Ayu Khairunnisa menatap pria yang melangkah keluar dari mobil sedan berwarna putih itu. Cuaca Yogya siang ini sungguh sangat terik dan membuat tubuhnya lengket oleh keringat. Dia sekali lagi membenarkan gaun berwarna abu-abu yang dikenakannya. Gaun yang sangat panas menurut dia. Dengan tubuh yang hampir dikatakan tidak terbentuk, atau katakanlah dia tidak langsing tapi juga tidak gemuk. Payudaranya kecil, tinggi badannya tidak lebih dari 160 cm. Dan kulitnya juga tidak putih seperti adik kembarnya. Rahayu Purnamasari. Saudara yang sangat dipuja oleh semua orang bahkan oleh keluarganya dan orang tuanya.
Dia juga ada di sini karena saudara kembarnya yang cantik jelita itu. Dimintai tolong sebenarnya untuk menggantikan posisi Rahayu. Menemui pria yang seharusnya menjadi suami Rahayu. Pria yang sudah dijodohkan oleh bapaknya sejak dulu.
"Kamu yang bernama Ayu?"
Pertanyaan pria itu sungguh membuat Ayu kini langsung tersadar dari lamunannya. Dia langsung beranjak berdiri kemudian menatap pria yang sangat tampan. Seperti lukisan patung Dewa Yunani. Tinggi dan tegap serta sangat mempesona itu.
Ayu langsung beranjak berdiri dari kursi yang di dudukinya. Seketika merasa gugup karena keadaan dirinya yang sangat berbeda sekali dengan pria itu. Rambut rapi, kemeja mahal dengan celana jins yang juga mahal membebat tubuh tegap itu. Sedangkan dia karena tergesa-gesa menuju cafe ini sangat kacau.
Gaun berwarna abu-abu yang tampak kusut itu kini makin terlihat membuat dirinya tampak muram. Rambutnya yang dikuncir ekor kuda sembarangan dan wajah tanpa make up makin membuat dirinya tidak cantik. Meski biasanya dia memang tidak cantik. Dan sekarang tambah kacau.
Suara bising jalanan yang padat kini membuat Ayu menatap sekeliling. Dia memang Berada di cafe outdoor. Cafe yang ada di jalan Kusumanegara ini memang mempunyai konsep di luar ruangan. Tapi meski sudah dinaungi payung besar di setiap tempat duduknya hawa panas tetap bisa menembusnya. Ayu langsung mengusap keringat yang mengalir dari pelipisnya. Sangat malu untuk saat ini.
"Iya aku Ayu."
Dia menatap pria yang kini tampak menatapnya malas. Pasti sehabis ini pria yang memiliki nama Bayu yang dia tahu dari saudara kembarnya itu akan langsung memutuskan pertunangan mereka.
Keputusan Rahayu yang meminta dia untuk menggantikannya memang tepat. Siapapun pasti akan langsung menolaknya. Karena dia jelek.
Tapi Ayu terkejut saat pria itu kini menarik kursi dan menjatuhkan tubuh tegapnya di sana.
"Ehm mau minum apa?"
Akhirnya Ayu menawari minum. Dan pria itu hanya mengibaskan tangannya dan menggeleng.
"Owh.. jadi.."
Ayu Akhirnya duduk lagi dan kini mencoba berbicara dengan tenang. Dia harus menyelesaikan tugas ini.
"Apa?"
Pria itu kini menatapnya dengan tak sabar. Ayu menggigit bibirnya. Terlalu frustasi dengan sikap sang pria. Kalau saja bukan karena kewajiban dia untuk menyenangkan saudara kembarnya. Dia tidak akan terperangkap di sini. Terlalu kebas dengan pandangan orang yang merendahkannya. Ayu memang sudah tidak peduli.
Tapi hatinya mencelus saat melihat tatapan pria di depannya ini dengan terang-terangan kalau dia memang malas.
"Kita dijodohkan. Dan aku rasa kita ehmmm kamu tidak mungkin kan menerima perjodohan Ini?"
Ayu menatap lekat Bayu Putra atau entah siapa yang kini sedang bersedekap dan menatapnya dengan pandangan angkuh itu.
"Aku seorang pria yang menepati janji."
Ayu mengangkat alisnya. Lalu mengusap peluh kembali yang mengalir di wajahnya. Sungguh, hawa panas ini menyiksanya untuk saat ini.
"Maksud kamu apa? Aku toh jelek dan kamu tidak mungkin mau menikah denganku."
Kalau itu perlu ditegaskan maka Ayu mengatakannya dengan langsung dan lugas. Dia tidak akan bertele-tele lagi. Karena Rahayu tidak mau dijodohkan oleh bapaknya. Yang punya hutang budi dengan ayah Bayu. Mereka sudah dijodohkan. Tapi bapaknya tidak mau menjodohkan dia meski dia sudah dianggap lebih besar dari Rahayu. Karena wajahnya yang biasa saja itu. Jadi Rahayu lah yang menerima mandat itu. Tapi sayang, Rahayu tidak mau karena sudah mempunyai kekasih. Dan di sinilah dia berada dengan segala kerumitan itu. Intinya dia yang dijadikan pion di sini.
"Kalau aku harus menikah maka aku akan menikah."
Hanya itu yang dikatakan sang pria yang kini sudah beranjak dari duduknya.
"Mau ke mana?"
Ayu menatap Bayu dengan bingung.
"Kita bilang kepada kedua orang tua kita kalau kita memang akan menikah."
Bersambung
REPOST ULANG
KAMU SEDANG MEMBACA
STARDUST
ChickLitDia tidak cantik, juga tidak menarik. Bisa dikatakan dia biasa-biasa saja. Bahkan orang tidak akan menoleh ke arahnya. kalau saja dia tidak tersenyum. senyum yang menjadi satu kelebihannya. Orang menjulukinya debu bintang karena dia hanya bersinar...