Sheet 23: Take a Deep Breath, Sophia

1.8K 324 24
                                    

Welcome to The A Class © Fukuyama12Genre : Teenfiction, drama, PsychologyRate : T+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Welcome to The A Class © Fukuyama12
Genre : Teenfiction, drama, Psychology
Rate : T+

.
.
.

Sheet 23: Take a Deep Breath, Sophia

.
.
.

"Raven, wake up!"

Hanya dengan sebuah teriakan keras dan tarikan selimut tebal itu membuat Raven membuka matanya dengan cepat. Ia memegangi kepalanya yang terasa lebih pusing daripada tadi. Cahaya matahari menerobos masuk melalui jendela besar di kamarnya.

Raven menggeram sebal. Ia yakin jika ia hanya tertidur lelap selama beberapa menit saja. Ia ingin sekali menangis dan merengek agar diberikan waktu untuk tidur selama beberapa jam saja, tentu saja ia akan melakukannya jika ia masih berumur enam tahun.

Dengan mata memerah, Raven melirik wanita yang berdiri dengan tatapan tajam. "Apa yang kau lihat? Cepat bangun dan gosok gigimu! Sarapan akan siap beberapa menit lagi. Pastikan kau ada di sana sebelum semua makanan dihidangkan!"

Raven mencoba untuk merajuk, "Let me sleep, Mom, please. Aku baru datang pukul tiga pagi tadi."

Tatapan itu semakin tajam, "Tidak ada alasan. Tidur di pagi hari hanya untuk orang bodoh saja. Itu juga kesalahanmu sendiri. Jangan biarkan dirimu tertidur sebelum pukul sebelas. Sekarang bangun dari tidurmu sebelum aku menyirammu."

Raven menggeram sesaat setelah ibunya pergi. Ia bangkit dari tidurnya sembari memegangi kepalanya. Ia segera menuju kamar mandi, mencuci mukanya dan menggosok giginya. Lalu, ia turun menuju ruang makan. Ada seluruh keluarganya di sana.

Tak ada yang spesial dari sarapan pagi itu, kecuali rasa sup jagungnya yang terasa pahit-mungkin karena lidahnya-dan ayahnya yang membahas pekerjaan kantor untuknya. Di saat kepalanya pusing seperti itu, ayahnya memberikan setumpuk hadiah berupa pekerjaan kantor. Raven hanya mengangguk tanpa mengeluh.

Raven tak dapat tidur. Ibunya akan marah lagi jika ia kembali memeluk bantal bulu angsanya, meskipun ini di waktu libur sekalipun. Tak ada yang dapat ia lakukan kecuali menemani adik laki-lakinya belajar, meskipun ia tahu jika keberadaannya tak berguna.

Mengerjakan pekerjaan kantor hanya akan membuat kepalanya semakin pusing, apalagi jika ia mengerjakan buku berisi 1800 soal yang diberikan dan dibuat langsung oleh Mr. Oliver. Pria itu dengan senyuman khasnya mengatakan bahwa mereka-siswa A Class-dapat menyelesaikannya dalam waktu empat bulan jika mengerjakan lima belas soal setiap harinya.

"Hatchii!"

"Kau tampak buruk, Raven," komentar adiknya, Aaron. Ia kembali bertanya, "kau sakit?"

Raven tak menjawab. Ia hanya mengambil posisi berbaring di atas sofa dengan memeluk salah satu bantal. Ia hanya ingin tidur, meskipun mungkin ia akan kesusahan karena hidungnya yang akan tersumbat nantinya.

Welcome to Class ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang