Chapter 22

48 9 3
                                    

#Flashback

“Suho,” panggilku ke arahnya yang saat ini berjalan keluar kelas mendahuluiku. Tapi dia hanya menoleh ke belakang sebentar, kemudian dia kembali berjalan meninggalkanku. Sikapnya kali ini benar-benar aneh. “Suho, tunggu!” panggilku sekali lagi. Dia menghentikan langkahnya kemudian aku berlari kecil mengejarnya.

“Ada apa?” tanya Suho canggung begitu aku berada di depannya. Entah kenapa aku merasa sikapnya padaku belakangan ini aneh, apa karena dia sedih memikirkan neneknya yang sedang sakit? Entahlah yang jelas aku ingin sekali main ke rumahnya hari ini.

“Eh, anu. Aku mau main ke rumah kamu, boleh nggak?” tanyaku sambil menggaruk kepalaku yang padahal tidak terasa gatal. Dia terlihat kaget mendengar perkataanku barusan, dan dia malah diam saja, “Jadi, boleh gak Ho?” tanyaku pada Suhosekali lagi.

“Nggak bisa. Aku harus nemenin nenek di rumah sakit,” jawabnya singkat. Aku bisa merasakan ada nada kecanggungan pada perkataanya barusan.

“Yaudah kalau gitu aku ikut yah?” pintaku padanya, tapi dia malah mengerutkan dahinya.

“Nggak bisa. Mendingan kamu pulang aja!” perintahnya tegas kepadaku.

“Tapi ka—,” belum sempat aku selesai berbicara dia langsung pergi meninggalkanku dan berlari ke arah mobil yang menjemputnya. Aku pun haya bisa pasrah.

“Fatma,” tegur seseorang dari arah belakang sambil menarik-narik tasku. Ku tolehkan kepalaku ke belakang, ternyata itu Lia. Dia sedang menikmati es krim ditangan kirinya dan memegang marshmallow di tangan kanannya. “Ayo kita pulang bareng!” ajaknya padaku.

“Ayo,” kataku mengiyakan ajakannya. Belakangan ini memang appa menyuruhku untuk pulang bersama Lia karena memang Suho sudah tidak pernah pulang bersamaku lagi. Lagipula appa melarangku untuk berkunjung ke rumah sakit untuk menengok keadaan nenek. Dia bilang nanti aku terkena penyakit, karena di rumah sakit banyak virus apalagi kondisi fisikku yang tidak terlalu kuat. Akhirnya aku hanya bisa menuruti keinginan appa.

“Kamu sama Suho lagi marahan yah?” tanya Lia yang saat ini sedang sibuk menjilati es krim ditangan kirinya. Aku menggeleng cepat.

“Aku gak tahu Li, belakangan ini sikap Suho aneh,” jawabku padanya, dia pun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. “Oh ya, kamu udah ngerjain tugas origami buat besok?” tanyaku padanya.

Dia terlihat kaget dan terbelalak, tapi kemudian dia menyengir ke arahku, “Hehehehe, belum Fat,” jawabnya sambil tersenyum dengan bibir penuh sisa es krim cokelatnya. “Aku kan gak bisa Fat,  malahan aku pengen minta tolong kamu buatin,hehehe,” lanjutnya kembali tersenyum lebar ke arahku.

“Masalahnya, aku juga gak terlalu bisa buat karya origami,” jawabku padanya.

“Suho bisa nggak yah?” tanya Lia sekali lagi.

“Kayaknya dia bisa deh,” jawabku cepat, “Eh tapi nggak tahu juga. Coba kita tanya besok deh,” saranku, Lia pun menganggukkan kepalanya tanda kalau dia setuju. “Yaudah ayo kita pulang,” ajakku sambil menggandeng tangan Lia.

***

“Suho, aku boleh minta tolong nggak?” tanyaku pada Suho yang sedang sibuk membuat keterampilan origami. Dia terlihat sangat serius membuatnya, dan sepertinya dia memang jago dalam membuat kerajinan tersebut. Suho masih sibuk dengan kegitanannya dan tidak mendengarkanku. Aku pun mendekat ke arahnya lalu menepuk pundaknya. Dia menoleh pelan ke belakang. Ketika wajahnya melihat ke arahku aku langsung tersenyum ke arahnya, namun tiba-tiba ekspresi wajahnya langsung berubah tegang seperti orang yang melihat hantu. Matanya yang agak sipit itu terbelalak cukup lebar. Aku pun bingung dengan perubahan ekspresi wajahnya, “Kamu kenapa Ho?” tanyaku sambil memegang pundaknya karena biasanya dia tidak pernah bertingkah seperti itu padaku sebelumnya.

Beautifull GengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang