Bab 10 canggung

15.9K 3.3K 266
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ayu merasa tidak enak terhadap Bayu. Pria itu rela lelah menyetir mobil dari Yogya sampai Jakarta. Setelah menginap di hotel Bayu mengajaknya meneruskan perjalanan. Mereka hanya berhenti untuk mengisi bensin, dan makan. Nonstop mereka ada di jalanan. Meski Bayu lebih banyak diam tapi sikap itu sudah lebih menghangat.

Setelah pelukan kemarin, Bayu lebih banyak melakukan kontak fisik dengannya. Mengusap kepalanya walau hanya sekilas. Atau menggenggam jemarinya saat mereka menyeberang jalan setelah istirahat makan di sebuah kedai makan. Pas Ayu tidak sengaja tertidur pun pria itu kadang sekilas menepuk-nepuk lengannya. Hal itu mengurangi kecanggungan Ayu.

"Akhirnya sampai."

Ucapan Bayu itu membuat Ayu akhirnya menatap halaman rumah yang baru saja dimasuki mobil Bayu. Mereka sudah sampai. Dan Ayu melihat wajah Bayu yang sangat lelah.

"Besok baru ke rumah bunda ya? Udah malam begini gak mau bikin bunda sama ayah terbangun."

Tentu saja ucapan Bayu itu membuat Ayu mengernyitkan kening. Dia bingung menatap Bayu yang sudah turun dari mobil lalu berputar untuk membukakan pintu mobilnya.

"Ini rumah siapa?"

Bayu mengulurkan tangan untuk menggandeng jemari Ayu. Lalu menariknya untuk melangkah ke teras.

"Rumahnya Mbak Dewi sama Kak Arkan."

Bayu langsung memencet bel yang tertempel di atas pintu.

"Mas ini udah larut malam mereka udah tidur. Gak enak kalau ganggu."

Ucapan Ayu itu membuat Bayu menggelengkan kepala. Lalu sesaat kemudian pintu terbuka dan sosok yang familiar terlihat. Kakaknya Bayu, Kak Cean ada di sana dan tersenyum dengan cerah.

"Selamat datang di rumahku. Kamu kok malam banget sampenya. Kakak udah nungguin dari tadi."

Kakaknya Bayu itu langsung menarik Ayu untuk masuk ke dalam rumah. Sedangkan suami Kak Cean muncul dan langsung mendekati Bayu. Membantu Bayu mengambil koper dan tas dari dalam mobil.

"Kamu pasti lelah. Kakak tunjukin kamarnya ya."

Ayu hanya menganggukkan kepala saat Kak Cean mengajaknya masuk ke dalam sebuah kamar.

"Ini kamar kalian. Udah ada beberapa baju untuk kamu di lemari. Besok deh kalian ke rumahnya bunda sama ayah. Pokoknya kalian istirahat dulu. Atau kalau mau melakukan aktivitas malam sangat sekali dipersilakan."

"Mbak Wik jangan ngaco."

Ucapan Bayu yang menyela kakaknya itu tentu saja membuat pipi Ayu memerah. Dia malu.

"Ish si es ngamuk. Ya udah kakak tinggal dulu ya. Selamat istirahat."

Kak Cean melangkah keluar dari dalam kamar dan digantikan Bayu yang kini mendekati Ayu.

"Kalau kamu lelah tidur saja."

Ucapan Bayu itu membuat Ayu kini menatap Bayu yang mulai meletakkan kopernya di dekat lemari. Lalu pria itu menarik sebuah handuk dan beberapa baju dari koper.

"Mas mau apa?"

Bayu menatapnya untuk sesaat.

"Mandi."

Tentu saja mata Ayu melebar mendengar ucapan Bayu.

"Mandi malam begini? Jangan Mas. Ndak baik buat kesehatan. Apalagi tubuh Mas kan lelah. Aku pijitin mau?"

Setelah mengatakan itu ayu langsung menunduk. Dia malu lagi menawarkan hal itu. Seperti dia wanita centil yang...

Tapi hening lagi. Ayu memberanikan diri untuk menatap Bayu. Tapi dia terkejut saat pria itu tiba-tiba sudah menelungkup di atas kasur dan kaosnya sudah di buka. Memberikan pemandangan punggung telanjangnya.

"Mas.."

"Aku minta tolong diolesin cream aja."

Bayu mencoba menatapnya dan menunjuk cream yang sudah ada di atas bantal. Ayu tentu saja menganggukkan kepala. Dia melangkah perlahan lalu naik ke atas kasur.

"Maaf ya Mas."

Bayu tidak menjawab lagi. Dan Ayu langsung mengoleskan cream itu ke punggung Bayu. Jantungnya berdegup kencang. Baru kali ini dia menyentuh tubuh seorang pria. Sama dengan ciuman yang baru saja di terima dari Bayu saat di hotel. Itu adalah ciuman pertamanya.

Ayu mengusap punggung Bayu dengan perlahan. Tidak berani menyentuh dan menekan terlalu dalam.

"Pijitin saja."

Ucapan Bayu yang teredam bantal terdengar jelas. Ayu akhirnya menganggukkan kepala. Dia mulai memijat punggung Bayu, lalu lehernya dan bahunya. Setelah itu tangan Bayu juga dia pijat. Setelah beberapa saat dia merasa sudah cukup karena tubuh Bayu sepertinya sudah terasa hangat.

"Mas."

Ayu mencoba untuk berbicara dengan Bayu. Tapi pria itu tetap diam. Ayu mencoba menatap wajah Bayu dan menemukan nafas Bayu teratur. Pria itu tertidur.

Ayu tersenyum. Lalu mengulurkan tangan untuk menyugar rambut Bayu. Pria yang sangat irit bicara tapi membuat jantungnya berdegup kencang. Pangeran kuda putih penolongnya.

Ayu akhirnya merebahkan diri di atas kasur empuk itu. Terasa begitu nyaman. Dalam 21 tahun usianya. Sepertinya malam ini dia akan tidur nyenyak.

*****

Ayu merasa hangat. Tapi dia tidak bisa bergerak. Membuka mata dan teringat kalau dia tertidur di dalam kamar rumahnya Kak Cean. Tapi kemudian dia terkejut saat merasakan pelukan di pinggangnya. Tangan Bayu melingkar di sana.

Nafas hangat Bayu menerpa tengkuknya. Membuat Ayu merasa sangat gugup.

Dia mencoba bergeser. Tapi tubuh Bayu yang memeluknya membuat dia takut.

"Jangan terus bergerak."

Bisikan di telinganya membuat Ayu akhirnya diam. Tubuhnya kaku. Dia takut membuat Bayu marah.

"Morning my wife." Bisikan di telinganya membuat Ayu terkejut. Lalu pelukan itu terlepas dan dia merasakan sisi sebelahnya terasa ringan. Ayu tidak berani membalikkan tubuhnya. Dia terlalu malu. Terdengar suara langkah kaki. Lalu suara air dinyalakan dan orang mandi. Ayu langsung meregangkan tubuhnya. Beranjak bangun dari atas kasur. Dia membenarkan rambutnya yang kusut dan juga bajunya lalu saat itulah suara pintu kamar mandi terbuka. Membuat Ayu terkesiap. Bayu hanya memakai handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Memperlihatkan dada bidangnya yang basah oleh air.

"Owh mas.."

Bayu hanya mengangkat bahu Lalu melangkah keluar dari dalam kamar mandi. Menuju koper nya dan tampak mengaduk-aduk isi di dalamnya. Ayu hanya bisa menatapnya dan tidak berani mengatakan apapun lagi. Lalu pria itu mengambil sikat gigi. Ayu akhirnya bisa bernafas lega saat pria itu kembali melangkah ke kamar mandi. Tapi sampai di ambang pintu Bayu tiba-tiba menoleh ke arahnya. Padahal Ayu sedang menatap punggung telanjang Bayu.

"Ai mau mandi bersama?"

Tentu saja ucapan Bayu itu membuat pipi Ayu memanas. Tawaran itu bukan iseng semata karena tatapan Bayu tetap datar. Tidak ada ekspresi di sana. Tentu saja membuat Ayu menggelengkan kepala. Membuat Bayu kembali membalikkan badannya. Lalu menutup pintu kamar mandi. Hal itu membuat Ayu langsung menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Astaga. Aku malu."

Dia menggumam sendiri tak jelas. Dia baru sadar kalau Bayu bisa membuat jantungnya berdegup kencang hanya dengan kata-kata dingin tapi jail itu..

Bersambung

STARDUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang