Gemes dong sama si Om?
Ya, gemes dong. Masa nggak? 🤣🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Setelah melakukan perjalanan bisnis yang cukup padat selama hampir satu minggu, satu hal yang sangat jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan Liam adalah pulang ke rumah perkebunannya. Biasanya, hanya beberapa bulan dalam sekali, tapi kali ini, dia merasa perlu untuk kembali ke rumah itu.
Sesuai dugaan, rasa tidak senang menyapanya saat tiba di perkebunan itu. Seorang asistennya mengatakan jika Dylan sialan itu datang untuk berkuda. Bajingan tidak tahu diri yang masih memiliki muka untuk menumpang ranch-nya menaruh kuda jeleknya itu. Dan yang membuatnya semakin tidak senang adalah pria itu berkenalan dengan Chelsea yang katanya melakukan kegiatan amal berupa membagi makanan dan berjalan pagi di setiap harinya.
Sebenarnya, tidak ada masalah bagi Liam untuk Chelsea melakukan apa saja. Tapi berkenalan dan mengobrol akrab dengan Dylan di area ranch selagi dirinya tidak ada seolah sudah bermain serong di depannya. Untuk itulah, dia tidak menolerir tindakan yang dinilainya tidak pantas, apalagi Chelsea masih terhitung asing baginya.
Permasalahan baru pun terjadi saat Liam melihat bagaimana Chelsea menahan diri dengan melukai tangannya sendiri lewat mengganggam erat mawar-mawar sialan yang dibawanya. Entah apa yang ada dalam pikirannya sampai harus semarah itu. Bukankah Liam yang seharusnya lebih berhak marah?
Kedua telapak tangan itu terluka dengan masing-masing memiliki satu luka yang cukup dalam. Tidak mengeluh atau menangis, Chelsea membiarkan dirinya membersihkan luka dan mengobati lukanya, juga memberi plaster sebagai akhir dari perawatan.
"Lain kali, nggak usah bawa-bawa mawar! Lihat sendiri hasilnya, tangan kamu jadi berdarah," tegur Liam sambil mengangkat tatapan untuk melihat Chelsea yang menatapnya dengan ekspresi tidak suka.
Kening berkerut, alis bertautan, mata menyipit tajam, dan bibir menekuk dari Chelsea adalah paduan menyebalkan tapi cukup menggelikan bagi Liam.
"Lain kali, nggak usah pulang trus marah-marah kayak om-om rese. Bikin emosi terus!" balas Chelsea ketus.
Terdiam, meski dalam hatinya sudah tersenyum, Liam hanya bisa menahan diri untuk tidak tertawa dengan mempertahankan ekspresi datarnya. Sangat kekanakan sekali, pikirnya.
"Masih ada yang sakit?" tanya Liam kemudian.
Chelsea mengangguk sambil menunjuk dadanya. "Sini. Sakit banget sampe kepengen lempar ulekan ke muka orang."
"Maksudnya muka aku?" balas Liam masam dan Chelsea mengangguk tanpa ragu.
Liam mengangguk dan memanggil Marsih untuk membawakan barang yang diinginkan Chelsea. Tentu saja, wanita muda itu kebingungan dan menatapnya dengan tatapan seolah dirinya gila. Liam tidak peduli. Mungkin saja apa yang sudah dilakukannya menyakiti Chelsea, dan sudah sepantasnya dia mendapat ganjaran sesuai dengan keinginannya.
"Kamu tuh gila, ya!" seru Chelsea saat Liam menyodorkan ulekan yang disebutnya tadi.
"Kenapa? Bukannya tadi kamu bilang mau lempar ulekan ke muka aku? Nih, lempar aja," balas Liam dengan nada seolah tidak ada yang perlu dipermasalahkan saat ini.
Chelsea tertegun dan menatap Liam tidak percaya. Merasa bahwa wanita itu sudah membuang waktu, Liam meraih satu tangan Chelsea untuk memegang ulekan dan mengarahkannya untuk segera melakukan apa yang diinginkannya. Tapi, Chelsea justru menahan tangannya sambil meringis menahan sakit.
"Jangan mulai lagi, yah, ini sakit," ujar Chelsea dengan suara gemetar.
"Siapa yang mulai? Kamu yang mau dan aku penuhin."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNWANTED BRIDE (REVISION)
RomanceThis is Liam's story: "Kita sama-sama merasa sial dan dipaksa, yang artinya kita berdua nggak setuju dengan pernikahan hari ini. Jadi, kita bisa kerja sama untuk kabur sekarang!" ucap Chelsea dengan penuh penekanan. Pria itu tersenyum sinis sambil m...