Kau... Hidup dalam Darahku (2)

241 7 0
                                    

Hawa pergi ke sebuah rumah sakit. Ia mengunjungi salah satu dokter disana.

Gua pasti punya penyakit lain. Gak boleh.. Gak boleh itu sampai benar-benar terjadi!!!

Setelah melaksanakan beberapa tes, hasil lab telah keluar dan Hawa dipanggil ke sebuah ruangan.

"Silahkan duduk Mbak...."
"Hawa Aisyahrani Dok." Perkataan dokter atas nama dr. Aliyah Suryana itu. Dan dokter itu memberikan senyum manis kepada Hawa.
"Jadi? Apa yang salah Dok dengan saya? Apa saya punya penyakit dalam? Atau ini magh ya Dok? Soalnya saya suka sakit kalau makan."
"Apa Mbak sudah menikah?" Pertanyaan dokter itu menimbulkan petir lokal di tubuh Hawa.
"Ma.. Maaf.. Dok??"
"Dari data yang saya terima, umur Mbak Hawa ini masih belia sekali. Apa Mbak baru lulus?"
"Saya baru lepas SMA Dok."
"Apa Mbak pernah melakukan suatu hubungan intim?"
"Sa.. Saya.. Mungkin diperkosa Dok. Saya tidak ingat bagaimana kejadiannya."
"Begini Mbak Hawa. Saya takut menyampaikan ini. Tapi Mbak bukanlah memiliki penyakit lain yang kronis atau apapun. Hasil tes semuanya normal. Kecuali..."
"Dok? Jangan-jangan saya..."
"Benar Mbak. Ada janin yang sedang berkembang didalam rahim Mbak Hawa saat ini. Dan usianya sudah masuk minggu ke 7."

Hati Hawa remuk. Hancur. Dia beku. Tak tahu bagaimana dirinya menghadapi kenyataan memalukan ini. Airmatanya kembali menggembung. Hampir pecah. Namun, berkedip pun tidak. Hawa hanya diam. Tangannya memeganggi perutnya meremasnya. Dia marah sekali. Tapi, dia tak tahu harus apa.

Gua hancur. GUA HANCUR!! GUA... GUA UDAH GAK BISA HIDUP KALAU BEGINI.

Gumamnya dalam hati. Sekitar 2 menit dia masih bertahan dalam posisi yang sama.

"Mbak? Mbak Hawa? Halo?" Dokter menyentuh pundak Hawa. Menyadarkannya dari lamunannya. Mata Hawa terkedip. Mengucurlah airmata yang sudah berdesakkan ingin keluar.

"I.. Iya dok."
"Saya sarankan, Mbak segera mencari Ayah untuk masa depan Mbak dan anak Mbak. Tolong Mbak, jangan melakukan sesuatu tindakan yang akan dibenci oleh Tuhan. Walaupun ini anak dari hubungan terlarang, setidaknya dia adalah darah daging Mbak. Jika Mbak paham maksud saya."

Aborsi.

"Terimakasih banyak Dok. Saya permisi. Sekali lagi terimakasih." Hawa merampas surat lab dan langsung pergi meninggalkan ruangan itu. Dokter itu pun tak bisa mencegah Hawa. Hawa pasti sangat terpukul.

Ayah??? Aku gak akan mau Rama jadi ayah untuk anak ini. Rama terlalu baik dan terlalu aku cinta untuk mempertanggung jawabkan hal yang tidak harus dia tanggungkan.

Hawa terkulai lemas. Lututnya serasa mati rasa. Tubuhnya terduduk di kursi rumah sakit. Airmata tumpah sejadi-jadinya. Tak bersuara. Hawa terisak sampai merasa sesak. Tangannya meraih ponsel di tas kecilnya. Menarik-narik layar. Mencari sesuatu. Didekatkannya layar ponsel ke telinganya.

"Van? Gua butuh elo. Bisa kita ketemu? Gua share location-nya. Jemput gua ya? Oke Van. See you?"

Tangannya terjatuh lemas. Membanting lututnya sendiri.

Aku terlalu takut untuk bercerita sama kamu Rama. Maaf.....

Bersama Allah, dan Tanpa 'Dia' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang