Adeline memasuki ruang kelas. Seperti biasa, ia duduk dibangku pojokkan kelas, ia menunggu bel masuk berbunyi, dan ah... Tiba-tiba ia mengingat suatu hal.
Adelin berdiri, mencari keberadaan Rossiana, tapi ia tidak menemukan gadis itu. Adeline memutuskan untuk melanjutkan langkah, kemudian menghampiri tiga orang siswi yang sedang berbicara dibangku salah satu dari mereka.
"Hey..." sapa Adeline. Ketiganya berpaling serempak pada Adeline.
"Hallo juga... Ada apa Adeline?" tanya Mawar.
"Mmm... Aku hanya ingin tahu, siapa orang yang duduk satu bangku denganku, ya?" tanya Adel.
Ketiga gadis itu saling tatap. Tak ada yang menjawab. Adeline bingung melihat ukah ketiga teman sekelasnya itu, dan ia menggaruk-garuk kepalanya sendiri karena tidak tahu harus bicara apa lagi.
"Maaf Adeline, aku, aku masih ada PR yang belum kukerjakan." jawab Mawar. Ia melangkah terburu menuju tempat duduknya.
"Aku mau ke kantin!" sahut Widi.
"Aku ikut!" timpal Yona.
Tinggallah Adeline sendiri dalam kebingungan.
'Ada yang tak beres ...' gumamnya dalam hati. Sementara itu, Mawar dari tempat duduknya mengintip melalui celah antara buku yang dipegangnya, kemudian menyibukkan diri saat Adeline kembali ke bangkunya.
Adeline mengangkat kedua bahu, sepertinya ia harus mencari tahu sendiri, soal ketidak beresan ini.*
Jam istirahat pun tiba, Adelin sudah bertekad bahwa ia akan bicara dengan Rossiana. Adeline tak ingin menjadi satu-satunya orang yang tidak mengetahui hal apa yang terjadi di dalam kelasnya sendiri. Apa lagi, dengan bangku yang diduduki olehnya.
Ini jelas ada yang tak beres!
"Rossi!" Adeline berdiri dipintu kelas. Rossi, yang baru saja keluar kelas langsung berbalik. Ia berdiri menunggu Adeline yang berjalan ke arahnya.
"Ada apa?" tanya Rossi. Setelah Adeline berada di dekatnya.
"Aku, aku ingin tahu soal bangku kosong disebelahku," jawab Adeline dengan napas terengah.
Rossiana berdiri gelisah. Ia menggigit-gigit bibirnya sendiri."Ada apa, Rossi? Kenapa semua orang seperti sedang menyenbunyikan sesuatu?" tanya Adeline sedikit meninggikan suaranya.
"Sssttttt jangan kencang-kencang..." ucap Rossi. Sambil menempelkan telunjuk di bibirnya. Rossi berdiri gelisah, matanya liar menatap kiri kanan dan sekitarnya.
"Arrgghhh aku benar-benar tak mengerti ada apa sebenarnya..." keluh Adeline.
Rossie menyeret lengan Adeline cepat, menjauh dari keramaian."Dengar Adeline, sore nanti jam empat, temui aku di kafe sunny. Jika kau mau tahu yang sesungguhnya," bisik Rossi.
Adeline termenung. Tapi kemudian ia menganggukkan kepala. Sangat membingungkan! Sekedar bertanya tentang seseorang saja, Rossi sampai harus mengatakannya di luar sekolah.
Adeline kembali ke dalam kelas. Ia meneliti bangku kosong yang ada disebelahnya. Tidak ada yang aneh, semuanya norma-normal saja, bahkan tidak ada yang mencurigakan dengan bentuk bangku itu sekalipun.
Adeline duduk kembali dibangkunya, lalu mendesah dan menopang dagu dengan kedua tangan bertumpu pada meja.
Sementara itu teman-teman lainnya satu persatu mulai memasuki kelas. Jam istirahat akan segera berakhir, dan jam berikutnya adalah mata pelajaran Kimia.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH SEBERANG JALAN
HorrorKisah ini, berawal dari kepindahan keluarga Maleka ke Kota besar itu. Gabriel Maleka, adalah seorang Dokter Jiwa yang bekerja disebuah Rumah Sakit Jiwa. Beliau adalah seorang Dokter dengan Satu Istri. Satu orang Puteri, dan Satu orang Putera. Puteri...