Chapter 15

5.6K 476 35
                                    

Ckiiit! Brak!

"JEON JUNGKOOK!"

Eunha berteriak histeris saat melihat tubuh Jungkook sudah tergeletak tak berdaya di tengah jalan.

"Jungkook-ah, kumohon bertahanlah." Eunha memangku kepala Jungkook yang berlumuran darah. Air mata Eunha mengalir deras.

Jungkook samar-samar melihat wajah cemas Eunha. Ia tersenyum tipis.

"Eunha-ya, aku selalu mencintaimu." Jungkook susah payah mengeluarkan suaranya. Ia membelai lembut pipi Eunha yang sudah basah oleh air mata.

"Hiks... Jungkook, bertahanlah. Jebal." Eunha menangis tersedu-sedu.

Lalu, semuanya gelap.

"Jungkook! Bangun!" Eunha mengguncang-guncang tubuh Jungkook.

🐰🐰🐰

Tubuh Jungkook di dorong menuju ruang UGD. Eunha tak henti-hentinya menangis di sepanjang lorong rumah sakit.

"Jungkook-ah, kumohon bertahanlah." isak Eunha.

"Biar aku yang menanganinya." pinta Eunha ketika seorang suster hendak menutup pintu UGD.

"Maaf, dok. Anda tidak bisa menangani pasien dalam keadaan seperti ini. Sebaiknya, tenangkan diri Anda dulu. Biar Dokter Alice yang menanganinya." jelas suster itu kemudian menutup pintu UGD.

Eunha terduduk dengan cemas di kursi tunggu. Ia benar-benar mencemaskan Jungkook.

"Ya Tuhan, aku mohon selamatkan Jungkook." Eunha merapalkan doanya untuk Jungkook.

Tiba-tiba, pintu UGD terbuka dan terlihat beberapa perawat dan dokter mendorong keluar ranjang Jungkook.

Eunha sontak berdiri dan menghampiri Dokter Alice.

"Alice, ada apa?" tanya Eunha panik.

"Jungkook mengalami pendarahan otak. Kami harus segera mengoperasinya." jelas Alice lalu buru-buru menyusul ke ruang operasi.

"A-apa?" Eunha hampir saja jatuh ke lantai jika tidak ada tangan seseorang yang menahan tubuhnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya orang itu khawatir.

"Mingyu-ya, Jungkook—"

"Jungkook kenapa?" potong Mingyu.

"Dia kecelakaan dan baru saja dibawa ke ruang operasi. Ini semua salahku. Harusnya aku—"

"Shhh, tenangkan dirimu. Kau tidak salah. Mungkin Jungkook tidak memperhatikan jalan saat berusaha mengejarmu. Jungkook itu orang yang kuat. Dia pasti baik-baik saja. Percaya padaku." Mingyu berusaha meyakinkan Eunha.

"Mingyu-ya, kumohon jangan beritahu kabar ini pada keluarganya. Aku tidak mau mereka cemas." ujar Eunha sedikit tenang.

"Aku mengerti. Kau tenang saja." Mingyu tersenyum menenangkan.

Ada sekitar satu jam lebih mereka menunggu di depan ruang operasi. Tidak ada tanda-tanda operasi itu akan berakhir.

Cklek

Pintunya tiba-tiba terbuka. Eunha bangkit dari duduknya lalu menghampiri Dokter Alice yang barusan keluar dari ruang operasi.

Back To You {✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang