Sebelas

642 19 4
                                    

Ria's pov

Lagi-lagi aku menemukan David dengan keadaan yang seperti ini. Duduk seorang diri di pojok cafe yang sepi dengan pandangan yang kosong. Sebegitu sedih kah dia? Aku pun melangkahkan kakiku ketempat dimana dia berada.

"David...." panggilku. Dia diam.

"David...." panggilku lagi seraya menyentuh bahunya. Tetap sama. David tidak meresponku.

"David.... Kumohon jangan seperti ini.. Aku sakit melihatmu seperti ini Dav.. Jangan seperti ini kumohon..." kataku seraya mengguncang tubuhnya. Dia pun akhirnya terbangun dari ketidaksadarannya.

"Astaga Ria... Maaf.. Maaf kan aku... Aku hanya... Aku hanya lelah.." katanya seraya menghapus air mataku (yang tidak aku sadari telah mengalir) dengan ibu jarinya.

"Kau masih mencari Nia?" tanyaku

"Ya. Masih." jawabnya

"Kufikir sudah saatnya kau lupakan Nia sejanak, Dav." kataku pada akhirnya

"Apa maksudmu? Tidak mungkin aku melupakannya dan hidup dengan bahagia. Dia juga sahabatmu Ria! Tidakkah kau merasa kehilangan? Tidakkah kau merasa sedih?" katanya dengan muka merah menahan amarah kepadaku. Aku sakit melihatnya berlaku seperti ini kepadaku. Baru kali ini David seperti ini padaku.

"Kau fikir hanya kau yang merasa kehilangan, Dav? Kau fikir hanya kau yang merasa sedih, Dav? Kau tidak tau dan tidak akan pernah tau apa yang aku rasakan!" aku berteriak kepadanya. Aku tau dia kaget. Aku sendiri juga kaget. Selama ini aku tak pernah berteriak marah kepadanya. Kulihat Dav ingin berbicara sesuatu, namun tak jadi.

"Aku tau kau kacau dengan apa yang terjadi dengan Nia. Aku juga sama Dav! Tapi jika kau terus terpuruk seperti ini, bagaimana bisa kita menemukan Nia dengan cepat?! Sudah satu bulan ini kita mencarinya dan tidak menemukannya. Tidakkah kau berfikir bahwa Nia bukan menghilang karena diculik?"

"Apa maksudmu?" tanya David

"David, aku dan kau, telah membayar detektif profesional untuk melacak keberadaan Nia. Sangat tidak mungkin jika Nia tak ditemukan dalam jangka waktu 1 bulan. Tidakkah kau berfikir kalau Nia memang sedang ingin sendiri?" kataku

"Tapi untuk apa?" tanyanya lagi

"Mana aku tau David!" kataku gemas. "Tapi aku yakin Nia memiliki satu alasan yang kuat untuk melakukan itu" tambahku

"Menurutmu seperti itu?" tanyanya lagi

"Dav, kau tau aku pernah seperti itu." kataku. Ya dulu aku pernah dalam keadaan sulit, dan aku menghilang selama satu bulan tanpa mengabari David.

"Iya juga ya... Jadi menurutmu kita harus bagaimana?" tanya David, sekarang dia tidak terlalu sedih lagi.

"Memberikan waktu beberapa bulan bagaimana?" tanyaku

"Tidakkah itu sangat lama? Maksudku, jika seseorang memerlukan waktu untuk sendiri tidak mungkin sangat lama kan?" tanyanya

"Tergantung. Tergantung sberapa besar masalah yang dihadapi orang tersebut." jawabku.

"Benar juga. Tapi kita harus sepakati berapa bulan lamanya. Dan jika sampai bulan yang kita sepakati lewat maka kita harus segera mencarinya. Bagaimana?" tanyanya

"Aku setuju. Bagaimana kalau 3 bulan?" tanyaku

"Apa kau gila? Itu lama sekali Ria." katanya

"Maaf, Dav. Aku hanya bertanya tidak salah bukan?"

"Yayaya... Bagaimana kalau 1 bulan?"

"Hemmm baiklah 1 bulan. Hhh... Semoga saja Nia tidak kenapa-kenapa."

"Oke deal! Ya semoga saja."

David's pov

Aku merenung di kamarku. Merenungi apa yg tadi terjadi di cafe. Aku kelepasan membentak Ria. Dan apa yang Ria sampaikan tadi ada benarnya juga. Dulu Ria juga sempat menghilang kurang lebih selama 1 bulan. Dan itu membuat ku benar-benar gila. Aku sudah menggerakan tangan kanan kepercayaanku untuk mencari Ria, tapi hasilnya sama. Tak dapat dilacak dimana keberadaan Ria. Namun beberapa minggu setelah pelacakan Ria kembali, namun tak pernah memberitahuku mengapa ia menghilang. Dan sekarang aku hanya bisa berdoa semoga Nia juga seperti Ria yang akan kembali lagi.

Keesokan harinya

Aku sudah kembali (hampir) seperti semula. Aku kembali ceria walau tak seceria dulu saat bersama Nia. Ria membantuku kembali tersenyum. Ria selalu ada di sisiku. Sepertinya aku baru menyadari, kalau Ria selalu ada untukku. Ria tak pernah meninggalkanku dalam keadaan yang sulit. Mengapa aku sebodoh ini sampai tak menyadarinya?

Setiap hari aku selalu bersama dengan Ria. Dia terlihat cute setiap harinya. Hey, lagi-lagi aku baru tersadar sekarang? Dan.... Ada apa dengan jantungku? Mengapa berdetak sangat cepat? Mungkinkah aku jatuh cinta kepadanya? Aku memukul kepalaku sendiri. Ini bukan jatuh cinta namun jatuh cinta lagi kepadanya. Dulu aku mencintai Ria namun entah mengapa saat kehadiran Nia aku melupakan perasaan itu.

Hari ini aku janjian dengan Ria pergi ke cafe tempat biasa saat kami tak memiliki kelas lagi. Setibanya aku di cafe itu, aku melihat Ria sedang berbincang di telepon. Aku berniat untuk duduk saja di depannya. Saat jarak aku dan Ria semakin dekat aku mendengar Ria berbicara "aku tak mau tau! Kau harus menemukannya! Kalau sampa tak ketemu, kalian akan habis ditanganku!" sesudah itu Ria menutup teleponnya.

"Maksudmu apa Ria? Dan siapa yang tadi berbicara denganmu?" tanyaku penasaran. Ria terlihat kaget melihatku namun hanya beberapa saat.

"Tadi aku menghubungi tangan kananku. Duduklah Dave.." katanya sambil tersenyum lembut

"Untuk apa?" tanyaku

"Sebenarnya, aku tak ingin kau mengetahu ini. Hhh... Aku menghubungi tangan kananku untuk tetap mencari Nia." katanya

"Bukankah kita sepakat akan mencarinya setelah 1 bula Nia tak muncul?" tanyaku lagi.

"Aku tau Dav. Tapi aku tak bisa."

"Tapi kau yang mengusulkan."

"Ya aku tau. Itu karena aku tak mau melihatmu selalu murung Dav. Makanya aku mengusulkan itu. Namun tidak mungkin aku lepas pengintaian begitu saja. Selama kau bersantai aku tetap menyuruh tangan kananku mencarinya." lihat. Bahkan Ria merencanakan seperti itu. Kufikir dia tidak memperdulikan hilangnya Nia. Ternyata aku salah. Ria hanya tak ingin melihatku terpuruk. Ria hanya ingin membuatku relax tidak memikirkan hilangnya Nia, namun Ria tetap mencari tau keberadaan Nia. Sungguh wanita yang sangat baik.

"Baiklah mari bersantai dulu sejenak." kataku sambil tersenyum kepadanya, Ria pun membalas senyumanku dengan sangat manis.


Hohoho.... Akhirnya saya bisa posting maaf kalau banya typo atau salah penulisan dalam kata-kata makasih ya untuk kalian yang udah mau baca, vote, dan komen cerita ini

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang