Rossiana dan Adeline, yang juga ditemani Dani, sebagai Ketua kelas berlari menuju ruang Kepala Sekolah. Jelas sekali ini adalah sebuah tindak pengancaman.
Setelah seisi kelas berunding, mereka sepakat untuk melaporkan hal itu pada Kepala Sekolah. Mereka khawatir akan ada lagi sesuatu yang terjadi di kelas mereka.
Tok Tok Tok
"Masuk!" ketiga murid membuka pintu, kemudian masuk dan berdiri di hadapan Kepala sekolah.
Kepala Sekolah mengernyit, dari balik kaca matanya."Ada apa?" tanyanya.
Adeline dan Rossi menatap Dani secara bersamaan. Dani mengangguk kemudian mulai menceritakan apa yang terjadi di dalam kelas pagi itu.
Kepala Sekolah mengangguk-anggukkan kepala. Ia membuka kaca matanya dan menatap murid-muridnya tersebut satu persatu secara bergantian.
"Jadi, Miss Ira yang menyuruhmu untuk duduk dibangku kosong itu?" tanyanya kepada Adeline.
Adeline mengangguk. Sebagai murid baru, tentu saja Adeline takkan menolak dimanapun ia ditempatkan.
Kepala Sekolah itu mendesah resah. Berkali-kali ia menghentakkan pulpen dalam genggamannya ke atas meja.
"Kau, tolong panggil Miss Ira kemari!" pinta Kepala Sekolah sambil menunjuk Dani. Dani mengangguk, kemudian keluar dari dalam ruangan Kepala Sekolah tersebut.
*
'Saat yang tepat...' pikir Adeline.
Yang tanpa diduga, juga sama dengan apa yang dipikirkan oleh Rossiana."Pak... Apakah kami boleh tahu, apa yang sebenarnya terjadi dengan bangku itu?" tanya Adeline pelan.
Kepala Sekolah menatap Adeline dengan tajam. Ini adalah kali kedua, seorang murid menanyakan hal yang sama.
Dan satu sebelumnya, ia menjadi korban kematian, setelah satu hari murid itu menanyakan hal serupa seperti apa yang ditanyakan Adeline barusan.
"Kau, Ade... Adeline... Aku rasa, ini bukan saat yang tepat untuk menceritakan apa yang terjadi," jawab Kepala Sekolah, setelah dengan susah payah membaca Nama yang tertulis di dada Adelin sebelah Kiri.
"Tapi kenapa, Pak? Kami berhak tahu apa yang terjadi dikelas kami! Kelas dimana seharusnya kami dengan tenang menyerap ilmu pelajaran. Bukan dengan teror-teror semacam itu!" Adeline kehilangan kontrol. Suaranya meninggi, Ia tak sadar sedang berbicara dengan siapa.
Rossi menginjak ujung sepatunya. Namun Adeline tak peduli. Ia harus tahu apa yang terjadi, sebelum semuanya terlambat.
"Orang yang menanyakan hal yang sama denganmu, ia mati setelah itu! Apa kau ingin, itu menimpa dirimu, gadis kecil?!" balas Kepala Sekolah seraya menggebrak meja.
Adeline dan Rossi hampir saja melompat dari duduknya karena terkejut dengan sikap pak Kepala Sekolah yang tidak terduga.Hening ...
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH SEBERANG JALAN
HorrorKisah ini, berawal dari kepindahan keluarga Maleka ke Kota besar itu. Gabriel Maleka, adalah seorang Dokter Jiwa yang bekerja disebuah Rumah Sakit Jiwa. Beliau adalah seorang Dokter dengan Satu Istri. Satu orang Puteri, dan Satu orang Putera. Puteri...