Sheet 36: Elementary School's

1.5K 262 34
                                    

Welcome to The A Class © Fukuyama12
Genre : Teenfiction, drama, Psychology

Rate : T+

.

.

.

Sheet 36: Elementary School's


.

.

.

Pemuda itu bergeming di depan pintu kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda itu bergeming di depan pintu kamarnya. Ia menatap pintu itu dengan keheranan dan sedikit kelegaan terpancar di wajahnya. Pintu kamarnya terkunci rapat, padahal ia yakin jika ia tidak menguncinya saat ia pergi, tetapi bukan berarti ia tidak membawa kuncinya sekarang. Ia selalu membawanya.

Ada selembar kertas yang terpajang di depan pintu. Ditulis dengan spidol hitam yang tebal dan penuh dengan huruf kapital. Sebuah larangan keras untuk tidak memasuki ruangan itu tertulis di sana. Sage menoleh ke arah koridor. Ada kertas lain dengan tulisan yang sama tertempel di pintu yang lain.

Itu salah satu pintu favoritnya dan juga ayahnya. Itu pintu perpustakaan kecil, tetapi jika masuk dan menelusurinya lebih jauh, maka ada pintu menuju studio kecil di dalamnya. Itu satu-satunya ruangan kedap suara di rumah ini.

Kunci perak itu berputar dengan mudahnya saat Sage mencoba membuka pintu kamarnya. Ia segera masuk dan menutupnya cepat, lalu menguncinya kembali sebelum tamu tak diundang menerobos masuk. Sage mengambil tas ranselnya yang berukuran cukup besar, memasukkan beberapa pakaian dan apa saja yang ia butuhkan.

Dinding kamarnya bergetar karena suara musik yang terlalu keras. Sage tidak mungkin dapat menutup matanya dengan tenang di saat seperti ini. Kepalanya sudah pusing dan tubuhnya butuh istirahat.

Jika ia masih berada di sini, maka dapat dipastikan ia hanya dapat menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang melayang jauh hingga sinar matahari memasuki jendela kamarnya.

Hanya ada satu tempat di dalam pikirannya saat ini. Bukan studio mini di sebelah kamarnya, ia ingin tidur di tempat yang tenang dan membuka matanya dengan tenang. Ia memimpikan pagi yang nyaman tanpa menemukan sampah berserakan, bekas muntahan orang lain, dan tubuh hampir telanjang yang tidak ia kenal. Hanya satu tempat yang dapat mewujudkan mimpinya.

Rumah 'teman'nya yang tenang---Kepulan asap hangat membeku karena suhu yang amat dingin itu tidak membuat pemuda bertindik mengurungkan niatnya untuk tetap berada di luar ruangan.

Padahal, ia punya rumah dan kamar dengan penghangat super nyaman. Namun, ia suka berada di sini.

***

Welcome to Class ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang