Taehyung pening. Bukan main peningnya.
Dua hari ditinggal cuti keadaan kantor menjadi berantakan. Ia terkena komplain editor karena membatalkan meeting. Belum lagi soal model yang akan menjadi cover majalah bulan depan mendadak tidak bisa dihubungi. Ditambah dengan redaktur yang mengubah tema rubrik QnA seenaknya.
Taehyung menghela napas panjang, sudah lelah duluan melihat tumpukan berkas di depan mata yang perlu ditandatanganinya. Padahal beberapa menit lalu sang Ibu menelpon, memberitahu bahwa ia harus pulang cepat untuk membahas soal pernikahan yang semakin dekat. Kalau pekerjaannya sebanyak ini, mana boleh ia meninggalkan meja dan pergi begitu saja.
"Bu, berkat cuti dua hari kemarin, aku harus lembur hari ini", jelas Taehyung begitu Heesun menelponnya lagi.
"Harus sekali lembur?", suara Heesun terdengar kecewa.
"Maaf, Bu. Aku sepertinya pulang larut, karena harus mengunjungi pabrik juga."
"Tae, sudah Ibu bilang kan, urusan pabrik serahkan saja pada Hoseok. Jangan memforsir tenagamu seperti ini. Sebentar lagi kau akan menikah, ingat?"
"Tapi kan tetap saja Buㅡ"
"Terserah saja. Ibu tidak akan peduli kalau kau tiba-tiba tumbang dan harus dirawat seperti dulu. Ibu tutup!"Taehyung memijat pangkal hidungnya. Pikirannya terbagi menjadi dua sekarang. Mau tak mau ia harus mengorbankan pekerjaan di pabrik dan lebih fokus di kantor. Lagipula para editor dan redaktur lebih membutuhkan perhatian darinya.
"Halo, Jung Hoseok? Bisa bertemu petang nanti?"
.
"Yeaaaayy!", Yoongi berseru girang karena percobaan mixing-nya berhasil. Setelah tiga jam berkutat di studio, satu lagupun tercipta. Ia tersenyum puas dan kembali mendengarkan lagu ciptaannya.
Tapi mendadak ia tertegun, mengingat lirik yang ditulisnya itu merupakan luapan isi hati untuk Kim Namjoon."Sial, kenapa jadi teringat lagi?", Yoongi mendengus gusar.
Kalau teringat Namjoon, secara otomatis ia terbayang wajah Seokjin yang penuh rasa sesal. Sampai sekarang Yoongi belum merespon pesan, chat, maupun telepon dari sahabatnya itu. Oh, entah sekarang mereka masih bisa dibilang sahabat lagi atau tidak. Karena- ya, Yoongi terlanjur kecewa berat dengan Seokjin.
Sebenarnya, bukan masalah jika Seokjin memendam perasaan pada Namjoon. Hanya saja Yoongi paling tidak suka dibohongi. Kalaupun Seokjin berkata jujur bahwa Namjoon mendekatinya, Yoongi bisa saja mengalah. Tapi yang disayangkan, sikap Seokjin justru terlihat seperti pengkhianat. Dan Yoongi membenci hal itu.
"Lupakan! Kau harus fokus pada Taetae, Yoon!", hibur Yoongi pada dirinya sendiri. Lalu tanpa pikir panjang mengubah lirik lagu itu, yang kali ini membayangkan wajah Taehyung saat menulisnya.
...
"Woah, Pak Boss! Ke mana saja kau?", sapa seorang pemuda dengan senyum secerah matahari di wajahnya.
"Bagaimana pabrik?", tanya Taehyung lalu mengambil duduk di sebelah pemuda itu.
"So far so good. Tidak ada masalah yang fatal kok. Sempat kami terlambat menerima bahan baku dari supplier. Selebihnya, aman", jawab Jung Hoseok, selaku manajer pabrik konveksi itu.
"Jadi selama ini sering terjadi keterlambatan? Kenapa tidak ada laporan yang masuk di mejaku?"
"Sudah kuurus, Boss. Kau tenang saja. Lagipula kita masih punya stok barang di gudang. Lumayan lah bisa untuk menutup 'hutang' pengiriman", jelas Hoseok sembari menyeruput tehnya.
"Tapi lain kali kau harus memberikan laporan padaku, Hoseok-ah."
"Ya ampun, iya iya.""Omong-omong", Taehyung menghela napas pendek, "Untuk sementara aku tidak bisa sering-sering datang ke pabrik. Urusanku di kantor redaksi terlalu memusingkan. Terlebih aku juga harus mempersiapkan pernikahanku tiga minggu lagi. Jadi akuㅡ"
"Kau sungguh akan menikah?", putus Hoseok, matanya mendelik tajam meminta penjelasan. "Oke, sebelumnya aku minta maaf karena tidak hadir di acara pertunanganmu. Tapi serius, Tae. Kau sungguh-sungguh bersedia menikahi si manis Min itu eh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me, Taetae! (Taegi) ✔
FanfictionKetika Yoongi dijodohkan dengan pria sedingin es. "Kenapa kau mau menikah denganku?" "Kau tampan, apa lagi?" It's Taegi #AU