Page 23 : The Violin is Missed

1K 212 51
                                    

Menjelang pertunjukan Anna Navelline yang telah memasuki pekan selanjutnya, teater kembali disibukkan dengan para staff yang berhilir mudik untuk mempersiapkan pertunjukannya. Para pemain, aktor maupun aktris telah melakukan latihan satu hari penuh seperti biasanya jika pertunjukkan akan dilaksanakan pada hari itu juga.

Ada yang berbeda sekaligus menarik pada latihan kali ini, Seulgi telah menjadi dirinya sendiri tanpa kacamata maupun ikatan rambut kuno nya yang selama ini selalu menjadi tameng identitasnya. Hal itu membuatnya terlihat seperti seorang Dewi di antara aktris lainnya bahkan saking istimewanya tidak ada yang mampu menjadi Dewa untuk menjadi pendampingnya. Seulgi terlalu sempurna karena ia begitu cantik, pandai berakting, cerdas, dan ekspresi yang ditunjukkannya selalu menakjubkan.

Teman-teman Jiyeon menyaksikan bagian Seulgi saat gadis itu beradu akting dengan pemain lainnya, mereka tampak berdecak kagum memuji akting Seulgi yang selalu luar biasa. Berbagai pujian dengan mudahnya mereka lontarkan dengan tatapan mata yang berbinar-binar namun bagi Jiyeon keberadaan Seulgi adalah bencana baginya. Diam-diam ia hanya bisa mengutarakan kebenciannya di dalam hati.

Setelah Seulgi keluar dari ruang latihan, kebetulan ia berpapasan dengan Irene yang tengah membawa beberapa kostum untuknya. Dengan senyum menawannya bagaikan bunga matahari yang menyambut musim semi, Irene menunjukkan semua kostum itu pada Seulgi.

"Lihatlah, semuanya milikmu! Begitu indah kan?"

Seulgi lantas menjawabnya dengan anggukan singkat, setelah melihat respon gadis itu, Irene segera menyamakan langkah Seulgi mengikutinya menuju ruangan pribadinya.

"Mmm.. Apakah yang lainnya akan berhenti dari tugas teater ini?" Tanya Irene setelah menggantungkan beberapa kostum pertunjukannya.

"Tentu saja, seperti yang aku katakan. Lagipula peran mereka sudah tidak terlalu penting di sini, lebih baik mereka membuat kasus itu semakin cepat terungkap."

Irene terlihat mengangguk setuju dengan apa yang Seulgi ucapkan.

"Tapi kenapa pada akhirnya kau membiarkanku untuk bersamamu?" Ungkap Irene penuh penasaran.

"Bukannya Wendy sudah tahu kalau kau terlibat dalam proyek ini? Akan sangat aneh kalau kau mengakhiri dirimu di proyek ini padahal pertunjukkannya masih berjalan beberapa pekan lagi."

"Ahh~ kau benar juga." Irene membenarkan ucapan Seulgi dengan canggung. Sebenarnya jawaban yang didengarnya itu bukanlah yang diharapkannya. Ia kira Seulgi telah menghargainya dengan menganggapnya bahwa gadis itu membutuhkan seorang teman yang menemaninya.

Sekembalinya dari ruangan pribadi Seulgi, jawaban Seulgi rupanya masih terngiang-ngiang di kepalanya. Hal itu membuatnya tidak sadar bahwa Baekhyun serta Jaehyun tengah berjalan menghampirinya.

"Hey Irene." Sapa Baekhyun lebih dulu.

"Eh, kenapa kalian ada di sini?" Bukannya membalas sapaan Baekhyun, Irene malah berbalik bertanya.

"Kami datang kemari hanya akan memberitahu Paman kami bahwa kami berempat tidak akan lagi berpartisipasi dalam proyek teater ini lagi agar Paman kami tidak akan bingung." Beritahu Jaehyun.

"Ahh~ baiklah. Tadi aku melihat Paman Bong berada di dekat panggung bersama para staff."

"Benarkah? Baiklah kami akan ke sana. Terimakasih Irene." Ujar Baekhyun sebelum pria itu bersama saudara sepupunya pergi ke arena ruangan utama teater ini. Sepeninggalan kedua sepupu itu, tak lama kemudian Irene bertemu dengan Ten di sana, ia kira pria itu sedang menyusul Baekhyun dan Jaehyun.

"Oh, Ten. Tadi Baekhyun dan Jaehyun baru saja pergi ke arena utama."

"Aku datang kemari bukan bersama mereka."

Great YoungsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang