Sheet 6: There's a Wall Between Us

2.8K 569 36
                                    

Sheet 6 : There's a Wall Between Us

.
.
.
Baca dulu, baru vote dan komentar! ^^
.
.

Zelts bersenandung riang di tempat parkir sembari memasang sarung tangan kulitnya. Ia hampir saja memasang helmnya, namun matanya tertuju pada gadis berambut hitam yang berdiri di depan pintu gerbang.

Senyum mengembang di wajah Zelts. Ia cepat-cepat memakai helmnya dan menyalakan mesin motornya.

Tak lama kemudian Zelts, dengan sepeda motor itu, bergerak mendekati gadis mungil yang tampak lelah.

"Hello, sweet girl! Apa yang kau lakukan di sini?" Zelts bertanya dengan nada menggoda. Senyum jahil tercipta di wajahnya.

Gadis mungil itu tersentak dan dengan cepat menoleh ke belakang. Gelak tawa Zelts terdengar saat pemuda itu melihat wajah ketakutan dari korbannya.

Gadis itu menghela napas lega saat mengetahui Zelts lah pelakunya. "Aku kira siapa, ternyata cuma Zelts." Tawa kecil nan lembut terdengar. "Jadi? Bagaimana rasa ocehan Mrs. Suzanne?"

Zelts memasang wajah berpikir, semua yang melihatnya pasti tahu jika itu hanya dibuat-buat. "Hmm... Benar-benar hambar. Membosankan."

Gadis mungil itu, Azure, terkekeh.

"Jadi, kenapa gadis cantik sepertimu belum pulang, hm? Sebentar lagi jam 5, lho! Apa kau tidak ada les?"

Azure melihat arlojinya. "Sepertinya ada masalah dengan mobil jemputanku. Aku tidak bisa menghubungi sopirku yang lain, bateraiku habis."

Azure menghela napas pelan.

"Kelasku sudah dimulai setengah jam yang lalu."

"Kalau begitu bukannya lebih baik jika naik bus saja?" tanya Zelts.

"Inginnya sih begitu, tapi aku takut jika sopirku datang saat aku pergi."

Azure memeluk tas ranselnya erat-erat. Mata birunya yang sejernih air mulai berkaca-kaca.

"Aku harap mereka tidak menelepon ayahku."

Zelts terdiam, lalu ia tersenyum seperti menemukan sebuah ide yang bagus. "Kalau begitu aku saja yang mengantarmu. Tunggu sebentar, ya!"

Zelts memarkir sepeda motornya, ia berjalan menuju pos penjaga yang terletak tak jauh dari mereka. Pemuda itu mengetuk kaca untuk menarik perhatian satpam di sana.

"Pak, nanti kalau ada mobil yang berhenti, katakan pada sopirnya, 'Nona Azure Magnolia sudah pergi ke tempat les'. Terima kasih, Pak!"

Belum ada satupun kata yang keluar dari satpam itu, namun Zelts sudah pergi meninggalkannya begitu saja. Pemuda itu menghampiri Azure yang terus menatapnya dengan tatapan bingung. Gadis itusemakin bertambah heran saat Zelts memberikan helm cadangannya.

"Ayo, naik! Aku antar ke tempat lesmu. Tempatnya tidak jauh, kan?" tanya Zelts sembari menyodorkan helm berwarna biru dan hitam itu.

Azure tersenyum cerah hingga matanya sedikit menyipit. Ia dengan senang hati menerima helm yang disodorkan itu dan memakainya. "Thanks, Zelts."

Azure menaiki sepeda motor Zelts setelah pemuda itu menyalakan sepeda motornya. Ini pertama kali baginya menaiki sepeda motor milik teman.

Ia berharap semoga Zelts tidak terlalu cepat saat mengendarainya, ia pernah mendengar jika pemuda dengan tindik di telinganya itu adalah seorang pembalap liar.

Azure memberanikan diri membuka matanya saat ia merasakan angin menghembus pelan. Ah, ia baru sadar jika Zelts mengendarai motornya dengan kecepatan normal, namun ia tetap saja terkejut saat ia menyadari Zelts berbelok pada jalan yang salah.

Welcome to Class ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang