Delapan

609 28 2
                                    

David's pov

Sungguh aku merasa benar-benar jahat terhadap Ria. Aku meninggalkannya di tengah jalan hanya untuk kembali ke cafe dan mengantarkan Tania pulang.

-flashback-
Aku memberhentikan motorku di dekat pom bensin yang letaknya berada di tengah-tengah antara cafe biasa aku, Ria, dan Tania menghabiskan waktu dengan rumah Ria.

"kenapa berhenti Dav?" tanya Ria

"Ria apa kau keberatan jika turun di sini?" tanyaku pada Ria. "aku.. bukuku tertinggal di cafe tadi." tambahku lagi. Maaf aku membohongimu Ria.

"oh, yasudah tak apa." Ria pun turun dari motorku dan memberikan senyum manisnya kepadaku. "hati-hati di jalan ya Dav" tambahnya lagi. Oh astaga aku benar-benar merasa jahat karena telah menurunkan dan membohongi gadis berhati malaikat seprti Ria ini. Maafkan aku Ria.

"Maafkan aku Ria. Kau yang harus hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa telfon aku oke?" dia menjawabnya dengan anggukan dan tentu saja senyumnya yang manis. Aku pun meninggalkannya sendirian...

-flashback off-

Dan rasanya aku kena karma gara-gara kejadian itu. Ban motorku bocor sebelum sampai ke tempat tujuan. Harusnya aku tidak meninggalkan Ria sendirian di tengah jalan dan membohonginya hanya demi seorang gadis yang belum lama aku kenal. Tania.

Ria's pov

Ada apa ini? kenapa David terlihat uring-uringan seperti itu?

"Hei dav, bisa kah kau berhenti mundar-mandir seperti itu? aku pusing melihatmu." kataku dan dia pun diam dan duduk di hadapanku. Tapi tidak lama. Hanya beberapa detik dan David sudah kembali tidak bisa diam.

"Ada apa dav?" tanyaku padanya

"kau tau Tania dimana?" bukannya menjawab David malah balik bertanya.

"tidak. Memangnya dia kemana?" tanyaku

"kalau aku tahu, aku tidak bertanya padamu Ria" katanya gemas

"aneh sekali. Bukan kah Tania tidak pernah absen? Apa kau sudah mencoba menelfon Tania?" tanyaku tak sabar

"ya, dia tak pernah absen. Dan ya, aku sudah mencoba menelfonnya. Tapi, hp nya tak aktif." katanya

"ada apa ini Dav? Perasaanku jadi tak enak. Aku takut terjadi apa-apa padanya. Kita harus mencarinya Dav..." aku panik. Aku takut. Suaraku bergetar dan aku tak sadar telah menangis.

"sssshh... sudah kau tenang ya. Jangan menangis. Aku akan mencarinya. Tapi, nanti setelah aku mengantarkan kamu sampai di rumah. Aku takut kau juga akan menghilang." Katanya seraya menghapus cairan bening yang keluar dari mataku. Aku hanya bisa mengangguk.

Tuhan... Aku sungguh takut...

Semoga masih ada yang mau membaca cerita ini:') tolong ya kawan, saya butuh komentar kalian tentang cerita ini:) kalo bisa di vote juga hehe:3 Terima kasih bagi yang sudah mau membaca cerita ini:')

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang