2.485 kata untuk part ini.
Awas aja kalau masih bilang kurang 🤣Kedepannya bakalan lebih banyak dan cukup ribet yak, makanya aku butuh bantuan Bang Ian untuk rapihin naskah yang POV Liam dan scene ehem-ehem mereka. 🙈
Mungkin alur terkesan lambat (maksudnya kok nggak nganu2 gitu)🤣
Cuma ini butuh waktu buat bangun chemistry dan bonding antara dua tokoh biar ugh gitu. Haha.Happy reading. 💜
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
“Papa senang kalau akhirnya kita bisa makan malam sebagai keluarga malam ini,” ujar Harry Sutanto, ayah dari Chelsea, yang menatap Liam dan Chelsea secara bergantian.
Momen kebersamaan dengan Liam saat berkuda adalah menyenangkan, Chelsea akui itu. Tapi suasana menjadi berbeda saat keduanya mendapat telepon dari ayah masing-masing untuk makan malam bersama secara tiba-tiba.
Perubahan Liam terlihat drastis jika itu menyangkut tentang ayahnya. Chelsea meyakini jika hubungan ayah dan anak itu begitu buruk sampai terkesan seperti musuh bebuyutan. Lain halnya dengan Chelsea yang sudah mati rasa melihat sikap orangtuanya yang terlalu ramah dan berlebihan. Penuh drama, batinnya.
Dilahirkan di keluarga berada bukanlah sebuah keuntungan bagi Chelsea. Jika semua orang terkesan menginginkan posisi dirinya, maka Chelsea lebih memilih untuk menjadi orang biasa saja. Tekanan, tuntunan, juga ekspektasi orangtua menambah jumlah beban hidup seolah apa yang dialaminya tidak cukup berat untuk diembani.
Menempati meja bundar, Liam dan Chelsea duduk bersebelahan, dimana sisi kanan Chelsea adalah kedua orangtuanya, Harry dan Kelly. Sementara di sisi kiri Liam adalah ayahnya, Purnawan Setyadi, beserta istrinya, Laura.
Meski duduk bersama, tapi Chelsea tidak bisa merasakan adanya kebersamaan, apalagi kekeluargaan. Semua yang ada disini seolah dipaksakan dan dituntut harus ada, tidak alami, juga membuat Chelsea semakin tidak nyaman.
“Jadi, apa kabar kalian? Apakah dengan menikah, kalian jadi lebih bahagia dari sebelumnya?” tanya Purnawan kemudian, lalu menyesap wine-nya sambil menatap Liam dengan tajam.
Chelsea bisa mendengar dengusan napas kasar Liam dan spontan menoleh pada pria itu. Sedaritadi, Liam terus bersikap dingin dan memberi ekspresi datar, mengingatkan Chelsea saat melihat Liam untuk pertama kalinya. Sangat berbeda dengan Liam yang berkuda dengannya tadi siang.
“Kami masih dalam proses mengenal satu sama lain, Om,” jawab Chelsea untuk mengambil alih.
Degup jantungnya bergemuruh cepat saat semua tatapan tertuju padanya. Chelsea berinisiatif untuk memberi jawaban karena Liam sepertinya enggan menjawab pertanyaan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNWANTED BRIDE (REVISION)
RomanceThis is Liam's story: "Kita sama-sama merasa sial dan dipaksa, yang artinya kita berdua nggak setuju dengan pernikahan hari ini. Jadi, kita bisa kerja sama untuk kabur sekarang!" ucap Chelsea dengan penuh penekanan. Pria itu tersenyum sinis sambil m...