Prolog

154 32 37
                                    

You Are The Reason-Calum Scott

***

"I'd climb every mountain and swim every ocean. Just to be with you and fix what I've broken.
Oh, cause I need you to see, that you are the reason"

***

SIAL. Dugaan ku benar, dia ada disini.

Mengapa baru sekarang dia muncul, setelah sudah membuat semuanya kacau. Membuat hatiku kacau.

Tadi ketika aku sedang asik berjalan menikmati angin sore kota jogja. Ia dengan seenak jidat menyapaku. Memanggil namaku. Bahkan memanggil nama 'kesayangan' yang dulu sangat kusukai--tidak sekarang.

Apa maunya? kembali membuat hatiku tak karuan?

Maaf. Aku tak bisa

Sontak aku pun berbalik arah, tak menghiraukannya. Walaupun banyak pasang mata yang melihatku, dan menatap ku tak suka, seolah aku adalah orang yang sombong.

Persetan dengan semuanya. Aku tetap tak ingin melihat wajah itu.

Suaranya terus saja memanggil namaku, membuatku semakin mempercepat langkah. Dan akhirnya aku pun berlari.

Sumpah, aku tak ingin melihat wajahnya.

Namun entah bagaimana tiba-tiba saja tangannya berhasil mencegahku, membuatku tak bisa berjalan lagi karena ia menarikku.

Wajah itu.

Aku menatapnya, begitupun dia. Kami bertatapan sebentar. Sebelum aku memutuskan untuk melepas genggamannya yang sangat kencang.

"Dee, denger penjelasan gue dulu" Ujarnya.

Aku tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ucapan nya barusan sangatlah klise 'dengar penjelasan gue dulu' itu adalah kalimat paling basi menurutku.

Aku pun terus berusaha melepaskan genggaman tangannya sampai aku berhasil.

Langsung saja aku segera berlari mencari taksi. Beruntung, tak perlu waktu lama taksi lewat di depanku. Segera ku masuk ke dalam, tanpa melihat ke arah cowok itu. Dan bergegas mengatakan tujuanku pada si sopir taksi.

"Bandara ya pak" Ucapku. Dan sopir pun mengangguk.

Aku lega. Ku atur napasku sebentar. Karena tadi cukup lelah berlari, apalagi aku adalah tipe orang yang jarang berolahraga.

Ku lihat tanganku, terlihat ada bekas merah disana. Mungkin karena genggamannya tadi terlalu kencang. Ku elus tanganku untuk menghilangkan bekas merahnya.

Ternyata tangannya masih sama. Hangat seperti dulu. Wajahnya pun tidak berubah, hanya bertambah dewasa.

Tapi untuk apa ia disini? setelah 6 tahun menghilang entah kemana.

Yang membuatku dulu mencari tanpa tahu dimana ujungnya.

Membuatku hancur.

Berharap.

Dan tersakiti.

Kini ia telah kembali?

                                    
______________________________________

/Author Note/

Hai, ini adalah cerita kedua ku, semoga kalian suka.

Dan cerita ini agak sedikit mirip dengan kisah cintaku, so aku sedikit excited nulisnya (semoga terus). Walaupun banyak aku tambahin beberapa point ke dalam cerita ini. Itu aja kesan pertama. Enjoy.

Regards
Dewi.

VADEERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang