Empatbelas

581 16 1
                                    

Tania's pov

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya yang ada. Aku mendapatkan diriku sudah berada di tempat pertama kali aku dibawa oleh dia.

"Bukankah aku sudah cukup baik kepadamu belakangan ini?" tanyanya. Aku hanya diam tak menjawab. Ia mendekat dan mencengkram pipiku dengan satu tangan sehingga membuatku menatapnya.

"Kenapa tidak menjawabku? Kau bisu?" teriaknya di depan wajahku

"Kau tau? Senadainya kau berhasil kabur aku sama sekali tidak rugi. Laki-laki itu sudah tak mencintaimu lagi! Jika kau menceritakan semua kejadian yang telah kau alami pun laki-laki itu tak akan percaya padamu!" katanya seraya menyentakan cemgkramannya dengan kuat sehingga membuat leherku sakit.

"Apa maksudmu Leonie Karia?" kataku menatapnya bingung

"Kau tak perlu mengerti maksudku Tania. Besok aku punya kejutan untukmu"

"Kejutan apa lagi Ria? Aku sudah lelah dengan semua yang terjadi. Aku ingin pulang"

"Lihat saja besok. Sudahlah, sampai ketemu besok ya Tania."

Ya Tuhan, semoga tak ada lagi penyiksaan dihari esok

Keesokan harinya

David's pov

"Kau sudah siap kan Dav?" tanya Ria dengan riang.

"Yup" jawabku singkat. Apa aku sudah memberitahu kalian kalau hari ini aku dan Ria akan bertemu dengan Nia? Ya, hari ini aku dan Nia akan bertemu dengan Nia. Kami sedang dalam perjalanan menuju villa Ria yang jauh dari kota. Ria bilang bahwa tangan kanannya, William, menemukan Nia di pinggir jalan dengan keadaan yang menyedihkan. Lalu, Ria menyuruh William mengamankan Nia ke Villanya.

"Kita sudah sampai Nona, Tuan." kata William

"Terima kasih, Will" kata Ria yang dibalas dengan anggukan oleh Will

Aku dan Ria pun berjalan memasuku Villa milik Ria. Setelah kurang lebih 2 menit berjalan dari pintu masuk kami sampai di depan pintu besar yang sepertinya adalah kamar dimana di dalamnya terdapat Nia. Ria membuka pintu itu perlahan. Setelah Ria berhasil membuka pintu itu sepenuhnya, Ria dan aku dapat melihat seorang gadis yang tubuhnya dipenuhi luka. Dapat kulihat Ria meneteskan air matanya saat melihat gadis tersebut yang tidak lain adalah Nia.

"Nia! Astaga.... Apa kau baik-baik saja? Siapa yang tega melakukan ini kepadamu Nia? Hiks..." tanya Ria dengan air mata yang membanjiri wajahnya. Tania memandangi Ria dengan bingung dan terkejut begitu matanya menatapku.

"Hai, Nia! Are you okay? Siapa yang melakukan ini kepadamu?" tanyaku yang sekarang sudah berada disampingnya.

"Dav!!!" pekiknya seraya menghambur kepelukanku. Aku sedikit terkejut dengan tingkahnya. Nia menangis tersedu di dalam pelukanku.

"Kau sangat merindukan David ya Nia? Apa kau tidak merindukan aku?" tanya Ria dengan pandangan kecewa. Aku pun berusaha melepaskan pelukan Nia. Namun, Nia tetap memeluku dengan erat. Aku hanya dapat pasrag dengan keadaan ini dan aku hanya bisa memandang Ria dengan tatapan meminta maaf. Ria pun membalas tatapanku dengan senyum lembut.

"Sebaiknya malam ini kita tidur di villa ini dulu, besok baru pulang karena hari sudah semakin sore" kata Ria

"Ya, boleh juga" kataku

"Tidak! Aku ingin pulang Dav! Aku ingin pulang!" tiba-tiba Nia bersuara tak tenang

"Nia.... Tapi kami lelah, karena kami baru sampai di villa ini. Lagi pula hari sebentar lagi malam lebih baik kita pulang besok, oke?" kataku menenangkannya.

"Oke" katanya dengan suara pelan

"Baiklah, bagaimana kita mandi dulu lalu makan malam bersama?" usul Ria

"Oke" jawabku.

"Nia, bisakah kau lepaskan aku dulu? Aku ini mandi" kataku seraya melepaskan tangannya yang masih memelukku. Dengan perjuangan membujuknya akhirnya Nia mau melepas pelukannya.

Dimalam ini, kami -aku, Ria, dan Nia- menghabiskan waktu bersama. Tapi, aku merasa ada yang aneh dengan Nia. Nia terlihat lebih banyak diam malam ini. Dan dari tadi, aku melihat gelagat Nia yang sepertinya sangat ingin mengungkapkan sesuatu kepadaku.

Waktu tidur pun sudah datang. Ria, aku dan Nia memasuki kamar masing-masing. Setelah kurasa Ria sudah tertidur, aku keluar dari kamarku menuju kamar Nia.

"Psstt... Nia" panggilku

"David?! Ayo masuk cepat" serunya seraya menarikku masuk

"Ada yang ingin kau katakan kepadaku?" tanyaku saat sudah berada di dalam kamarnya

"Kita harus pergi dari sini sekarang David!" katanya

"Sekarang? Ini sudah sangat larut Nia!" kataku

"Orang yang menyiksaku berkeliaran di sekitar sini David! Kita harus bergegas!"

"Kalau begitu aku harus membangunkan Ria dulu"

"Tidak! Hanya kita berdua yang akan pulang malam ini!"

"Loh? Kenapa? Bagaimana kalau nanti Ria yang akan disiksa?"

"Ria tak akan mungkin disiksa!"

"Kenapa tak mungkin? Kan Ria yang menolobgmu, jadi sangat mungkin jika penculikmu itu akan menyiksa Ria nantinya."

"Pokoknya Ria tidak mungkin disiksa!!!"

"Kenapa kau sangat yakin, Nia?"

"KARENA RIA YANG MENCULIK DAN MENYIKSAKU DAVID!!!"


Akhirnya bisa di post:') maaf ya kalian udah nungguin lama... Makasih yang udah sabar menanti cerita ini:')

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang