Bab 12 Baik hati

23K 4K 158
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Ayu merasa sangat beruntung sekali. Dia tidak tahu harus mengatakan apalagi dengan kebaikan hati keluarganya Bayu. Padahal dia sangat takut kalau penerimaan Bayu dan keluarganya akan kecewa dengan dirinya.

Tapi dia masih sangat rendah diri dengan Bayu. Pria itu begitu berbeda dengannya. Sosok Bayu yang tampan, cerdas dan juga baik malah membuat Ayu semakin ketakutan. Apakah ini hanya mimpi indah untuk sesaat? Ayu masih ragu akan kebahagiaan yang tiba-tiba ini. Terlebih Bayu bersikap dingin tapi sering membuatnya merona.

"Ayu minum ini dulu."

Ayu menatap bunda Hindia yang melangkah mendekatinya. Sore ini dia sedang melipat baju yang dibelikan Kakaknya Bayu, Kak Cean. Besok mereka harus bertolak ke Yogya lagi.

"Diminum biar kamu gemuk."

Bunda Hindia mengulurkan satu gelas susu kepadanya. Membuat Ayu tersenyum dan menerimanya.

"Makasih bunda."

Bunda Hindia tersenyum lalu duduk di sebelahnya. Mereka ada di dalam kamar tidur Bayu. Hari ini Bayu memang berpamit untuk mengurus semuanya dari tadi pagi Bayu sudah keluar rumah. Dan sampai sore belum juga pulang.

"Eh bunda yang Makasih, setelah menikah sama kamu kok kayaknya es batunya mulai mencair. "

Tentu saja ucapan bundanya Bayu itu membuat Ayu mengernyitkan kening.

"Es mencair?"

Bunda Hindia malah tersenyum lebar. Lalu menepuk-nepuk rambutnya dengan sayang.

"Pokoknya bunda sayang sama kamu. Udah itu dihabiskan susunya. Bunda tinggal dulu ya. Jangan kecapekan. Udah beres-beresnya. "

Bunda Hindia sudah beranjak dari duduknya dan melangkah keluar dari kamar. Ayu meneruskan meminum susu yang dibuatkan bundanya Bayu itu.

Dia menguap karena merasa tubuhnya lelah. Akhirnya dia memasukkan baju-baju yang sudah di lipatnya ke dalam koper milik Bayu. Meletakkan gelas susu di atas nakas lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Rasanya begitu nyaman. Dia belum pernah merasa sedamai ini.

*****
Ayu terbangun saat mendengar langkah kaki. Lampu kamar sudah dinyalakan dan membuat Ayu langsung terduduk. Dia mengerjapkan matanya lalu melihat Bayu yang masih sibuk di depan meja belajarnya. Pria itu tampak sangat serius. Memakai kacamata membaca.

Dan saat Ayu masih mengamati Bayu pria itu tiba-tiba menoleh ke arahnya. Membuat Ayu malu lagi.

"Mas udah pulang?"

Bayu menganggukkan kepala. Lalu kembali ke buku yang sedang di bacanya. Ayu teringat kemarin Bayu menyuapi dia dengan sumpit ketika makan mie. Dan saat ini dia sangat merasa malu sekali.

"Nasi goreng ada di atas nakas. Tadi aku beli untuk kamu."

Tanpa menatapnya pria itu mengatakan hal itu. Ayu langsung menatap nakas dan memang ada satu piring nasi goreng.

"Kalau enggak kamu makan aku suapi lagi."

Tentu saja mata Ayu melebar. Dia langsung mengulurkan tangan untuk mengambil piring itu dan mulai menyendokkan nasi goreng ke dalam mulutnya. Perutnya ternyata juga lapar.

"Ai besok berangkat pagi. Sama ayah dan bunda juga."

Ayu menoleh lagi ke arah Bayu yang sudah menutup bukunya dan kini berbalik untuk menatapnya. Ayu hanya menganggukkan kepala. Lalu melihat Bayu kini melangkah ke arahnya. Dan duduk di tepi kasur.

"Baju-baju sudah Ai lipat dan masukkan ke koper. Kalau ada lagi nanti Ai beresin."

Tapi Bayu menggelengkan kepala dan kini naik ke atas kasur. Lalu duduk di sebelahnya.

"Mas udah makan?"

Bayu menggelengkan kepalanya. Membuat Ayu merasa tidak enak dia makan sendiri. Dia meletakkan sendok yang tadi di pegangnya.

"Ai ndak enak makan sendiri."

Tapi Bayu hanya menyuruhnya untuk makan lagi. Lalu pria itu membaringkan tubuhnya di atas kasur.

"Capek mas? Ai pijat lagi?"

"Kamu makan aja."

Bayu memejamkan matanya. Dan Ayu tahu dia tidak mau mengganggu Bayu kalau sudah begitu.
Keheningan kembali menyelimuti kamar itu. Ayu sudah memakan habis nasi goreng yang dibelikan Bayu tapi saat dia beranjak dari kasur suara Bayu mengagetkannya.

"Letakkan saja di situ."

"Tapi mas.."

Ayu melihat Bayu kini sudah beranjak dari kasur dan mengulurkan tangan ke arahnya setelah meminta piring kosong itu dan meletakkan di atas nakas.

"Ikut aku."

Tentu saja Ayu bingung tapi akhirnya dia menurut dan mengikuti Bayu yang mengajaknya ke arah jendela besar yang ada di kamar itu. Ayu terkejut saat mengetahui jendela itu adalah pintu geser. Bayu membukanya dan mengajaknya untuk keluar ke balkon kamar.

"Aku ingin kita saling mengenal."

Bayu kini menyuruh Ayu berdiri di depan pagar balkon. Dan tanpa berbicara Bayu sudah berada di belakangnya lalu melingkarkan tangannya di perutnya. Membuat Ayu berjenggit terkejut.

"Mas.."

"Husst."

Ayu merasakan wajah Bayu ada di bahunya. Nafas hangat menerpa pipinya membuat Ayu sedikit menggigil.

"Kamu kenapa takut sama aku?"

Tentu saja Ayu membelalak mendengar pertanyaan Bayu dia tidak berani menoleh ke samping. Yang bisa dilihatnya hanya langit malam yang gelap di atas sana.

"Ndak takut kok."

"Kalau enggak takut kenapa sama aku kayak bertemu monster."
Tubuhnya kaku di dalam pelukan Bayu.

"Bukan monster. Mas Bay pangeran kuda putih buat Ai."

Setelah mengatakan itu Ayu merona lagi. Dia sungguh bodoh mengatakan itu kepada Bayu. Bukankah itu malah makin mempermalukan dirinya?

Ada keheningan yang sangat lama. Ayu sampai takut kalau ucapannya itu malah membuat marah Bayu. Dia takut terlalu berharap.

Angin malam berhembus membuat tubuhnya sedikit menggigil. Tapi dia merasakan tangan Bayu memeluknya makin erat. Dan tiba-tiba pipinya terasa hangat.

Bayu menciumnya. Membuat Ayu menoleh langsung ke sampingnya. Dan mata mereka bertemu.

"Kamu bidadari untukku."

Bersambung


STARDUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang