Enam

782 27 3
                                    

Tania's pov

Setelah beberapa hari David disibukkan dengan tugas-tugasnya yang nenumpuk, sekarang Davis sudah kembali lagi sering bermain bersama aku dan Ria. Seperti biasa aku, David, dan Ria makan bersama di cafe dekat kampus. Tepat disaat Ria pamit izin ke toilet David memasang wajah serius didepanku. Aku yakin pasti David ingin membicarakan tentang aku yang dikerjai atau dibully tepatnya.

"Nia, kenapa kamu gak cerita sama aku soal loker itu?" tanya David. Tuh benar kan David pasti membicarakan soal itu.

"apakah penting?" bukannya menjawab pertanyaannya aku malah balik bertanya

"ya.. tentu saja penting! kau kan.... sahabatku.. iya kau kan sahabatku.." aku sedikit bingung dengannya saat menyebutkan aku adalah sahabatnya, tapi aku tak terlalu memikirkannya. Ah jadi David hanya menganggapku sahabatnya. Tunggu tunggu... memangnya kenapa kalau David hanya menganggapku sahabatnya? gak papakan? entahlah. Ada yang aneh pada diriku.

"sudahlah yang penring aku gak kenapa-kenapa Dav" ujarku padanya.

"aku mohon Nia, kalau ada sesuatu padamu cerita padaku. Atau Ria." katanya seraya menggenggam tanganku. Disaat yang bersamaan Ria kembali dari toilet. Aku refleks melepaskan tangan David.

Ria's pov

"aku mohon Nia, kalau ada sesuatu padamu cerita padaku. Atau Ria." kata David pada Tania seraya menggenggam tangan Tania. Aku terdiam di tempat saat melihat kejadian itu. Entah mengapa hatiku sakit melihat kejadian itu. Aku dikembalikan ke dunia nyata oleh David. Ia memanggilku untuk duduk.

"kau juga Ria. Kalau terjadi sesuatu kepadamu katakan padaku atau Nia. Okay?" kata david padaku. Ia juga menggenggam tanganku tapi tak selama ia menggenggam tangan Tania. Aku merasa sangat kecewa saat menyadari David secara tak langsung membedakan tingkah lakunya kepada kami. Ada apa dengan David mengapa dia berubah? dulu aku yang selalu dia perhatikan, yang selalu dia sayangi, yang selalu dia lindungi. Tak mengapa bagiku jika David memperhatikan, menyayangi, dan melindungi Tania juga. Tapi aku tak mau David membedakan bagaimana cara dia berinteraksi kepada kami. Aku tak mau dia lebih memperhatikan, menyayangi, dan melindungi aku atau sebaliknya. Aku mau kami berdua diperlakukan dengan sama, dengan adil. Kenapa David berubah? tak terasa air mataku menggenang di kedua mataku. Sebelum air mataku jatuh aku buru-buru pamit dan pulang tanpa menunggu balasan dari mereka. Aku tahu mereka mengejarku. Aku dapat merasakan itu. Aku tau David memanggil-manggil namaku. Aku ingin sekali berhenti dan berlari balik kearahnya. Namun aku tak sanggup. Air mataku sudah tak terbendung lagi dan entah bagaimana David sudah menarik tanganku sehingga aku jatuh kepelukannya karena tak bertenaga.

"ada apa?" aku hanya menggeleng menjawabnya.

"Ria! please... tell me whats wrong?" tanyanya lagi. Aku dapat merasakan kekhawatirannya. Lagi-lagi aku hanya menggelengkan kepalaku.

"please Ria... tell me" katanya dengan nada lemah

"ak--aku... aku sangat merindukan kedua orang tuaku.. makanya aku menangis" jawabku dengan suara bergetar. Aku bohong padanya. Maafkan aku David aku belum bisa jujur sama kamu.

"just it?" aku mengangguk menjawab pertanyaannya.

"Really?" tanyanya lagi dan aku mengangguk lagi.

"kamu gak bohongkan Ria?" tanyanya dengan curiga dan aku menggeleng untuk menjawab pertanyaannya.

"aku gak percaya. Tatap aku dan bilang sekali lagi karena apa kamu nangis kayak gini. I know you Ria! Look at me please... and tell me the truth..." ahh bodohnya aku David pasti tau aku berbohong. Aku harus mencari alasan lain.

"ak--aku... baiklah... aku.. aku merasa tak berguna bagi Tania... disaat dia dibully I can't do anything for her.. I...I'm affraid... aku takut Dav... aku takut terjadi sesuatu yang lebih parah terjadi pada Tania... dan.. dan aku juga taku hal itu terjadi juga padaku.." kataku sambil menatap matanya. Aku yakin kali ini David pasti percaya padaku.

"everything will be alright Ria. No one can hurt you! or Tania. I promise." see? David pasti percaya. David memeluk lagi sebentar dan melepaskan pelukannya dan ada orang lain yang gantian memelukku sekarang.

"jangan menangis lagi Ria. Jangan pernah berfikir kau tak berguna bagiku. Kau selalu ada saat aku membutuhkanmu. Itu sudah amat sangat membantuku Ria.. thanks, you always be there for me" kata Tania. ya, dia yang memelukku sekarang dan aku dapat merasakan bahwa dia juga menangis.

Senang, sedih, dan menyesal menghampiriku bersamaan. 'maafkan aku Tania. Aku tak membencimu, aku hanya tak suka David lebih mementingkan kamu daripada aku. Terima kasih karena telah menyayangiku sebagai sahabtmu dan maafkan lah aku untuk apa yang akan terjadi selanjutnya kepadamu.' gumamku dalam hati.

Apakah maksud dari isi hati Ria? Apa yang akan ternadi selanjutnya? Akankah David mengungkapkan perasaannya kepada Tania? Apakah tania juga memiliki perasaan yang sama kepada David? baca terus cerita ini jika anda penasaran.

Hahahaha... temen gue ada yang bilang kalo cuap cuap gue disini udah kayak pembawa acara yang bakal nutup acaranya wkwk. oke sekian deh ya cuap cuap gue semoga kalian ga bosen;*

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang