Dikediaman Keluarga Maleka
"Rio, kau sedang apa?!" seru Mama.
"Sssttttt .... Bicaranya pelan-pelan saja. Nanti kakaknya bangun..." Rio menempelkan ujung telunjuknya dibibir.
"Kakak? Kakak siapa maksudmu, Rio? Adeline masih Sekolah. Kita baru akan menjemputnya sekarang," Mama menarik lengan Rio dari dalam kamar Adeline.
"Mama sudah bilang berkali-kali, jangan bicara sendiri. Itu tidak baik, Rio! Orang-orang bisa menganggapmu ..."
"Isti!" seruan Gabriel menghentikan ucapan Istrinya tersebut.
"Apa-apaan Kau ini!" Gabriel menatap Istrinya dengan tajam. Isti hanya mengangkat kedua bahu seraya melanjutkan langkah. Rio, masih sempat tersenyum dengan kepala mendongak ke lantai dua.
*
"Adel, apa Kau baik-baik saja?" tanya Rosiana. Saat keduanya melangkah keluar dari dalam Kelas. Adeline mengangguk sambil mengangkat kedua alis.
'tentu saja aku baik-baik saja! Apa kau melihat aku seperti sedang sakitkah? Aneh sekali anak ini!'
Bathin Adeline."Aku baik-baik saja. Memangnya ada yang salahkah denganku? Wajahku nampak pucatkah? Atau aku terlihat seperti orang demam kah?" tanya Adeline bertubi-tubi.
Entah kenapa, sejak ia masuk ke kelas itu, Adeline merasa risih dengan sikap Rosiana. Gadis pemurung yang sering terlihat menatap kosong itu seolah terlalu berlebihan memperhatikan dirinya.
Rosiana terkekeh, sambil mengibaskan rambut dengan ujung jarinya.
"Oh ya Rossi, sepertinya aku harus pergi. Lihat, mama dan adikku sudah menunggu disana," Adeline mengakhiri pembicaraan.
Rosi menatap ke arah yang ditunjuk oleh Adeline. Tak lama, gadis itupun mengangguk."Iya Adel. Pamanku juga sebentar lagi datang menjemput," jawab Rosi sambil tersenyum. Adeline mengangguk, kemudian melambaikan tangan pada Rosi.
"Sampai jumpa esok, Adeline ..." gumam Rossi, seraya menatap punggung Adeline yang menjauh.
*
"Bagaimana hari pertamamu, Adeline?" tanya mama, dengan kedua mata masih fokus dijalanan.
"Biasa saja. Maksudku, seperti biasa anak baru..." jawab Adeline. Mama mengangguk.
"Ya ampun..." Adel menepuk dahinya sembari meringis. Mama menengok dengan ujung matanya.
"Apa?" tanyanya.
"Tak ada, aku hanya lupa bertanya, siapa teman sebangku ku pada Rossi," jawab Adel.
"Rossi? Sahabat barumu? Memangnya, teman sebangkumu tidak sekolah?" Mama memberondongnya dengan tiga pertanyaan sekalian.
"Ya, Rossi teman baruku yang aneh. Teman sebangku aku tidak masuk. Itulah yang aku lupa tidak menanyakannya pada Rossi," jawab Adel.
Yang kemudian hanya dijawab Oh oleh Mama.*
Sore ketiga, keluarga Maleka menempati rumah baru tersebut.
Papa sudah mulai sibuk dengan pekerjaannya. Entahlah, Gabriel memang sangat mencintai pekerjaannya tersebut.Seolah tak ada hari libur bagi pria itu. Setiap hari, bahkan setiap waktu, adalah pengabdian terhadap orang-orang yang mengidap masalah kejiwaan.
Adeline sering bertanya pada Papa, tentang mengapa Papa begitu mengagungkan pekerjaan.
"Mereka adalah orang-orang yang butuh perlindungan. Mereka hanya butuh pelukan, perhatian dan kasih sayang untuk menyembuhkan depresi yang mereka alami di masa lampau, Adeline ..." itu adalah jawaban Papa, setiap kali pertanyaan itu dilontarkan Adeline.
*
Adeline baru saja selesai mengerjakan PR sekolah. Ia keluar dari dalam kamarnya, setelah mematikan lampu.
Jam di dinding menunjukkan pukul Sembilan malam.
Mama, masih berkutat dengan Hakpen dan gulungan-gulungan benang Polyster ditangannya.
Ia menurunkan sedikit kaca matanya, saat melihat Adeline menuruni anak tangga."Mau kemana, Adeline?" tanya Mama.
"Ambil minum ma," jawab Adeline tanpa berpaling.
Gadis kecil itu mengambil sebotol air dari dalam lemari es, kemudian membawanya ke atas."Jangan tidur terlalu malam, Adeline! Mama sering kerepotan membangunkanmu pagi-pagi," seru Mama. Tangannya masih asyik dengan rajutan dipangkuannya.
"Iya Ma..." sahut Adel. Ia kembali ke kamar.
Meneguk air dalam botol, kemudian meletakkannya di atas meja belajar.
Adeline mematikan lampu. Kemudian bergegas menuju tempat tidur. Disana, Elmo sudah menunggunya.Mematikan lampu?
Sejak kapan lampu menyala?
Bukankah sebelum keluar kamar tadi, Adeline sudah mematikannya?Siapa yang menyalakan lampu?
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH SEBERANG JALAN
HorrorKisah ini, berawal dari kepindahan keluarga Maleka ke Kota besar itu. Gabriel Maleka, adalah seorang Dokter Jiwa yang bekerja disebuah Rumah Sakit Jiwa. Beliau adalah seorang Dokter dengan Satu Istri. Satu orang Puteri, dan Satu orang Putera. Puteri...