prolog. | tentang energi hidup yang telah habis [edited]

1.5K 189 91
                                    




[ JEROEN ]

(shoutout to lulu, anakku, yang udah bikinin cover buat cerita ini. also sosok yang udah ngaku-ngaku sebagai istri jimin aka castnya si chakra. maafkan aku jika si jimin disini kubikin...ah, sudahlah.)



SUDAH MENJADI FAKTA yang mau nggak mau harus kita terima kalau di dunia ini nggak ada yang abadi. Setiap barang yang dijual di supermarket memiliki tanggal kadaluarsa, dan saat barang tersebut dibuang, ia akan hancur secara perlahan. Rata-rata orang Indonesia bisa hidup hingga usia mereka 65 tahun, mungkin lebih kalau mereka beruntung-eyang buyutku, kata Ibu, meninggal waktu umurnya 89 tahun gara-gara komplikasi jantung pada tahun 1979, dua tahun sebelum aku lahir.

Kematian sudah menjadi bagian yang nggak dapat dipisahkan dari hidup kita, namun entah kenapa saat seseorang yang dekat dengan kita meninggal dunia, kita lebih sering nggak percaya begitu kita pertama kali mendengarnya. Bahkan jika seseorang itu sebenarnya sudah menunjukkan tanda-tanda kalau hidupnya nggak akan lama lagi, seperti dalam kasus eyang buyutku. Ibu, yang merupakan cucu favorit almarhum, memberitahuku kalau beliau sempat menolak untuk percaya kalau eyang buyutku sudah meninggal waktu beliau menemukannya terkapar nggak bernyawa di rumah sakit. Nggak mungkin alat pendeteksi detak jantung di samping Mbah Kakung itu nunjukkin garis lurus, Ibu sempat mengutip kembali apa yang beliau katakan begitu dokter-dokter mengumumkan kematian Eyang Buyut. Pasti masih ada detak jantung di sana, biar sedikit.

Sepupuku Chakra, nggak seperti Eyang Buyut, masih berumur 18 tahun, dan dia nggak memiliki riwayat penyakit jantung. Se-enggak-nya aku belum tahu apakah kebiasannya menghabiskan hampir sebungkus rokok tiap hari sudah mulai berefek di jantungnya atau belum. Chakra sendiri sebenarnya adalah sosok yang amat menikmati hidupnya-dia aktif sebagai anggota di tim basket sekolah kami meski tingginya nggak seberapa, dan bahkan dengan segala kesibukannya itu, Chakra masih punya banyak waktu untuk keluar bareng teman-temannya yang banyak dan melakukan hal-hal gila kayak menyelundupkan tikus ke dalam tas Pak Abdullah cuma supaya kelasnya nggak jadi ulangan Kimia. Mungkin, di mata orang-orang dewasa, Chakra itu badung dan nggak bisa diatur, namun sesungguhnya dia hanyalah seorang anak yang kelebihan energi untuk hidup. Bahkan saat ia berusaha sekeras mungkin untuk menghabiskan energi itu untuk melakukan hal-hal nekat yang berpotensi membahayakan hidupnya, energi itu nggak habis-habis. Pernah sekali, Chakra hampir mati karena diserang anak sekolah lain di tengah-tengah tawuran, namun hal itu nggak terjadi.

Aku setengah berekspektasi kalau Chakra nantinya bakal hidup cukup panjang untuk menceritakan pengalaman-pengalaman liarnya ke cucu-cucunya saat ia tua nanti.

Maka, saat suatu malam aku memperoleh telepon dari seseorang yang mengabariku kalau energi hidup Chakra sudah habis, aku sama nggak percayanya dengan Ibu waktu beliau menemukan Eyang Kakung di rumah sakit dalam keadaan nggak bernyawa. Mungkin malah lebih nggak percaya lagi.

a/n; sooo tadinya ini bab satu tapi karena sangat pendek kujadikan prolog (?) i hope i'm off to a good start tho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

a/n; sooo tadinya ini bab satu tapi karena sangat pendek kujadikan prolog (?) i hope i'm off to a good start tho. dan proses gue menulis ini murni word vomit sehingga kesannya mungkin malah aneh. semoga ini nggak terlalu mengecewakan though.

anyways di mulmed ada movie poster jejadiannya ini cerita karena gue lebih niat bikin printilan cerita daripada ceritanya sendiri. hehe.

Saat Chakra Masih di SiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang