.

Matanya terpejam, wajahnya nampak begitu tenang. Meski Adeline tidak benar-benar melihatnya dengan sangat jelas.

RUMAH SEBERANG JALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang