Bab 19 TIME with You

24K 3.5K 112
                                    

Gelombang pasang itu membuat mereka harus di evakuasi ke tempat yang lebih aman. Ayu merasa ketakutan saat suara gemuruh ombak menggema di sekitarnya. Dan sebelum mengerti apa yang terjadi Ayu sudah digendong oleh Bayu untuk masuk ke dalam mobil dan mereka pergi dengan cepat meninggalkan pantai.

Ayu baru bisa bernafas saat mereka sampai lagi di kota Yogya. Selama perjalanan pulang Bayu tetap diam seribu bahasa. Bahkan tidak meliriknya sekalipun. Ayu juga tidak ingin mengganggu Bayu. Pria itu berkonsentrasi penuh dengan kemudi. Dan sesekali menelepon.

"Kita menginap di sini."

Ayu baru tersadar saat Bayu membawanya ke sebuah hotel berbintang 5. Tentu saja Ayu mengernyitkan kening.

"Ndak pulang aja Mas?"

Pertanyaannya itu tentu saja membuat Bayu langsung menatapnya dengan tajam.

"Kita masih bulan madu."

Setelah mengatakan itu Bayu keluar dari mobil. Lalu berbicara dengan seorang greeter. Ayu akhirnya keluar dari mobil dan kini menghampiri Bayu. Tanpa menoleh ke arahnya Bayu sudah melingkarkan tangannya di pinggang Ayu. Memaksa Ayu untuk mendekat.

Mereka di antarkan masuk ke dalam hotel. Lalu Bayu sibuk lagi melakukan  chek in. Ayu hanya diam dan mengamati Bayu. Pria itu sungguh keras kepala. Kalau hanya tidur buat apa bayar mahal di hotel? Toh mereka memang tidak jadi menginap di pantai dan menyewa resort karena gelombang tinggi yang membuat lokasi di sterilkan dari wisatawan.

Untung saja. Pikir Ayu. Karena saat Bayu mengatakan mereka akan bercinta lagi membuat Ayu gugup kembali. Dia masih terlalu malu.

"Terimakasih dan selamat menikmati."

Ucapan ramah itu membuat Ayu tersadar dan merasakan tangan Bayu posesif lagi melingkar di pinggangnya. Seorang Bell boy sudah membawakan barang mereka dan mengantar sampai kamar yang mereka pesan.

Setelah masuk ke dalam kamar yang membuat Ayu selalu lagi tertegun. Karena begitu mewahnya. Ada ranjang besar di depannya. Mereka ada di tingkat teratas sepertinya. Melihat jendela besar yang memperlihatkan pemandangan di bawah sana.

"Maafkan aku.

Suara Bayu mengagetkannya karena masih terpesona dengan keadaan kamar. Lagipula tubuhnya langsung di tarik ke belakang. Dan menumbuk  dada bidang milik Bayu. Dia terkesiap tapi tidak melawan. Bayu memeluknya dari belakang. Nafas hangat menerpa pucuk kepalanya. Dan ciuman lembut itu terasa.

"Aku tidak bermaksud mengacaukan semua ini. Sungguh aku bodoh tidak melihat cuaca. Kalau saja ada gelombang tinggi seperti sekarang ini, aku tidak akan mengajakmu ke sana tadi. "

Suara Bayu terdengar begitu menyesal. Membuat hati Ayu menghangat. Dia langsung berbalik dan kini menatap Bayu.

"Mas ndak salah. Kita kan memang ndak tahu. Namanya juga alam. Alhamdulilah kita sudah sampai sini  tapi kalau mau tidur saja harus bayar mahal Ai rasa..."

"Jangan menceramahiku.  Aku tahu kamu mau bilang kenapa harus bayar mahal cuma untuk tidur?"

Bayu kini menyugar rambutnya lalu tampak begitu gelisah.

"Dengarkan Aku!"

Bayu kini memundurkan langkahnya. Lalu menatap Ayu dengan lekat.

"Aku tidak biasanya seperti ini. Aku tidak biasanya mau berbuat banyak demi menyenangkan seorang wanita. Dan aku tidak biasanya merasa kacau sekaligus bahagia. Aku ingin moment ini atau katakanlah kebersamaan kita ini menjadi saat yang istimewa. Jadi please...."

Nafas Bayu terengah mengatakan kalimat yang begitu panjang. Dan itu membuat Ayu tertegun.

"Nikmati saat ini."

Tentu saja ucapan Bayu itu membuat dia tidak bisa berkutik. Lidahnya kelu  dan tidak bisa menjawab. Bayu sudah langkah lagi mendekatinya saat tangan hangat Bayu menangkup wajahnya. Dia tahu kalau saat ini mereka akan melakukan hal lebih dari sekedar ciuman.

******

"Katakan lagi."

"Mas..."

"Katakan lagi. Dan kamu...owhhhh..."

"Masssss...ah..."

"Aii arrghhhhhh.."

Mereka sama-sama melayang sampai langit ke tujuh. Badai dahsyat itu menerjang mereka secara bersamaan. Dan ketika badai itu mereda, keduanya terbaring lemas di atas kasur dengan nafas terengah. Tapi puas.

"Kenapa tidak mau mengatakan Lagi?"

Bisikan Bayu di telinga Ayu membuat dia merona merah. Pengalaman malam ini saja sudah membuat Ayu tidak sanggup menatap Bayu. Apalagi dia mengatakan kata yang sakral itu. Dia memang lepas kendali saat pertama kali merasakan sensasi kenikmatan untuk pertama kalinya. Sampai dia menyadari memang sudah jatuh cinta dengan Bayu dan tidak sadar mengatakan itu dengan lantang.

Mereka terbaring di gelapnya kamar. Cahaya bulan yang masuk lewat tirai jendela yang tidak ditutup membuat syahdu  malam ini. Ya mereka memang telah bercinta lagi. Entah siapa yang memulai. Tapi keintiman itu membuat Ayu makin sadar kalau dia tidak bisa menolak pesona Bayu.

"Mas.."

Ayu menoleh menatap Bayu yang terlihat dari cahaya bulan. Tubuh Ayu sedikit berkeringat di balik selimut tebal yang membebatnya.  Dan Bayu masih ada di sampingnya dan dalam selimut yang sama. Masih memeluknya erat. Tangannya melingkar dengan posesif di atas perut Ayu. Kulit tubuh mereka saling bersentuhan.

"Astaga. Aku lupa. Kamu belum minum obat kan?"

Seketika lampu kamar menjadi terang dan itu membuat Ayu langsung menarik selimutnya lebih tinggi menutupi sampai batas lehernya. Bayu tampak tenang dengan tubuh masih polos.

"Aku akan mengambilkan obat kamu."

Bayu dengan cepat turun dari atas kasur. Lalu memakai celana dan kaos yang dilempar begitu saja ke atas lantai. Dan Ayu melihat Bayu menutup tirai jendela.
Lalu pria itu segera mengaduk-aduk isi tasnya. Mengambil obat miliknya dan membawanya kembali ke depan Ayu.

"Aku ambilkan air putih."

Bayu memberikan obat itu tapi Ayu masih terbaring di atas kasur. Dia masih kaku dan tidak mau bergerak. Tentu saja dia malu. Setelah keintiman yang terjadi.

"Nih."

Bayu mengulurkan gelas berisi air putih yang tersedia di atas nakas. Tapi Ayu menggelengkan kepala.

"Apa?"

Bayu mengernyitkan kening.

"Mas, ai masih telanjang. Ai mau ganti baju dulu. Mas bisa..."

"Astaga." Sepertinya Bayu paham maksud Ayu.  Pria itu bergeming. Tetap menatapnya.

"Kamu mau aku keluar saat kamu memakai baju?"

Tentu saja refleks Ayu menganggukkan kepala. Dan hal itu membuat Bayu kini menyugar rambutnya yang hitam lebat itu.

"Ayu. Umur kamu berapa sih? Kenapa kamu begitu polos dan menggemaskan?"

Tentu saja Ayu tak menyangka Bayu mengatakan itu. Dia pikir Bayu akan..

"Dan aku belum selesai denganmu mam ini."

Bersambung


ADA FLASH SALE JUMAT INI YA

100RB/4 PDF CUZZ LANGSUNG KE WA 081255212887

STARDUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang