Hawa

949 19 3
                                    

Cahaya masih mengintip dibalik tirai yang tersingkap sedikit. Pagi masih lembab, sepasang mata layu masih merapat satu sama lain. Sangat berat, kelihatannya dia lelah sekali semalaman.

Pesta kelulusan SMA yang megah meriah telah dituntaskan semalaman penuh. Waktu menunjukkan pukul 10.10 pagi. Bunyi dering alarm sedari subuh tak juga mampu membangunkan gadis belia ini.

Hawa, 18 tahun. Baru saja lepas dari salah satu sekolah ternama di Jakarta. Semalaman dia berpesta dengan teman-teman satu sekolahnya di salah satu diskotik remang-remang. Hawa hidup berdua dengan adik tirinya, sejak dia SD dia tinggal di rumah pribadi milik mendiang Ayahnya.

Kebutuhannya bergantung pada sisa warisan dan harta benda, dibantu juga dengan sebuah rumah makan yang ditinggalkan ayahnya untuk dikelola olehnya. Hanya saja, Hawa adalah orang yang cuek sekali. Dia sangat malas mengurusi pekerjaan yang memberatkan hidupnya. Sehingga pekerjaan itu Ia lepas tangankan kepada adik tiri hasil pernikahan kedua ayahnya yang juga ikut kandas. Untungnya adiknya yang bernama Maya ikhlas memberikan sebagian hasil restoran kepada kakak tirinya yang tidak tahu diri itu.

Semalam, Hawa pulang dengna keadaan mabuk berat. Badannya penuh dengan tumpahan alkohol. Bau menyengat rokok pun turut menempel di badannya. Pakaian yang serba minimalis, padahal sebelumnya dia bilang hanya akan makan bersama diluar.

Toktoktokk
Bunyi ketukan dibalik pintu kamar Hawa membelalakkan kedua matanya.
"Kak, udah bangun? Itu aku udah siapin sarapan. Aku berangkat sekolah ya? Assalamu'alaikum."
"Hmm." hanya dengung suara kantuk yang diberikan oleh Hawa.
Sayup-sayup langkah kaki telah hilang dari luar. Pertanda Maya sudah pergi.

Hawa beranjak bangun, kepalanya pusing. Disadari olehnya pakaian yang dikenakannya telah berganti dan bersih. Ini pasti karena Maya.

Dia mengambil handuk, membuka keran didalam bathtub miliknya. Dan tertunduk di depan cermin buram di kamar mandinya. Hawa membasuh wajahnya. Dan membuka matanya perlahan, namun sangat berat. Ada sesuatu yang membuatnya memberatkan tubuhnya.

Hawa melepaskan seluruh bajunya, membalurkan krim mandi keseluruh tubuhnya. Lalu Ia merendam badannya hingga batas dagunya. Dia kembali terlelap setengah sadar. Sungguh, ada sesuatu yang berat didalam batinnya.

Bersama Allah, dan Tanpa 'Dia' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang