Chapter 19 - William POV

318 28 0
                                    

Seperti itukah kau saat dibelakangku william?" Aku sudah tahu itu suara siapa. Siapa lagi kalau bukan ayahku, raja jhonson. Aku hanya menghembuskan nafas kasar meladeni 2 pria didepanku ini yang umurnya bisa dibilang sama, jika saja ada bina saat ini mungkin aku akan sangat bahagia tapi aku harus melupakannya supaya dia tenang disana. Edgar pernah bilang padaku untuk mencari pengganti, apa mencari pengganti? Untuk melupakan bina saja susahnya minta ampun apa lagi mencari pengganti, yang tidak akan sama dengan dirinya.

****
Hari ini aku kembali ke istana lian dengan sejuta harapan kalau aku boleh masuk dan melihat wajah istriku yang cantik, kalian pasti bertanya kenapa aku katakan cantik karena jasadnya diawetkan oleh lian untukku.

"Anda masih tidak bisa masuk tuan." Ucap penjaga itu, sebetulnya aku bisa saja masuk tanpa sepengetahuannya tapi niat itu aku urungkan.

"Kenapa, apakah ritual itu belum selesai? Aku sudah tidak kesini selama satu minggu tidak mungkin ada ritual yang diadakan selama itu." Ucapku kesal lalu mengeratkan rahangku dan melototi penjaga tersebut dengan tajam.

"Kami tidak tahu tuan, kami hanya-" Belum selesai ucapan penjaga itu, aku sudah pergi meninggalkannya. Heran juga dengan istana lian itu, padahalkan aku suaminya bina kenapa tidak diizinkan masuk, dasar aneh.
.
.
.
Aku memasuki istanaku sendiri dengan langkah gontai, tak selera makan, tak bisa tidur, dan tak bisa melihat istriku sendiri. Lengkap sudah penderitaanku selama ini.

"Masuklah." Titahku saat diluar terdengar ketukan pintu.

"Permisi tuan, ada tamu yang ingin menemui anda." Pengawal tersebut masuk lalu memberi hormat padaku.

"Iya." Ucapku, setelah itu pengawal tadi pergi meninggalkanku. Lalu aku keluar untuk melihat siapa tamu yang ingin menemuiku.

"Ayah dan Ibu mertua." Ucapku saat mendapati kedua oarng tua bina yang duduk diruang tamu dengan ditemani Edgar.

"Ada perlu apa kalian kemari?" Ucapku lagi sambil mendaratkan pantatku disalah satu kursi.

"Kami datang kemari sebenarnya ingin mengatakan kalau bin-" Ucapan ayah mertuaku terpotong karena dari luar terdengar teriakan pengawal yang tadi masuk kekamarku.

"Kaum bangsa iblis berada diperbatasan tuan, mereka ingin agar rajanya segera dibangkitkan kembali." Ucap pengawal itu dengan nafas yang masih tersengal-sengal.

"Maaf Ayah, Ibu. Aku harus meninggalkan kalian untuk urusan keluarga." Ucapku berpamitan lalu meninggalkan mereka yag masih berada diruang tamu. Mereka hanya menatapku dengan tatapan sendu seakan kecewa atas kepergianku, sebenarnya aku juga penasaran apa yang ingin mereka bicarakan tapi iblis sialan itu harus ditangani terlebih dahulu.
.
.
.
Hari kembali menjelang malam, tapi aku masih saja sibuk dengan puluhan lembar kertas yang harus aku tanda tangani. Jika tidak maka rekan kerjaku akan mengomel dan melepas kontrak kerjanya. Selama Bina tidak ada aku hanya berada di ruang kerja dan tak pergi kemana-mana selain untuk urusan kerajaan.

"Sayang bangun, kenapa kamu tidur disini." Ucap seseorang padaku dari balik pintu, aku tidak bisa melihat wajahnya tapi aku sangat kenal dengan suaranya, seperti suara Bina. Kulihat dia berjalan mendekat kearahku, benar dia adalah istriku Bina.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku, dia menyernyit dahi dan menatapku bingung.

"Apakah aku salah jika berada diruangan kerja suamiku sendiri." Ucapnya padaku, aku sempat terkejut atas perkataannya itu lalu tertunduk untuk sekedar berpikir, apa yang sebenarnya terjadi.

"Tapi bukannya kau sudah mat-" Ucapanku terpotong karena dia mendongakkan kepalaku untuk menghadap kepadanya dan dia langsung memagut bibirku dengat brutal seakan-akan seperti harimau yang sedang kelaparan. Saat aku ingin menarik tengkuknya untuk memperdalam ciumanku, aku langsung terbangun dari tidurku.

"Sial." Umpatku sambil memukul meja yang berada didepanku sampai menimbulkan bunyi yang cukup nyaring.

"Ada apa tuan." Ucap Edgar, mungkin dirinya mendengar bunyi tadi dan langsung masuk kesini.

"Tidak ada apa-apa." Kataku, aku memalingkan wajah kearah jendela yang saat itu menampilkan bulan purnama berwarna merah. Edgar juga melihat kearah yang sama.

"Sudah waktunya." Ucapku lagi sambil berdiri dan melangkah pergi. Maksud dari perkataanku tadi itu adalah saat bulan Purnama Merah datang maka aku akan pergi ke hutan untuk mencari makhluk untuk dihisap darahnya karena pada saat ini insting Vampireku lebih meningkat. Aku berlari dengan cepat kearah hutan untuk menemukan mangsa yang akan menjadi korbanku.

****
Sudah puluhan makhluk yang telah menjadi korbanku tapi aku masih saja belum puas dan terus masuk kedalam hutan untuk mencari mangsa lagi. Saat masuk kedalam hutan aku melihat ada seseorang yang tengah berdiri membelakangiku, dia seorang perempuan. Aku sengaja mengendap-endap supaya tidak ketahuan, tapi sialnya aku malah menginjak ranting pohon yang kering. Seketika itu dirinya berbalik kearahku, aku sangat terkejut melihat wajahnya dia mirip Bina dan bisa dikatakan dia adalah Bina tapi rambut yang hitam, taring dan kulit pucatnya membuat aku tak mengenalinya. Sepertinya aku sudah menganggu makan malamnya terlihat kalau ditangannya juga ada seseorang yang sudah MATI, aku mendekat kearahnya untuk memastikan apa itu Bina atau lain.

"Bina!??" Dia hanya menatap saat aku menyebut nama itu dan tak lama dia berlari masuk kedalam hutan. Tak salah lagi itu adalah Bina, tidak mungkin aku tidak mengenali istriku sendiri. Aku harus menanyakan hal ini kepada orang tua Bina dan Lian, pasti mereka menyembunyikan sesuatu.

Ketemu lagi sama kalian yang setia nungguin cerita author yang abal-abal ini:v Chapter ini sangat gaje dan gk nyambung, bener gk? Tapi semoga aja kalian suka.
Typo sana-sini.

Shinta wahyuni
Terima kasih😍😍😍

Special OFFSPRING (TAMAT✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang