Page 3 : Detective Student

2.4K 357 55
                                    

Di halte, Seulgi tengah menunggu kedatangan bisnya. Beberapa orang disekitarnya tampak duduk bersama-sama mengabaikan dirinya tapi ia tidak mempermasalahkannya. Tak lama kemudian, bis pun akhirnya tiba di Halte yang di tempatinya. Seperti biasa Seulgi selalu masuk paling terakhir membiarkan yang lainnya mendahuluinya. Setelah mendapatkan kursinya ia duduk di sana tanpa ada satu orang pun yang ingin duduk bersamanya walaupun satu kursi di sisinya masih kosong. Bis pun melaju dengan kecepatan sedang, Seulgi memasang earphone-nya lalu memilih lagu yang akan diputar dalam ponselnya.Tatapannya kini beralih pada kaca bis di sampingnya memandangi setiap kegiatan orang-orang Seoul di luar sana. 

Tanpa terasa bis yang ditumpanginya kini telah berhenti di Halte selanjutnya, segera saja ia turun dari bisnya tanpa melepaskan earphone-nya. Kini gadis itu tengah berjalan mengitari jalan trotoar sampai akhirnya ia memasuki sebuah bangunan apartemen mewah di kawasan itu. Dengan menaiki lift, ia telah sampai di lantai 48 dengan kapasitas tiga apartemen di dalamnya, Seulgi memasuki kamar yang paling ujung sebelah kanan.

Setelah pintunya terkunci dengan otomatis ia menyalakan lampunya secara serentak hingga menunjukkan kemewahan di dalamnya. Seperti kemewahan yang telah ia rasakan di kediamannya di Jepang, Seulgi kembali memilikinya di tempatnya sekarang walaupun hanya tinggal seorang diri.

Setiap ruangannya didominasi dengan warna merah dan putih hingga memunculkan kesan feminim namun terdapat kesan kuat di baliknya. Seisi kediamannya di Jepang terdapat banyak ukiran-ukiran khas Eropa namun kali ini apartementnya ini jauh dari kemiripan yang ada. Kali ini desain yang terdapat di apartemennya lebih simple namun tidak lepas dari sisi elegan seperti keperibadiannya tersendiri.

Langkahnya terhenti setelah memasuki kamarnya yang cukup luas. Tas sekolahnya ia letakkan di atas kursi belajarnya lalu jas seragamnya ia gantungkan pada sebuah standing hanger. Terdapat cermin besar dengan potongan-potongan berlian di setiap sisinya persis berada di depannya. Seulgi memandangi pantulan dirinya di dalam cermin itu, wajahnya tetap saja hanya berekspresi datar dan tidak lebih.

Tangannya secara tiba-tiba melepaskan kacamata tebalnya dan melepas ikatan rambutnya. Dengan gerakan perlahan ia merapikan rambut hitam indahnya lalu mengusap wajahnya. Setelah itu ia kembali bercermin mematut bayangan dirinya kembali. Ada perbandingan aura dari penampilan sebelumnya dan penampilannya yang sekarang. Kecantikan wajah orientalnya kembali terpancar setelah ia mengubah penampilannya.

Suara ponselnya mengalihkan perhatiannya pada jas seragam yang sudah diletakkannya. Akhirnya Seulgi memutuskan untuk mengangkat panggilannya. Setelah mengangkatnya, gadis itu tidak mengucapkan sepatah katapun menyambutnya melainkan menunggu si lawan bicaranya untuk berbicara lebih dulu padanya.

"Bersiaplah, sebentar lagi kau akan bertemu dengan para patnermu lebih tepatnya teman-temanmu."

Seulgi memasang wajah keheranan mendengarnya. "Maksudmu?"

"Kau akan menjalani misi itu tentunya tidak akan sendiri. Aku sudah menyiapkan beberapa anggota lainnya untuk bergabung denganmu."

Seulgi terlihat tidak menyukai dengan apa yang baru saja didengarnya. "Kau tidak pernah membicarakannya dulu denganku. Kenapa tiba-tiba menambahkan orang lain?"

"Aku sudah merencanakannya dari dulu. Tidak mungkin kalau kau akan menjalaninya seorang diri, aku tidak akan membiarkannya. Para penyidik kepolisian pun membutuhkan para rekannya apalagi dirimu!"

"Kalau begitu kenapa dulu kau menawarkannya padaku? Kalau tahu akan seperti ini aku tidak akan ikut denganmu!" Ujarnya cukup kesal.

"Kita akan membicarakannya lagi nanti. Sekarang ada urusan penting yang harus aku lakukan."

Great YoungsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang