Tigabelas

38.8K 2.7K 34
                                    

"Rossi, aku benar-benar didatangi oleh hantu itu..." gumam Adeline setelah merasa yakin tak siapa-siapa di ruangan itu.

Rossiana terkesiap mendengar pernyataan Adeline.
Rossi sudah meminta ijin pada wali kelas jika pagi ini hingga jam istirahat ia akan menemani Adeline.

"Kau serius, Adeline? Bagaimana wujudnya?" tanya Rossiana. Rasanya, itu satu-satunya pertanyaan bodoh di dunia ini.

"Aku tak melihat wujudnya. Hanya saja, sesuatu terjadi di dalam kelas. Sesuatu yang aneh! Dan aku yakin jika apa yang kulihat bukan halusinasi," jawab Adeline.

"Adeline, aneh bagaimana? Coba kau jelaskan secara detail," gemas Rossiana mendengar jawaban Adeline yang menurutnya ambigu.

"Iya, seluruh bangku di dalam kelas bergerak, dan aku tidak tahu lagi apa yang terjadi karena aku keburu pingsan," lanjut Adeline.

"Adeline, aku tahu siapa yang harus kita datangi, untuk mencari tahu jawaban dari semuanya," ujar Rossiana bersungguh-sungguh, sambil menatap wajah Adeline dalam-dalam.

"Siapa?" tanya Adeline.
Rossiana mengedarkan pandangan. Tak lama, ia mendekatkan mulutnya pada telinga Adeline.
Adeline mengangguk, setelah Rossiana menyebutkan nama seseorang.

*

"Rio!"

Adeline berlari memasuki rumah.
Rio masih menjerit histeris dari lantai dua. Adeline melemparkan tasnya sembarangan, kemudian berlari sekuat tenaga menuju kamar Rio.

Ia berdiri mematung, menatap apa yang terjadi di dalam kamarnya.

Elmo!

Rio tengah menangis sambil menatap boneka kesayangan Adeline.
Rio berlari menghambur ke dalam pelukan Adeline, begitu tahu jika kakak perempuannya sudah berdiri dibelakangnya.

"A apa yang terjadi, Rio?" tanya Adeline. Kepala Elmo sudah terpisah dari badannya. Rambut pirangnya sudah habis tercabik-cabik. Bahkan kedua kaki dan tangannya sudah terlepas. Dakron dari dalam tubuh Elmo berserakkan di atas karpet, tepat di bawah tempat tidur Adeline.

Rio terisak, ia mendekap Adeline erat sekali.

"Apa yang terjadi, Rio?!" hardik Adeline. Rio menatap Adeline penuh ketakutan. Kemudian ia mundur beberapa langkah.

"Jangan pukul aku, kakak ..." gumamnya. Disela isak tangisnya.

"Apa kau yang melakukannya?!" pekik Adeline.
Rio menggeleng keras dengan wajah pucat ketakutan.

"Bukan kakak, bukan aku..." jerit Rio. Adeline mengembuskan napas berat. Ia sadar, ia begitu keras memperlakukan adiknya. Adeline meraih tangan Rio kemudian memeluknya kembali.

"Dimana Mama?" tanya Adeline pelan sambil menatap pucuk kepala adiknya. Rio menggeleng.

"Mama pergi tadi pagi..." jawab Rio.

Adeline melepaskan pelukannya. Kemudian menatap Rio dan mengusap air matanya.

"Apa kau tak sekolah, Rio?" tanya Adeline. Ia berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan kepala Rio. Rio menggeleng.

"Mama bilang, mama lelah dan tidak mau mengantarku ..." jawabnya pelan.

"Papa?"

"Papa belum pulang sejak semalam..." Adeline menarik napas panjang.

Ia melangkah pelan menghampiri boneka kesayangannya. Air matanya tak terbendung lagi. Gadis itu mendekap kepala Elmo sambil terisak.

Entah siapa yang melakukan kekejian ini...

Mungkinkah mama melakukannya?
Tapi untuk apa?
Apa gunanya dengan mama merusak bonrka Elmo milikku?
Bukankah Elmo boneka kesayangan mama sewaktu kecil?

Adeline duduk bersila dihadapan Elmo, ia berpikir keras, hingga mengingat lagi apa yang terjadi padanya di kelas tadi pagi. Bukankah ia sempat membaca sebuah tulisan di papan tulisan?

ELMO

RUMAH SEBERANG JALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang