Don't Worry

7.7K 1K 141
                                    

"Kak Namjoon, apa kau tau salah satu hal yang paling kusukai di dunia ini?"

"Hm. Apa itu?"

"Senyummu."

...

Yoongi tak berhenti menangis, meski tangan yang melingkari pinggangnya tak kunjung melepas diri. Usapan lembut di punggung seakan tak cukup menenangkan. Terlalu parah sakit yang menjalari seluruh tubuh, ia tak kuat untuk menahannya lagi.
Terlalu lama, pikir Taehyung. Hampir satu jam lamanya ia biarkan Yoongi berada dalam rengkuhan. Mengizinkan si manis membasahi kemeja dengan guyuran hujan dari pelupuk mata.

"Tae, bagaimana Yoongi?", Heesun masuk kamar inap Yoongi dengan tergopoh. Taehyung langsung beri isyarat agar sang Ibu tenang, sedang satu tangannya masih sibuk mengusap punggung sempit Yoongi.
"Nanti aku ceritakan. Biar aku tenangkan Yoongi dulu, Bu."
Mengerti akan keadaan, Heesun mengangguk kemudian duduk di samping ranjang Yoongi. Tangannya ikut terjulur untuk mengusap kepala sang calon menantu.

Kim Daejoon datang satu jam kemudian. Saat dikabari bahwa Yoongi dilarikan ke rumah sakit, ia langsung mengambil penerbangan untuk kembali ke Seoul. Kedua orang tua Yoongi datang dua puluh menit lebih cepat. Begitu sampai, Yoongi sudah tidur dan mereka segera memberondong Taehyung dengan berbagai pertanyaan.

"Kurasa motifnya adalah dendam", ucap Taehyung setelah menceritakan kejadian yang sebenarnya.
Rahang Yoonjung mengeras, "Kurang ajar! Kukira Namjoon adalah orang yang baik. Dulu aku bahkan sempat merestui hubungan mereka. Sekarang aku menyesal! Hiks! Yoonieku yang malang."
Kibum yang berada di sampingnya mengusap kepala sang istri, menenangkan.
"Sudah, sudah. Yoonie akan baik-baik saja, Sayang."
"Tapi dia akan mengalami trauma berat. Aku takut dia jadi depresi dan--"
"Yoonjung-ie", Heesun mendekat kemudian menggenggam jemarinya erat, "Kau tidak boleh berpikiran macam-macam oke? Yoongi akan segera pulih, apalagi kita semua ada untuk menemaninya. Iya kan?"
"Tenanglah, Yoongi sudah punya malaikat pelindungnya sendiri sekarang" tambah Daejoon sembari melirik Taehyung di sampingnya.
"Tae, kau harus lebih ketat menjaga Yoongi, ya?"

Taehyung hanya mengangguk kecil. Meski dalam hatinya ia tidak yakin dengan dirinya sendiri. Sekelebat memori bersama Joohyun lagi-lagi singgah seenaknya dalam kepala.

Malaikat pelindung? Hah, aku bahkan pernah gagal menjaga seseorang yang amat kucintai. Bagaimana bisa aku menjadi malaikat pelindung?

...

Setelah menjalani perawatan selama dua hari, Yoongipun diizinkan pulang. Beruntung ia tidak memiliki luka berat, dan juga rupanya Yoongi bermental baja. Dia memang trauma, tapi bisa dengan mudah tertawa riang lagi seperti sedia kala. Bahkan ia sempat menjelek-jelekkan Namjoon pada dokter dan suster yang merawatnya.

Curhat colongan, orang bilang.

"Sudah siap?", tanya Taehyung yang ditugaskan menjemput Yoongi dari rumah sakit.
"Umm!", si manis mengangguk mantap, ransel kecilnya sudah bertengger di bahu.
"Tidak ada yang tertinggal kan?"
"Uhm, ada!"
"Haish, apa lagㅡ"
"Jejak cinta kita berdua, Kak Tae. Hehehe."

Taehyung merotasikan bola matanya. Entah harus bersyukur karena Yoongi kembali ceria atau menyesal karena ke-keju-an Yoongi yang makin menjadi ini.

"Omong-omong", Yoongi membuka percakapan saat mobil mulai melaju perlahan. "Kau sungguh tidak melaporkan Namjoon ke polisi?"
Taehyung mendelik tak suka, "Berkat kau aku harus mengorbankan tanganku untuk meninjunya."
Yoongi terkekeh malu, "Ya maaf. Aku cuma tidak mau memperpanjang masalah. Lagipula diaㅡ"
"Orang yang pernah kau sukai?"

Deg!!

Yoongi tersentak. Mendadak gelagapan dan salah tingkah.
"A-anu, Kak Tae. B-bukanㅡ"
"Lupakan. Lagipula aku sudah memastikan dia tidak akan mengganggumu lagi setelah ini."

Marry Me, Taetae! (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang