Chapter 14

43 10 0
                                    

“Fatma. Tunggu!!!” teriak Suho yang berlari di belakangku.

Aku menoleh ke belakang. Dia masih terus mengejarku, “Ayo Suho, cepetan! Kalau kita terlambat pasti nenekmu tidak aka membacakan kelanjutan ceritanya,” seruku sambil terus memacu langkahku. Hari ini kami berencana untuk mendengar kelanjutan kisah antara Edelweiss dan Dandelion.

“Iyah, tapi tunggu dulu!” perintahnya. Aku pun menurut dan menghentikan langkahku. Namun Suho masih berlari dan tidak melihat ke depan, matanya terus tertunduk. Dan ketika sudah di depanku barulah dia melihat ke arahku yang berdiri tepat satu langkah di depannya. Karena dia tidak bisa mengendalikan langkahnya, akhirnya dia malah menubrukku.

“Adduuhhhh,” pekikku dan dirinya bersamaan. Dia jatuh tepat di atasku. Aku bisa merasakan degupan jantungnya dan gerak dadanya yang naik turun memompa oksigen. Aku juga bisa mendengar kalau nafasnya sedikit tersengal, dan berhembus di telingaku. Karena memang kepalanya berada di samping kepalaku. Lama kita dalam posisi seperti itu. Entah kenapa aku tidak merasa berat walaupun tubuh Suho menindihku, dan aku malah merasa senang.

“Sorry Fat,” ucapnya. Lalu dia bangkit dari atas tubuhku. Dia membersihkan bajunya dari tanah dan debu yang menempel begitu juga celananya. Kemudian dia menatapku yang masih tetap berbaring ambil terus menatapnya. “Ayo Fat bangun!” dia mengulurkan tangan ke arahku. Aku pun meraihnya. Dengan perhatiannya dia membersihkan bajuku dari tanah dan debu dengan cara menepuk-nepuknya. Kemudian dia membersihkan bagian belakang rambutku dengan cara mengacak-acak rambutku.

Aku masih terdiam dan menikmati perhatian yang dia berikan terhadapku. Suho memang selalu begitu. Dia selalu menganggapku sebagai orang yang paling berharga. Dia selalu ada ketika aku membutuhkan. Dan dia selalu membuat hari-hariku lebih berwarna. Hal yang paling ekstreme yang pernah dia lakukan adalah ketika dia memukuli teman-temanku yang mengataiku dengan sebutan Lembek karena selain aku tidak suka olah raga. Itulah yang membuat mereka mengataiku sebagai Lembek. Tapi tidak dengan Suho. Dia selalu membelaku ketika aku terpojok. Dan dia selalu berada di sampingku. Hingga aku merasa kalau aku cinta padanya. Mungkin dulu aku belum tahu kalau itu cinta. Tapi rasa nyaman dan sayang yang amat dalam.

“Ayo kita pergi,” dia menarik tangan kiriku. Aku pun hanya bisa mengikut di belakangnya. Kita terus berlari hingga kami tiba di halaman rumahnya. Di sana sudah ada nenek yang sedang duduk sambil menyulam. Itulah kebiasaanya di siang hari.

“Nenek,” teriak kami berdua, kemudian memeluknya. Dia pun terlihat kaget, namun dia membalas pelukan kami. “Kita mau dengerin cerita selanjutnya nek,” kata Suho.

“Iya, iya. Yasudah kalian sekarang ganti baju, cuci tangan dan cuci kaki. Terus kalian naik tempat tidur! Nenek mau beresin ini dulu,” katanya sambil melipat kain sulamnya.

Kami pun berlari ke kamar mandi. Sebelumnya kami melepas sepatu kami. Kemudian kami melepas baju kami. Lalu berjalan ke kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi, kami bergantian menyiram tangan dan kaki kami. Aku menyiram air ke tangan dan kaki Suho, sementara dia akan menggosok-gosokan kakinya dan membasuh tangannya hingga bersih. Suho pun melakukan hal yang sama terhadapku. Hingga akhirnya kami selesai dan mengeringkan tangan dan kaki kami dengan handuk.

Setelah selesai. kita langsung mengenakan pakaian. Aku sudah membawa pakaianku yang kutaruh di dalam tas. Setiap hari memang aku selalu tidur siang disini dan pulang ketika Appa menjemputku. Sebenarnya app menyuruhku untuk tidur siang di rumah saja. Tapi aku tidak mau. Aku lebih suka tidur di rumah Suho. Selain aku ada teman, juga aku bisa mendengar cerita dari neneknya.

Kami pun selesai mengenakan pakaian kami dan kami langsung menaiki tempat tidur Suho, lalu menarik selimut sampai menutupi perut kami. Tak lama nenek datang. Dia membawa buku cerita yang selalu ia bacakan kepada kami. Lalu dia duduk disampingku. “Kalian sudah siap?” Tanya nenek.

Beautifull GengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang