Since Ian keknya berat banget sedangkan aku butuh yang ringan dan bikin seneng hati, kita lanjut di Om Liam dan Dedek Chelsea aja ya.
Happy Reading 💜
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Pagi yang biasanya tenang, kini harus diwarnai dengan perdebatan yang tidak berarti dan sikap lancang dari seorang wanita muda yang cukup membuat Liam emosi sekaligus sakit kepala disaat yang bersamaan. Berkata dalam suara tegas dan lantang, Chelsea berdebat dengannya seolah Liam sudah melanggar batas teritori kehidupannya walau hanya urusan kecil seperti itu.
Apakah memang harus membela diri sampai sesengit itu? pikir Liam tidak habis pikir. Apa yang dilakukan Chelsea membuatnya teringat pada seorang anak muda yang sempat bersitegang dengannya. Namanya Nick.
Mendapati seorang juru masak profesional sebagai istrinya, justru menjadi masalah bagi Liam. Karena Liam tidak mendapatkan sesuatu yang mengecewakan dalam diri Chelsea, juga tidak ingin hidupnya kacau dengan adanya kehadiran seorang wanita dalam hidupnya, yang nantinya merasa punya hak atas dirinya dengan dalih sebuah status.
Meski demikian, Liam perlu mengakui jika hasil tangan Chelsea dalam mengolah makanan begitu luar biasa sehingga bisa menikmati omelette dan pancake ternikmat yang pernah dirasakannya. Juga sedikit merasa senang jika wanita itu memiliki inisiatif dalam membuat sarapan sampai membuat lebih untuk staff pekerjanya.
Sialnya, Liam harus mengakui jika pilihan ayahnya tidak salah. Sama sekali tidak salah dan begitu jeli, pikir Liam lagi.
"Lebih baik kamu taruh aja makanannya kalau nggak minat buat makan. Berisik!" tegur Liam saat mendengar Chelsea seperti sengaja memotong dan menusuk makanannya dengan kencang.
Seperti menantangnya, Chelsea justru semakin menusukkan garpunya sambil menatap Liam sinis. "Masih laper!"
Menghela napas, Liam mencoba menahan diri untuk tidak meluapkan emosi karena dirinya tahu jika wanita muda itu sedang mencari masalah. Hal mengejutkan terjadi justru pada dirinya yang tertarik dengan ekspresi Chelsea yang marah lewat wajahnya yang memerah. Sangat mempesona, pikirnya.
Kembali menghela napas, kali ini Liam berusaha untuk mengenyahkan perasaan konyol yang terjadi barusan. Bukan tipe yang mudah jatuh cinta, juga tidak pernah merasakan hal itu pada wanita manapun karena ada aturan sendiri dalam hidupnya. Sederhana, sama sekali tidak rumit. Jika menginginkan wanita, dia akan mudah mendapatkan dan bersama tidak lebih dari dua minggu. A couple weeks of pleasure then a quick goodbye.
Dan seorang Chelsea Anne Sutanto bukanlah wanita seperti itu atau sekedar untuk bersenang-senang saja, juga bukan wanita yang akan mengekori prianya. Mengingat hal itu, Liam perlu melakukan sesuatu dalam tiga bulan ini untuk membuat Chelsea berubah pikiran tentang pernikahan ini karena tentu saja tidak akan berhasil.
Disaat Chelsea masih terus menunjukkan emosinya dengan aksi makan yang begitu mengganggu, Liam memutuskan untuk menyudahi sesi sarapannya dan menyesap kopinya sebagai akhir dari hari paginya yang sama sekali tidak tenang.
Namun sebelum dirinya sempat beranjak, sebuah sodoran menahan langkahnya dan itu dari Chelsea. Liam menoleh dan mendapati sebuah tas berwarna coklat yang sepertinya berisi makanan.
"Ini apa?" tanya Liam malas karena enggan meladeninya lagi.
"Bekal makan, Suamiku," jawab Chelsea dengan nada menyindir. "Takutnya sibuk terus nggak sempet makan."
"Nggak per..."
"Aku tahu kalau kamu akan jawab kayak gitu," potong Chelsea tajam.
"Lalu?" balas Liam dengan satu alis terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNWANTED BRIDE (REVISION)
RomanceThis is Liam's story: "Kita sama-sama merasa sial dan dipaksa, yang artinya kita berdua nggak setuju dengan pernikahan hari ini. Jadi, kita bisa kerja sama untuk kabur sekarang!" ucap Chelsea dengan penuh penekanan. Pria itu tersenyum sinis sambil m...