Vano sedang menata rambutnya didepan cermin. Setelah itu Vano mengambil jaket jeans nya dan meraih tasnya. Vano berangkat ke Kampus. Vano kuliah di salah satu universitas negri terbaik di Jakarta melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) jurusan teknik mesin. Vano sempat ragu saat namanya tertera sebagai MABA yang lulus disana.
Vano mengendarai sepeda motor. Mobil Van tuanya telah dijual untuk menambah-nambah simpanan uang kuliahnya.
"Ma? Vano berangkat ya? Dahhh?" pamit Vano ke seorang wanita paruh baya yang sedang sibuk memungut-mungut sampah dihalaman.
"Iya hati-hati. Kamu mau sekalian kerja kan? Nanti pulang dulu ya makan."
"Gak usah Ma, aku pulang kuliah jam 2. Nanti gak keburu mau kerja. Dadaah Mama." Vano menarik gas meninggalkan Mamanya yang melambaikan tangan kearahnya.Motor Vano bergilir keluar halaman rumahnya. Jalanan sudah mulai ramai. Bus dan kopaja mulai memadati jalanan Jakarta yang sempit. Motor-motor menyalip kiri kanan kendaraan besar. Tapi Vano tidak sedang terburu-buru. Jam masuk kuliahnya jam 8 dan sekarang masih 7.30. Kampus Vano pun tak terlalu jauh dari rumah.
Setelah 15 menit perjalanan Vano telah sampai dikampusnya.
"Hai Van." sapa salah seorang mahasiswi cantik bernama Salwa.
"Ohh hai Sal."
"Sarapan yuk? Gua traktir deh."
"Gak deh Sal. Gua masuk jam 8. Gua duluan ya? Bye." Vano berlalu meninggalkan Salwa sendiri.
"B.. Bye."Bisa dibilang Vano adalah bintang di kampus. Walaupun bukan dari kalangan orang atas, namun wajah Vano yang tampan mampu memikat hati para wanita yang melihatnya. Beberapa kali banyak yang mencoba mendekati Vano. Tetep saja Vano menolak dan cuek.
Hari ini Vano ada 4 kelas. Jam demi jam berlalu. Tinggal satu mata lagi setelah istirahat siang. Vano hanya memutuskan untuk duduk didalam kelas sambil memainkan ponselnya.
'Wa? Lagi apa? Sehat kan? Gua lagi kuliah, nih nunggu satu mata lagi.' Vano mengetikkan sebuah pesan kepada Hawa.
"Siapa Van? Pake tanda love segala. Doi?" tiba-tiba datang seorang lelaki dibelakang Vano. Dio.
"Bukan. Kepo banget sih lo."
"Ceilahhh. Pantes kagak mau dideketin cewe-cewe. Ada doi ternyata."
"Bukan." Dio hanya memalingkan wajah dan memenyehkan bibirnya.
"Lo gak pulang?" tanya Dio sambil mengemasi tasnya.
"Lah? Kan masih ada kelas."
"Makanya jangan sibuk sama doi. Pak Agung gak masuk kali."
"Serius. Kenapa?"
"Gak tau. Bodo amat. Yang penting pulang cepat."Vano melirik jam tangannya. Masih jam 1. Vano malas pulang kerumah karena berlawanan arah dengan tempat kerjanya.
"Gua makan di luar aja deh."
Vano beranjak bangun menuju parkiran. Vano memasangkan helm kemudian menghidupkan mesin motornya. Vano pun menjalankan motornya keluar dari kampus. Disepanjang jalan Vano melihat kiri dan kanan. Mencari tempat makan yang belum pernah dia kunjungi. Tiba-tiba pandangan Vano tertuju pada sebuah butik muslimah. Vano kemudian berhenti. Dia teringat akan Hawa.
Mampir deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Allah, dan Tanpa 'Dia' [END]
RomanceMenceritakan kisah perjalanan hijrah wanita muda yang tengah berjuang dan mengabdikan dirinya hanya demi Allah SWT. Perubahan yang terjadi setelah dirasakan olehnya hati yang ringkih diikuti dengan fisik yang merintih. Berhasilkah perjalanan Hijrah...