Sheet 10: Bring it On!

2.3K 499 34
                                    

Welcome to The A Class © Fukuyama12
Genre : Teenfiction, drama, Psychology
Rate : T+

.
.
.

Sheet 10: Bring it On!

.


.
.

"Sive Shamrock."

Sive tersentak saat namanya dipanggil. Ia berdiri perlahan dan memperkenalkan dirinya. Matanya bergerak gelisah dengan tangan kanan yang mencengkram erat lengan kirinya. Ia hanya mengucapkan namanya saja tanpa memperkenalkan dirinya lebih lanjut.

Mr. Oliver menatap Sive yang tak membalas tatapannya. Namun, Mr. Oliver tersenyum, "Apa yang kau suka, Sive?"

Sive mengalihkan pandangannya ke tempat yang lain, "Orang tuaku?"

Mr. Oliver yakin jika Sive masih ragu dengan jawabannya, "Hal yang tidak kau sukai?"

"Mungkin orang asing," jawab Sive.

Mr. Oliver mempersilakannya untuk duduk. Sive duduk dan meraih squishy berukuran kecil dan meremas-remasnya. Sesekali ia mencium bau lavender dari benda berbentuk kue berwarna ungu. Sementara itu, Mr. Oliver masih memperhatikan pemuda itu

"Sophia Rosewood."

Sophia berdiri dengan cepat, ia seperti sudah menunggu-nunggu saat dirinya dipanggil, "Namaku Sophia, arti sebenarnya adalah kebijaksanaan atau kepintaran. Tapi, ibuku bilang sebenarnya kata itu diambil dari kata 'Sepia'. Aku suka memasak. Dan satu lagi, aku tidak suka disentuh oleh laki-laki lain selain kakakku, aku punya trauma. Jadi, aku ingin kalian berhati-hati."

"Terima kasih infonya, Princess Sofia. Kau punya nama yang hampir sama dengan salah satu kartun Disney," Mr. Oliver terkekeh, "Selanjutnya ... Zelts Crainard. Oh, apa itu artinya emas?"

Zelts berdiri dan mengangguk, "Yes, Mr. Oliver. Saat aku sedang badmood, entah kenapa aku suka sesuatu yang ekstrem. Hal yang tidak aku sukai adalah saat aku diacuhkan. Aku benci itu."

Mr. Oliver bergerak mendekati Zelts, "Aku pikir semua orang juga tidak menyukai hal itu, Zelts," Tangan Mr. Oliver bertumpu pada meja Zelts, sedangkan matanya menatap mata emas pemuda babyface itu nanap, "rasanya aku mengerti mengapa orang tuamu menamaimu seperti itu," Zelts tersenyum lebar, "Oh, kau ternyata juga punya wajah yang imut untuk ukuran laki-laki."

Kali ini Zelts tersenyum paksa. Untuk masalah wajahnya, sebenarnya ia tidak tahu harus senang atau tidak. Belum lagi fakta bahwa kulitnya juga putih dan lembut seperti perempuan, ditambah pernyataan tentang wajahnya yang selalu bersih dan tak kalah lembut. Ia sering kali diberi pertanyaan tentang perawatan kulit yang ia lakukan. Padahal ia tak pernah melakukan perawatan berlebihan, hanya membersihkannya dengan sabun wajah saja.

"Ah, ini yang terakhir. Zwart Stephanotis."

Zwart berdiri dan memperkenalkan dirinya hingga pada sesi apa yang tidak ia sukai, "Aku benci sekali pada seseorang yang mengaku membenciku."

"Apa itu artinya kau benci dengan orang yang membencimu?"

"Sebenarnya aku sedang menyindir seseorang, Mr. Oliver," jawab Zwart dengan senyum yang tak dapat terdefinisikan, terlihat seperti senyum palsu.

Mr. Oliver mengangguk dan menutup bukunya. Siswa-siswinya bebas untuk mengekspresikan apa yang ada dalam dirinya, maka dari itu ia tidak terlalu memaksakan mereka.

Mata hazel Mr. Oliver melihat arlojinya. Ada sekitar lima belas menit sebelum bel istirahat berbunyi. Ia mengeluarkan plastik yang berisi lipatan-lipatan kertas berukuran kecil.

Welcome to Class ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang