Sepanjang Perjalanan Pulang

8K 1K 254
                                    

Rasanya seperti mimpi, sungguh di luar dugaan sekali.

Yoongi melirik ganas pria yang fokus menyetir di sampingnya. Ya, pria yang menjemput paksa dirinya agar kembali ke Seoul. Padahal Yoongi sudah sebisa mungkin menolak, bahkan sampai menangis saking enggannya kembali ke rumah calon suaminya itu. Tapi yang terjadi justru sang Mama dengan senang hati mengusirnya dari rumah, membiarkan pemuda Kim itu membawa putra kesayangan mereka.

"Kalau kau pikir aku luluh dengan kata-kata rayuan gombal bullshit dari mulutmu itu, kau salah, Bung. Aku tidak mudah termakan omong kosong asal kau tau!", tukas Yoongi marah.
Taehyung hanya membalas dengan gendikan bahu tak acuh.

Sungguh sialan.

"Aku tidak mau kembali ke Seoul! Aku mau di Daegu saja, titik!", seru Yoongi memekik telinga. Untung lama-kelamaan Taehyung terbiasa dengan suara nyaring Yoongi itu.
"Kau kan tau aku baru membangun studio musikku. Kalau aku ke Seoul, bagaimana nasib studioku?"

"Pindahkan saja ke Seoul", sahut Taehyung enteng.
"Heh, mudah sekali bicaramu!"
"Kenapa harus dibuat sulit?"
"Aish! Kau egois!"
"Aku akan mencarikan tempat untuk studiomu. Pindah saja setelah menikah."

Yoongi tersenyum miring, "Memangnya aku bilang setuju untuk menikah denganmu?"
"Setuju atau tidak setuju itu urusanmu. Yang jelas undangan sudah disebar. Gedung sudah disewa. Pendeta sudah dihubungi. Mau dibatalkan? Silakan. Yang malu juga kau sendiri."

Pemuda manis itu terperangah, "H-hah?! Bagaimana semuanya sudah sesiap itu? Ke-kenapa bisa?"
"Kau pikir siapa yang mempersiapkan semuanya kalau bukan aku?", Taehyung mendengus jengah.
"Dusta! Pasti Ibumu yang repot selama ini kan?"
"Kau tidak tau ada yang namanya wedding organizer di dunia ini ya? Ck."

Sial sekali. Yoongi merasa kalah jika harus berdebat dengan Taehyung begini.
Jika Taehyung sudah kembali ke mode normal, sisi manis dan romantisnya dua jam lalu entah menguap ke mana. Mungkin terbang bersama partikel debu di udara? Entahlah, Yoongi masih belum paham dengan pikiran seorang Kim Taehyung. Apalah arti kecupan di kening tadi kalau selanjutnya yang terjadi adalah perdebatan tak bermutu seperti ini.

Yoongi benar-benar bingung. Di satu sisi, Taehyung sangat cuek dan dingin. Sekalinya bicara sangat irit, kalau panjang sedikit malah terdengar nyelekit. Tapi di saat mendesak seperti kemarin, mendadak dia berubah menjadi super perhatian, manis dan romantis. Kata-kata yang ke luar dari mulutnya berhasil tersaring hingga menghasilkan kalimat lembut nan menenangkan.
Kalau saja Yoongi tidak bermental baja, ia sudah jatuh pingsan saking bapernya. Untungnya, Yoongi sudah kebal akan kalimat manis. Ia sudah kenyang terkena gombalan maut Namjoon dulu.

"Perlu diingat, aku masih sakit hati atas ucapanmu kemarin! Aku tidak terima diperlakukan seperti itu!", sungut Yoongi, lengkap dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
Taehyung merotasikan bola matanya, kemudian tersenyum miring.
"Perlu diingat juga, aku juga masih kesal karena kau pergi bersama lelaki lain tanpa sepengetahuanku, dan tanpa seizinku."

Lagi-lagi Yoongi mengumpat dalam hati.

"Kenapa kau harus kesal? Yang kutemui kan cuma Namjoon."
"Ya, Namjoon yang amat kau sukai lebih tepatnya", sindir Taehyung. "Kau bahkan tidak mau melaporkannya ke polisi atas tindak kekerasan yang sudah ia lakukan. Cinta sekali memangnya?"
Yoongi berdecak kesal, "Kau ini kenapa sih? Sekalinya bicara panjang malah nyinyir!"

Taehyung tidak menyahut, meski dalam hati ia juga bingung sendiri. Kenapa belakangan ini emosinya naik turun jika berhadapan dengan Yoongi. Bahkan saat Hoseok memberitahu soal Yoongi yang jalan dengan Namjoon, ia merasa kesal dan gelisah.
Omong-omong, Hoseoklah yang mengikuti Yoongi dan Namjoon ke game center atas titah Taehyung. Berkat laporan dari Hoseok itulah kemarahan tak wajar Taehyung muncul ke permukaan, hingga mengamuk bak orang kesetanan.

Marry Me, Taetae! (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang