Sheet 4 : Remedial?

3.4K 603 12
                                    

Welcome to The A Class © Fukuyama12
Genre : Teenfiction, Drama, Psychology
Summary : Orang bilang Kelas A adalah kelas unggulan yang berisi anak-anak yang cerdas penuh keberuntungan, namun pada kenyataannya, kelas A hanya berisi anak-anak malang yang penuh dengan kesengsaraan, yang membutuhkan perhatian melebihi kelas lainnya.

.

Ps. : Baca dulu, baru divote d=(´▽`)=b

.
.
.

Sheet 4 : Remedial??

.
.
.

Mrs. Jane keluar tepat setelah bel berbunyi. Dalam waktu beberapa menit saja, sudah ada guru lain yang memasuki kelas. Tak hanya Sophia saja yang tak dapat melakukan hal lain, kecuali hanya menyiapkan buku pelajaran selanjutnya.

Tak ada kesempatan untuk mengobrol selain pada jam istirahat dan pulang sekolah.

Tak ada hasil yang buruk, sesuai dengan harapan guru geografi itu, sekalipun Zelts dan Argia yang tak memahami pelajaran geografi, tetapi sepertinya mereka berhasil mendapat nilai yang memuaskan.

Keduanya sudah berusaha dengan keras dan pemegang nilai terbaik tentu saja si peringkat satu, Raven Windblows dan juga Zwart Stephanotis.

Si kembar Stephanotis tampak saling beradu tatapan. Zwart tampak tersenyum senang dan memamerkan hasil tesnya pada Argia, sedangkan Argia berdecak kesal tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Setelah pembagian hasil tes, kelas dilanjutkan dengan perundingan antarsiswa. Karena tidak ada yang mendapat nilai sempurna kecuali kedua orang itu, maka siswa A Class diberi kesempatan untuk memperbaiki jawaban mereka. Hanya itu saja yang disampaikan oleh Mr. Porpoise, setelah itu pria itu pergi begitu saja.

Sophia menoleh dan memandang ke seluruh kelas. Tak ada satu siswa pun yang beranjak dari bangku mereka.

Tak ada yang saling berunding seperti yang diperintahkan oleh Mr. Porpoise. Mereka lebih memilih untuk membuka buku pelajaran, berselancar di internet, atau pergi ke perpustakaan.

Sophia menolehkan kepalanya pada Iris yang berada di belakangnya. Iris terlihat tak memilik niatan untuk bergabung dan berunding dengan Sophia.

Ia sama saja dengan siswa yang lain. Saling bekerja sendiri seakan tak ada makhluk lain di kelas ini, hal itulah yang terjadi di kelas A saat ini.

Sophia membalikkan kepalanya lagi, kali ini ia menghadap ke depan. "Waa!" Sophia berseru saat ia baru saja melihat ada seorang pemuda dengan senyuman cerah di wajahnya menatapnya dari dekat. Pemuda dengan senyum secerah matahari itu adalah Zelts.

Apa dia mau bekerja sama denganku? batin Sophia.

"Aku tidak akan berunding denganmu." Seakan dapat membaca pikiran Sophia, Zelts berkata seperti itu dengan ringannya.

"Apa kau seorang cenayang?" Sophia tanpa sadar bertanya seenaknya, tetapi Zelts hanya terkekeh dan membantah pernyataan itu.

"Semuanya tertulis dalam wajahmu. Kau seperti mengharapkan orang-orang di sini untuk bekerja sama. Tenang saja, mereka dengan senang hati tidak akan melakukan hal itu," jelas Zelts.

Sophia dibuat heran dengan sikap siswa di kelas ini.

"Apa kau pernah dengar kutipan ini?" Zelts berdehem, lalu melanjutkan, "Orang terdekatmu adalah musuh terbesarmu."

“Ah, aku pernah mendengarnya.” Sophia mengerti kutipan tak asing itu.

Tiba-tiba saja pandangan Zelts pada Sophia berubah, ia mengangkat tangannya ke mulut, lalu berbicara dengan suara pelan.

Welcome to Class ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang