Bulan-bulan dengan cepat berlalu. Begitu pula perut Hawa yang semakin mengembung besar tertupi oleh baju panjangnya. Usia kandungannya telah menginjak 7 bulan.
Hawa tengah melipat-lipat baju. Disamping itu, tampak kardus-kardus berisikan baju pula. Tapi baju itu diniatkan olehnya untuk disumbangkan dan ada beberapa yang dijualnya di toko loak. Baju-bajunya yang lama. Kardus itu banyak sekali. Tampaknya Hawa akan mengosongkan seluruh bajunya. Lemarinya kosong lompong.
Hawa meraih selotip diatas meja dan mengisolasi semua kardus itu. Setelah selesai, Ia bangkit sambil memegangi perutnya yang bulat. Hawa menyusun kotak-kotak itu. Kemudian menandainya dengan spidol hitam. Tertulis disana, baju tidur, kaos, celana dan gaun. Hawa mengemas sisa baju yang ada. Hanya tampak baju gamis panjang berwarna gelap dengan kerudungnya sekaligus.
Pagi ini, Hawa menerima pesan dari Vano yang mengirimkan sesuatu ke Hawa. Siang nanti dia akan ke kantor pos untuk mengambilnya. Setelah selesai berkemas dengan baju-bajunya, Hawa pergi kebelakang untuk bersiap mandi.
Tak lama, Hawa sudah berpakaian rapi. Memakai baju gamis berwarna maroon dilengkapi dengan jilbab panjang hingga menutupi bagian belakang dan juga perutnya yang sudah kelihatan lebar. Tak seperti Hawa 9 bulan yang lalu. Yang langsing dan body goals.
Hawa meraih kaos kaki hitam yang terletak disamping pintu rumah. Lalu dia memakai sepatu dengan warna senada. Penampilan hawa sangatlah berubah. Tubuhnya dibaluti pakaian panjang syar'i. Hampir tak ada bagian tubuhnya yang telanjang. Hanya jari-jari dan wajahnya yang tanpa makeup sedikitpun. Polos bersih. Padahal dulu, Hawa rajin memoles wajahnya dengan warna-warni makeup.
Hawa menunggu didepan rumahnya. Menunggu kedatangan kendaraan dengan membawa kotak-kotak yang telah disusunnya tadi. Tiba-tiba berlalulah dua orang ibu-ibu usia 30-an.
"Liat deh. Perutnya udah makin besar. Pakaiannya syar'i. Tapi suaminya gak ada." celoteh salah satu diantaranya.
"Mungkin dulunya pernah jadi itu kali bu." sahut yang satunya.
"Yaiyalah, anak muda ya kalau gak nakal kan gak sah. Liat aja deh akibatnya."
"Eh Neng? Mana suaminya? Kok gak pernah datang." panggil salah satu ibu kepada Hawa.
"Ehh tunggu dulu. Emang pernah nikah ya?" mereka berdua terbahak menertawakan Hawa.Hawa menarik garis senyum.
"Insyaallah bu. Doakan saja ya?" tak lama datanglah angkot dihadapannya.
"Mari bu. Saya pamit. Assalamu'alaikum." Hawa menghilang dari balik pintu angkot.
"Wa'alaikumsalam." maka berlalu pula kedua ibu-ibu itu dengan muka kecut.Saat masuk kedalam angkot, Hawa bertemu seorang pria.
"Barangnya banyak juga Mbak. Kok diangkut sendiri? Malah lagi hamil. Suaminya kemana?"
"Suaminya sedang bersama Allah Mas." tanpa melirik Hawa menjawab pertanyaan pria itu.
"Oh maaf Mbak." Hawa tersenyum tipis. Tetap tak melirik kearah pria itu. Hawa sedang berusaha belajar mengalihkan pandangan terhadap lawan jenis. Mungkin pria itu berpikir bahwa yang dimaksud Hawa adalah bahwa suaminya sudah tiada.Dia sedang kutitipkan kepada Allah. Suatu saat akan kujemput dia. Begitu aku menerima restu dari-Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Allah, dan Tanpa 'Dia' [END]
RomanceMenceritakan kisah perjalanan hijrah wanita muda yang tengah berjuang dan mengabdikan dirinya hanya demi Allah SWT. Perubahan yang terjadi setelah dirasakan olehnya hati yang ringkih diikuti dengan fisik yang merintih. Berhasilkah perjalanan Hijrah...