Terimakasih

215 10 0
                                    

Didalam butik Vano melihat-lihat baju baju gamis beserta jilbabnya yang panjang. Vano memilih-milih baju.

"Hawa kan udah gak punya banyak baju. Gak apa deh gua beliin. Kan baru gajian. Belum banyak butuh juga gua." bisiknya dalam hati. Ketika Vano sibuk mencari-cari baju Vano melihat seorang wanita berpakaian hitam-hitam sedang dipasangkan sebuah cadar oleh pemilik butik. Vano tersenyum, Vano membayangkan bagaimana anggunya Hawa memakai cadar.

Setelah wanita tadi pergi Vano menghampiri  pemilik butik yang juga memakai cadar.

"Emm. Bu? Cadar yang kayak tadi itu masih ada?" tanya Vano.
"Ohh ada mas banyak." lalu pandangan ibu itu tertuju pada kalung yang muncul dari balik kerah bajunya. Kalung salib pertanda bahwa Vano adalah seorang non muslim atau nasrani.
"Untuk temennya ya Mas?" Vano tersenyum.
"Yasudah saya ambilkan pilihan warnanya. Sebentar ya Mas?" Vano hanya manggut membiarkan ibu itu pergi.

Tak lama ibu pemilik butik kembali membawa se pak bungkusan.

"Ini, silahkan dilihat. Modelnya beda-beda." Vano pun sibuk membongkar-bongkar bungkusan itu. Sedangkan ibu itu sibuk menerangkan keunggulan dari masing-masing model cadar.

Setelah selesai memilih Vano langsung ke kasir untuk membayar. Dibalik cadar, ibu pemilik butik tersenyum. Terlihat dari kerutan matanya yang tampak dari luar. Vano melihat hal itu.

"Ada apa bu?" tanya Vano.
"Saya seneng Mas. Masih ada orang-orang yang memiliki toleransi tinggi kepada kami para muslim. Saya takut isu tentang keberadaan kami mengancam persatuan seluruh umat dunia. Semoga dunia ini tidak berperang karena perbedaan. Semoga Tuhan Mas melindungi dan menyayangi Mas, seperti Mas menyayangi umat lain. Aamiin." mendengar ucapan itu Vano seketika menganga.
"Amin."
"Ini mas totalnya jadi .... Emm 200 ribu."
"Se.. Serius Bu? Ini banyak loh bu. Udah dihitung semua bu? Atau cuma jilbab sama cadarnya aja?"
"Gak kok Mas, bener semua 200. Saya kasih potongan karena kebaikan Mas. Anggaplah ini tanda terimakasih saya dan mudah mudahan menjadi amal jariyah saya selama temen Mas atau siapapun itu memakainya."
"Waahh saya jadi gak enak bu. Tapi terimakasih banyak ya bu. Saya melakukan ini tak perduli apa perbedaan saya dengan orang disekitar. Kita semua setara. Sama sama makhluk Tuhan. Dan teman saya.. Sedang berusaha untuk berhijrah. Saya senang, karena di agama saya atau bahkan di agama manapun pasti mengajarkan dan memerintahkan umat-Nya untuk mencapai suatu kebaikan."

Mendengar kalimat demi kalimat Vano, ibu pemilik butik itu menangis haru. Dan menyebar senyumnya dibalik cadar hitam itu.

"Saya pamit bu. Terimakasih atas kemurahan hatinya. Semoga butik ibu sukses selalu dan ibu selalu mendapat pahala dari setiap lembar baju yang terjual. Amin."
"Aamiin Yaa Rabb Mas. Makasih."

Vano meninggalkan butik itu dengan seringai senyumannya yang sampai menunjukkan lesung pipi itu. Dia turun menuju motornya, Vano kemudian menggantung pakaian yang dibelinya di gantungan motor. Vano kemudian merogoh koceknya dan mengetikkan sebuah pesan.

'Wa, gua punya sesuatu untuk lo. Nanti gua kirim lewat pos aja. Semoga lo suka ya?'

Bersama Allah, dan Tanpa 'Dia' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang