Aku Takut

275 8 0
                                    

Rama telah menghabiskan seluruh makanannya. Tapi tidak dengan Hawa. Hawa masih menyisakan makanannya.

"Kok gak habis?"
"Aku udah makan abisan. Jadi gak terlalu lapar."
"Yahhh. Kamu kok gak bilang? Terus, kenapa kamu ajak aku makan?"
"Kamu itu belum makan. Makanya aku temenin aja. Gak apa kok, yang penting kamu udah makan. Aku gak mau kamu kesakitan." Rama tersenyum.
"Iya sayang iyaaa. Emmm masih banyak tuh. Aku aja yang habisin ya? Sayang tau, gak boleh mubazir." tanpa basa-basi Hawa menggeserkan mangkuk makanannya ke Rama. Hawa tahu bahwa porsi makan Rama itu banyak. Dan kalau Hawa tidak habis makan, pasti Rama yang menjadi tempat pembuangan terakhir.

"Alhamdulillah." jawab Rama setelah habis menyantap soto milik Hawa.
"Udah kenyang? Mau nambah?" Hawa menggoda Rama dengan menyodorkan makanan lagi.
"Aku gak setamak itu kali Wa. Udah cukup kok."
"Yaudah deh bagus."

Hujan masih turun. Tapi tak begitu lebat seperti tadi. Amarah hujan sudah berkurang.
"Sayang?" Hawa memanggil pelan Rama sambil menoleh ke arah Rama yang begah karena kenyang.
"Iya sayang? Ada apa?"
"A.. Aku.... Minta maaf... " Hawa terbata. Badannya dingin dan sedikit menggetar.
"Loh kenapa? Kamu kan gak salah apa-apa." Rama menenangkan sambil memegang erat tangan Hawa.

Aku harus berani
Bisik Hawa dalam hati

"Aku minta maaf. Ka.. Kalau aku semalam gak nurut kamu. Maaf aku udah nge-club."
"Yaudah gak apa. Kamu mungkin juga butuh kegiatan lain." Rama lega pacarnya telah mencoba jujur kepadanya.
"Ada lagi."
"Apa?"

Ya Tuhan gimana ini? Aku takut...
Hawa bergetar. Kali ini airmatanya tumpah. Hawa menggenggam balik tangan Rama. Rama menyapu airmata  Hawa. Hati Rama juga ikutan takut.

"Aku..." Rama ikut menunggu perkataan Hawa selanjutnya.
"Aku pulangnya sama Vano semalam." Rama kaget. Tapi dia menahannya.
"Kok bisa sama Vano? Bukan kamu pergi sama Zahra dan yang lain?"
"Emmm... Anu. Aku sibuk sendiri semalam. Kayaknya Zahra pulang duluan. Dia udah sempet bilang sih. Buktinya nelpon Vano buat jemput aku. Aku nya aja mungkin yang gak ngeh. Yang lain juga ikutan Zahra pulang." jawab Hawa. Padahal dia pun tak tahu kabar Zahra dan yang lain setelah malam itu gimana.
"Ohhh jadi Zahra yang nelpon Vano. Yaudah deh bagus. Setidaknya dia tanggung jawab. Tapi kok dia gak nelpon aku aja ya?"
"M.. mungkin Zahra kepikiran kalau kamu bakalan bingung kalau aku ngeclub. Atau mungkin karena apa." Rama hanya mengangguk tanda setuju.
"Kamu maafin aku kan?"
"Pastilah. Yang penting kamu udah mau cerita sama aku. Dan lagi kamu baik baik aja sekarang." Rama mengelus rambut Hawa dengan penuh kehangatan.

Hawa masih menyimpan sesuatu yang lain.
Ma? Ada yang lain. Maafin aku

Bersama Allah, dan Tanpa 'Dia' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang