Bab 08 Mantap

16K 3.3K 229
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ayu merasa sangat gugup. Hari ini dia akan terbang ke Jakarta. Memulai hidup baru di sana. Tapi seumur hidupnya dia belum pernah naik pesawat ditambah selama 21 tahun usianya dia belum pernah bepergian meninggalkan kota kelahirannya Yogyakarta. Hal ini membuat dia semakin sedih.

"Ai.."

Suara itu membuat Ayu menatap Bayu yang sudah siap dengan koper di sampingnya. Sedang Ayu sendiri hanya memakai tas ransel kecil yang berisi ijazahnya dan juga sedikit baju yang dibelikan keluarganya Bayu.

"Mas bolehkah minta waktu untuk ke makam ibu?"

Bayu menatap jam yang melingkar di tangannya. Kemarin Bayu sangat sabar menenangkan tangisnya. Ayu merasa sangat sedih Rahayu bersikap seperti itu kepadanya.

"Ok."

Hanya itu jawaban Bayu. Suaminya itu masih tetap saja dingin. Terlepas dari sikapnya yang sangat melindunginya. Membuat Ayu memang belum yakin kalau Bayu benar-benar mantap menikahinya. Mungkin karena Bayu merasa harga dirinya terinjak-injak oleh penolakan Rahayu sehingga membuat Bayu menikahinya. Itu pikiran Ayu saat ini.

Dia akhirnya mengikuti Bayu keluar rumah. Menunggu dengan sabar saat Bayu mengunci pintu rumahnya. Lalu memasukkan koper ke bagasi. Dan akhirnya masuk ke dalam mobil.

"Makam ibu kamu dimana?"

"Di daerah taman siswa mas."

Bayu menganggukkan kepalanya lalu melajukan mobil itu.
Perjalanan ke sana hening. Ayu sendiri masih terlalu malu dengan Bayu.

Sampai akhirnya mobil Bayu berhenti di depan kawasan pemakaman.

"Di sini?"

Ayu menatap makam itu dan menganggukkan kepala.

"Mas tunggu saja."

Tapi Bayu langsung keluar dari dalam mobil. Pria itu membukakan pintu untuknya dan mengulurkan tangan saat dia turun dari mobil. Genggaman tangan Bayu sangat hangat. Ayu tidak bisa menolak.

Akhirnya mereka melangkah bersama. Masuk ke dalam areal pemakaman. Begitu sampai di depan makam sang ibu Ayu langsung bersimpuh. Mengusap batu nisan dan berdoa dengan khusyuk.

Tapi Ayu terkejut saat mendengar Bayu berdoa. Dia melihat Bayu bersimpuh di sebelahnya dan membaca doa di sebelahnya. Hatinya tersentuh. Dia menundukkan wajahnya dan makin terlarut dalam doa.

"Sudah?"

Bisikan itu membuat Ayu menganggukkan kepala. Sekali lagi mengusap batu nisan di depannya dan beranjak berdiri. Bayu mengulurkan tangan lagi untuk menggenggam jemarinya. Dalam diam mereka meninggalkan makam.

*****

"Kamu takut naik pesawat?"

Itu pertanyaan yang di ucapkan Bayu sesaat setelah mereka meninggalkan makam. Tentu saja Ayu langsung menoleh ke arah Bayu dengan malu. Dia menganggukkan kepala.

STARDUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang