Hari berganti hari hingga menjadi bulan. Hawa terduduk lemas selepas dari toilet. Sudah sejaman dia bersemedi didalamnya. Belakangan ini badan Hawa tidak enakan. Dia kurang makan, dan susah tidur. Tapi, Hawa tak mungkin hidup tanpa asupan gizi sedikitpun
Hawa melangkahkan kakinya menuruni anak tangga menuju dapur. Kebetulan itu hari sabtu, akhir pekan Maya tidak sekolah dan dia belum berangkat kerja.
"Kak? Kenapa?"
"Gak kenapa-kenapa. Kamu udah masak?" tanya Hawa sambil menarik kursi dengan terus memegangi perutnya.
"Oh udah kok. Bentar ya aku siapkan." Bunyi desing-desing alat makan memeriahkan pagi ini. Datanglah seporsi makanan untuk Hawa santap.
"Kak? Pucat banget. Lagi gak sehat ya?"
"Kayaknya, mungkin cuma salah makan."
"Mau aku antarin ke dokter? Sebelum aku berangkat kerja. Atau mau aku telponin Mas Vano atau Mas Rama? "
"Gak usah. Nanti aku pergi sendiri. Kamu mau pergi sekarang?"
"Iya sih Kak."
"Yaudah gak apa. Kamu berangkat aja. Aku bisa sendiri."
"Beneran gak apa Kak? Tapi jangan gak dicek ya Kak? Takutnya keracunan makanan lagi."
"Bawel deh. Udah lah pergi sana." pinta Hawa.
"Yaudah. Kalau ada apa-apa kabarin aku ya? Assalamu'alaikum." Maya meraih tangan Hawa dan menciumnya.
"Iya wa'alaikumsalam."Selepas tak ada lagi tanda-tanda keberadaan Maya, Hawa meneruskan sarapannya. Baru tiga kali suap perut Hawa memberontak lagi. Hawa berlari secepat kilat ke wastafel yang ada di dapur
HUEKKKKK... HUEKKK...
Perutnya nyeri tapi susah untuk memuntahkannya. Hawa lemas. Dia naik ke kamarnya dengan tergopoh, meraih tas obatnya dan mengeluarkan minyak angin. Sambil menggosokkan dan menghirup minyak angin tersebut, pandangan Hawa tepat berada pada sebuah kalender. Tiba-tiba Ia teringat sesuatu.
Guaa... Kapan ya terakhir dapet?
Hawa beranjak ke arah kalender membolak-balikkan kertas kalender dengan kasar.
SRAKKK.. SRAKKKK..
Bunyinya seperti mau robek. Hawa melihat kali terakhir dia menandai kapan dia mengalami menstruasi. Dan tanda itu hanya tertulis pada dua bulan yang lalu. Atau lebih tepatnya pada bulan kelulusannya itu.
Hhhaaa....
Napasnya terpotong-potong. Airmatanya mengapung di kantung matanya. Perutnya semakin erat digenggamnya.
Gakk.. Gak mungkin!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Allah, dan Tanpa 'Dia' [END]
RomanceMenceritakan kisah perjalanan hijrah wanita muda yang tengah berjuang dan mengabdikan dirinya hanya demi Allah SWT. Perubahan yang terjadi setelah dirasakan olehnya hati yang ringkih diikuti dengan fisik yang merintih. Berhasilkah perjalanan Hijrah...